Sahabatku Musuhku

Jakson pun kesal setelah insiden makan malam tersebut. Dirinya yakin sekali kalau baik Martha ataupun Aini adalah si pembuat onar dalam acaranya. Hingga pria tua itu menyelidiki pelayan yg hampir menumpahkan sup ke arah Jeny dan Arne.

Orang suruhannya pun memaksa pemilik resto untuk mengintrogasi pelayannya. Dan dengan cara yg sedikit kasar, pelayan itu mengakui kalau dirinya dibayar oleh Martha untuk menyiramkan sup ke arah Jeny. Hal itu pun terungkap setelah orang Jakson mengancam akan memenjarakannya jika sampai ketahuan oleh orang-orangnya.

Akhirnya si pelayan pun pasrah dan takut dipenjara, dirinya memilih berjata jujur. Lalu pelayan itupun dipecat dari pekerjaannya karena merusak citra resto tersebut.

Dan Jakson dirinya sudah tahu kalau Martha bukan menantu yg baik untuknya. Bisa saja suatu saat Martha akan menyingkirkannya demi hartanya.

Sebelum hal yg ia takutkan terjadi Jakson pun langsung menulis surat wasiatnya dan disimpan oleh beberapa pengacara yg ia percayai. Lalu dirinya juga menitipkan surat tersebut pada Anderson jika hal buruk ini terjadi.

"Apa yg anda lakukan tuan." ucap Anderason.

"Kumohon, bantu aku.. aku punya firasat buruk terhadap anak dan menantuku." ucap Jakson.

"Aku bukanlah kuasa hukummu, aku hanyalah seorang dokter." ucap Anderson.

"Anderson, kau salah satu orang yg kupercayai.. tolong bantu aku simpankan surat ini." ucap Jakson.

"Baiklah.. aku akan menyimpannya di brankas rahasiaku." ucap Anderson.

"Baik, terimakasih sudah membantu pria tua ini." ucap Jakson.

"Ya.. kuharap itu tak menyulitkanku." ucap Anderson.

"Lalu bagaimana dengan perkembangan kasus Rafli.?" tanya Jakson.

"Aku masih mengumpulkan para saksi.. dan mereka sulit dihubungi." ucap Anderson.

"Aku khawatir pada cucuku.. " ucap Jakson.

"Aku akan berusaha menjaganya semampuku." ucap Anderson.

"Baiklah.. tolong ya." ucap Jakson.

"Dasar kakek tua merepotkan." ucap Anderson.

"Ck.. dasar manusia es tak bisakah hormat sedikit pada yg lebih tua." balas Jakson.

.

.

Jakson pun menjalankan rencananya dan mengirimkan hadiah pada menantunya untuk mengundangnya pada makan malam bersama Richard.

Martha yg menerima sebuah tas mahal pun kegirangan bukan main dan dirinya sudah merasa berhasil mengambil hati ayah mertuanya. Martha pun langsung mengabari Richard akan hal ini. Dirinya begitu bahagia akhirnya dianggap sebagai menantu di keluarga ini.

Malam harinya, makan malam mereka bertiga di dilakukan di sebuah resto italia. Disana Jakson sudah menunggu mereka berdua.

"Maaf ayah kami sedikit terlambat karena macet." ucap Richard berbohong padahal ini karena Martha yg berdandan terlalu lama.

"Iya silahkan duduk." ucap Jakson.

Hidangan satu persatu masuk sesuai urutan dan mereka makan dengan tenang. Nampak tak ada bahasan sama sekali membuat bingung baik Richard maupun Martha.

Demi mengambil hati ayah mertuanya, Martha pun membuka obrolan.

"Ayah, terimakasih atas hadiah tasnya.. aku menyukainya." ucap Martha tersenyum lebar.

"Syukurlah, aku senang mendengarnya.. aku juga baru mengirimkan tas yg sama pada Jeny." ucap Jakson.

Seketika Martha pun terdiam, dirinya yg merasa posisi dan kedudukannya lebih tinggi dari Jeny menerima hadiah yg sama dengan Jeny. Martha pun mengepalkan tangannya geram tapi tetap memasang ekspresi tersenyum.

"Ayah, bagaimana kesehatanmu?" tanya Martha.

"Aku baik-baik saja." balas Jakson.

"Kalian, makanlah makanan yg sehat jika ingin panjang umur sepertiku." ucap Jakson.

"Iya ayah.." ucap Richard.

"Kudengar, Aini kemarin masuk rumah sakit? apa yg terjadi?" tanya Jakson.

"Bukan apa-apa, Aini hanya kelelahan." jawab Martha.

"Kelelahan? bukannya dia sudah tidak bekerja.." balas Jakson.

