Orang tua yang bercerai, keluarga yang berantakan, cinta yang menyakitkan di masa lalu sampai meninggalkan trauma yang mendalam, membuatnya tumbuh menjadi gadis yang nakal, suka membangkang, sering mabuk-mabukan, dan mengikuti balap liar. Sering kali dia ingin menyerah atas hidupnya, tetapi dia tidak senekat itu untuk mengakhiri nyawanya sendiri.
Marsya hanya sering menyakiti dirinya sendiri seperti menyayat lengannya, hanya untuk menyamarkan rasa sakit di hatinya.
Setelah lelah hidup di lingkungan yang menurutnya berantakan, ia memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya, menempati rumah mendiang neneknya,
akankah setelah merantau kehidupan Marsya akan membaik dan bisa melupakan traumanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngerujak
"cabut yu ah" ajak Aldo kepada teman-temannya setelah mereka selesai makan.
"kemana?" jawab Vicky
"biasa nyeting motor"
"lah ayo gas" kata Naufal
"ck, gua ga ikut ya mager" jawab Marsya sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
"ah ga asik, ayoo terakhiran sebelum lu ke Bandung" ajak Farel.
"Rel lu kaga lupa apa terakhir kita ikutin kemauan pak tua itu kita di kejar-kejar polisi gara-gara meresahkan masyarakat?" Marsya ketar-ketir mengingat terakhir dirinya mengikuti kemauan Aldo yang akan mengetest motor balapnya dan berakhir di kejar polisi gara-gara meresahkan masyarakat.
"ya itu sebenernya bukan ngejar kita Sya, kebetulan aja kita ada di situ jadi ikutan di kejar juga" kelak Aldo
"ya sama aja pak tua, mau kita atau mereka itu sama-sama lagi test motor buat balap" jawab Marsya mengerlingkan matanya, memang bukan hanya kelompoknya saja yang mengetest motor balapnya di daerah itu, tetapi banyak juga pemuda lain yang test motornya di tempat yang sama dengan mereka.
"ya udah terus apa dong sekarang?" jawab Aldo yang merasa bingung mau ngapain lagi karena memang biasanya Minggu sore dia akan test motor balapnya bersama mereka.
"ngerujak aja yok ngerujak" ajak Farel random.
"beli dulu dong buahnya" jawab Vicky
"kaga usah beli, ngambil aja noh di kebon bapak, yang di depan gang" jawab Farel memberikan ide, kebetulan di depan gang rumah nenek Marsya memang ada kebun jambu batu.
"Bapak siapa? Bapak lu?" jawab Vicky kepada Farel.
"bapak orang lah, bapak gua mana punya kebon" jawab Farel cengengesan
"sesad lu" jawab Bara menyenggol bahu Farel.
"yaudah ayo gas"
Jawaban Vicky membuat mereka terperangah bisa-bisanya anak sepolos Vicky mau-mau aja di ajak nyolong buah di kebun orang lain.
"astagfirullah Vicky, yaudah ayo gas" jawab Naufal sambil mengajak teman-temannya bergegas.
"gua nunggu disini aja lah, kalo berhasil ntar gua yang bikin sambel rujaknya" jawab Marsya dengan nada malas.
"yaudah sip"
"Neng, ada siapa itu diluar?" tanya Nenek Cahya dari dalam ruang tamu, rupanya nenek dan kakeknya sudah bangun.
"oh ada temen-temen Marsya nek, maaf berisik ya"
"engga kok, trus itu pada mau kemana kok sepi sekarang?" tanya nenek Cahya lagi sambil memakai kerudungnya.
"ah ituu mau ambil buah, katanya mau pada ngerujak nek" jawab Marsya sedikit bingung karena teman-temannya mengambil buah di kebun orang alias mencuri. (perbuatan tercela, jangan di tiru yagesya)
"ohh seperti itu"
"oiya nek, ini nenek sama kakek makan dulu, Bara beliin nasi padang tadi" jawab Marsya berlalu ke dapur membawakan piring serta bungkusan berisi nasi padang dari Bara.
"ini dari Bara neng? Masya Allah bilangin makasih ya" jawab nenek Cahya menerima bungkusan dari Marsya.
"yaudah neng makan sama nenek, kakek mau shalat Ashar dulu" ucap Kakek Arya.
"ah Marsya udah makan bareng anak-anak tadi, itu buat kakek sama nenek"
"yaudah bilangin makasih yaa ke Bara" Kakek Arya mengusap puncak kepala Marsya lalu bergegas ke kamar mandi.
Melihat neneknya makan dengan lahap, membuat hati Marsya berdenyut sakit, memikirkan betapa susahnya ekonomi keluarga mereka, baik dari keluarga papanya, maupun dari keluarga mamanya mereka semua kesulitan secara ekonomi, adapun dari mereka yang berhasil, mereka seperti menutup mata terhadap keluarga lain yang sedang kesusahan.