"Ya.. itu karena kondisinya lemah.." ucap Martha.

"Kuharap Aini tak melakukan diet.. kudengar jaman sekarang wanita semakin menuntut untuk sempurna hingga kadang menyakiti dirinya sendiri." ucap Jakson.

"Iya ayah, Aini baik-baik saja." balas Richard.

"Dasar kakek tua menyebalkan.." gertu Martha dalam hati.

Makanan penutup pun tiba dan Jakson mulai berbicara.

"Martha, makanlah hidangan penutup yg disediakan." ucap Jakson.

"Iya ayah tentu." ucapnya.

"Richard, apa menurutmu kau tak semakin menjauh dari Arne?" tanya Jakson.

"Itu.. aku sedang berusaha memperbaikinya." balas Richard.

"Begitu ya.. " ucap Jakson.

"Dan aku sangat tidak suka pada ketidakjujuran." ucap Jakson.

"Maksud ayah apa?" tanya Richard.

"Ya.. insiden kemarin saat ulang tahunku.. aku sudah menyelidikinya kalau memang pelayan itu dibayar oleh seseorang untuk menumpahkan sup panas pada Jeny atau Arne." ucap Jakson.

Seketika Martha pun langsung merinding dan berkeringat. Hingga Jakson menyadari kegugupannya.

"Siapa pelakunya ayah?" tanya Richard.

"Sampai akhir si pelayan tetap tak mengaku.. karena aku lelah aku hanya minta agar dia dipecat." ucap Jakson.

Seketika Martha pun lega karena dirinya berpikir ayah mertuanya tak tahu siapa pelakunya. Dan Jakson menyadari setiap gerak-gerik maupun ekspresi Martha.

"Ada apa denganmu Martha? kau tampak berkeringat." ucap Jakson.

"Aku merasa sedikit gerah." ucap Martha.

"Padahal kita sudah berada di resto mahal dengan ruangan ber-ac. " ucap Jakson.

"Aku hanya gugup bertemu dengan ayah bertiga saja dengan Richard." jawabnya asal.

"Oh jadi begitu.. kau harusnya santai saja aku bukan orang jahat.. " balas Jakson.

"I-iya ayah." ucap Martha.

Martha pun semakin gugup saat Jakson berbicara. Dan Richard menangkap gelagat istrinya yg aneh tersebut. Hingga saat makan malam berakhir, Richard pun bicara pada istrinya.

"Kenapa kau tampak gugup tadi?" tanya Richard.

"Aku hanya.. ini pertama kalinya ayah memanggil kita berdua." ucap Martha.

"Hanya itu? tapi sampai kau berkeringat seperti orang ketakutan." ucap Richard.

"Ya aku sedikit takut setelah ayah kesal pada Aini.. aku takut saja Aini jadi dimarahi lagi karena memiliki ibu sepertiku." ucap Martha.

"Kau memang istri yg baik." ucap Richard.

"Terimakasih." balas Martha.

"Gara-gara kakek bau tanah itu bicara soal pelayan sialan itu aku jadi takut setengah mati.." umpat Martha dalam hati.

.

.

Sementara Jakson tahu dan melihat dengan jelas ketakutan Martha malam ini. Dirinya juga yakin kalau Martha mampu melakukan hal kotor. Kini hanya tinggal memeriksa ucapan Aini, karena menurutnya Arne tak mungkin mengatakan hal seburuk itu pada Aini. Bahkan Arne tak begitu peduli walaupun tahu mantan kekasihnya menikahi Aini.

.

.

Di tempat lain nampak Kenzi sedang berada di depan laptopnya. Dirinya pun mengirimkan sebuah surel dengan inisial anonim ke email milik Rafli. Sebuah email yg berisi bukti kejahatan Rafli selama ini dan ancaman agar pria tua itu mengakui perbuatannya.

"Mari kita lihat apa yg akan kau lakukan setelah membacanya." gumam Kenzi dalam hati.

Sebuah email ancaman agar pria tua itu merasa tak tenang dan mengakui semua perbuatannya. Dan Kenzi melakukan hal itu karena kakak sepupunya menjadi salah satu korbannya bahkan sampai depresi berat dan dirawat di rumah sakit jiwa.

Sementara itu, Rafli yg mendapat email itu pun langsung membukanya. Matanya pun melotot dan mulutnya mengaga melihat semua bukti kejahatannya yg dulu dikirimkan oleh seseorang dengan identitas anonim.

Rafli pun mencoba tenang karena tahu dirinya sedang diincar. Dan ingin melihat siapa yg berani menyerangnya dari sekian banyak korbannya. Walau dirinya bingung, darimana si pengirim mendapatkan semua bukti ini.

"Aku harus tenang dan tak boleh gugup." gumamnya.