'baiklah, sepertinya gua emang harus cari kerja, meskipun belum bisa membantu banyak setidaknya gua bisa menghidupi diri gua sendiri dan mengurangi beban para orang tua' Marsya meneguhkan hatinya untuk pulang ke kota kelahirannya untuk memperbaiki kehidupannya.
*****
"eh itu Bar, belah sana itu di ujung" ucap Aldo menunjuk buah jambu yang sudah agak matang.
"berisik anjim, jangan keras-keras ntar ketauan sama yang punya" jawab Farel menggeplak lengan Aldo.
"kaga sopan anjir sama orang tua" gerutu Aldo.
"cih beda 3 tahun aja berasa udah jadi sepuh" Farel berdecih sinis.
"bacot ribut mulu, nih tangkep" jawab Bara melempar 6 buah jambu berukuran lumayan besar kepada teman-temannya yang berada di bawah pohon.
"Bar Bar itu tuh satu lagi itu di atas kepala lu" jawab Naufal.
"tinggi banget anjir, udah itu aja, itu juga udah banyak" jawab Bara sambil melangkahkan kakinya untuk turun dari pohon jambu.
"woy siapa itu yang berisik di kebon gua, mau nyolong ya lu pada" terdengar suara menggelegar seorang bapak-bapak.
"shit, cabut-cabut" jawab Naufal bergegas lari sambil membawa buah-buah jambunya.
"sial, tungguin gua woy" gerutu Bara karena dia baru saja berhasil turun dari pohon jambu, dan gegas berlari mengejar teman-temannya.
"oalahh cukk bocah gaada akhlak, abis udah buah jambu gua yang gua rawat dan gua besarin penuh kasih sayang seperti anak sendiri ini" ucap bapak-bapak itu mengelus batang pohon jambunya, ketika melihat beberapa pemuda berlari tunggang langgang dari kebunnya.
hosh hosh hosh
"hah cape banget anjir" ucap Aldo yang pertama kali sampai dirumah neneknya Marsya, lalu tak lama yang lainnya pun menyusul.
"kenapa lu pada, kaya abis di kejar setan aja" ucap Marsya mengernyitkan keningnya.
"hah hah lebih serem dari setan ini mah, abis kita kalo ketangkep sama dia" jawab Farel
"ya lagian lu sama Aldo ribut mulu jadi ketauan kan sama yang punya" jawab Bara mendudukkan dirinya di samping Marsya dan menyandarkan kepalanya pada bahu Marsya.
"cape banget gua" ucap Varel membaringkan badannya dan menjadikan kaki Marsya sebagai bantalnya.
"kan, liat, gua bilang juga apa, harusnya gua dapet gaji dari orang tua kalian, gua kaya lagi momong bocah TK, kelakuan lu pada kek bocah TK soalnya." sontak Bara dan Farel langsung terbangun dari posisinya masing-masing.
"mana buahnya, berhasil ga?"
"berhasil dong, nih" jawab Vicky memberikan kantong kresek hitam berisi buah jambu.
"niat banget lu sampe kepikiran bawa kresek" jawab Marsya mengambil kantong kresek tersebut.
"Opal itu tadi nemu dijalan" jawab Vicky lagi mengedikkan bahunya.
"yaudah gua bikin bumbu rujaknya dulu" jawab Marsya berlalu ke dapur membawa buah jambunya skalian untuk di cuci bersih.
Sebetulnya Marsya tidak bisa masak sama sekali, padahal mamanya sangat jago masak, entahlah sepertinya bakat-bakat baik yang ada di diri mama dan papanya tidak menurun kepadanya, hanya sifat buruknya saja yang melekat padanya, seperti keras kepala misalnya. Setelah beberapa saat, dengan berbekal resep yang dia buka di internet akhirnya Marsya menyelesaikan misi nya membuat sambal rujak.
"nih" Marsya membawa buah jambu yang sudah di iris-iris dan bumbu rujak yang sudah di pindahkan ke dalam piring.
"lu bikin bumbu rujak dimana? Di Baghdad? lama bener" protes Farel.
"ck jangan protes, gua bikin susah payah ini" jawab Marsya sambil mendudukkan dirinya di teras.
"enak kok ini" ucap Bara saat mencicipi sambal rujak buatan Marsya.
"kalo gaenak kasih kucing" jawab Marsya
"yang bener Bar? Kok bentuknya kaga meyakinkan yaa, takut keracunan aja gua mah" jawab Naufal mengusap dagunya.
"ya lu berharap apa dari sebuah sambel" Marsya berucap sinis kepada Naufal.
"ya ini warnanya aja keitem-iteman gini"
"itu pake gula merah, astaga mau ga kalo gamau sini gua buang"
"mau mau yaelahhh sinis banget" jawab Naufal.
"Nye nye nye" Marsya mencibir sinis teman-temannya.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