Kata orang pernikahan adalah salah satu hal yang paling membahagiakan. Tapi ternyata mereka salah. Menikah dengannya dan hidup bersama dengannya adalah awal dari sumber sakit yang kurasakan. Awal dari luka yang tak pernah sembuh dan sakit yang selalu tak berujung. Bahagia? Apa itu? Rasanya itu seperti mimpi disiang bolong. Jika itu mimpi, maka mimpi itu ketinggian. Tapi.. Bolehkan aku menggapai mimpi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink berry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketulusan
"Ayah kalian sangat hebat. Hebat sekali malah." Orion... Pria itu benar-benar menjaga setiap kata yang keluar dari mulutnya. Sama sekali tidak ada kata jelek yang ia keluarkan menyangkut tentang sang pemimpin wilayah, Qian Kun. Yang ada hanya kekaguman yang tak bisa diucapkan melalui kata yang terucap.
Leon menatap wajah Orion. Tatapan anak itu begitu dalam. Leon melihat ada raut kagum dan ketulusan kata yang terucap dari mulut pria itu. Setiap kata yang terucap dari pria itu, hanya kata-kata baik yang terdengar oleh telinga nya.
Sama sekali tidak ada keraguan atau kata yang menjelekkan sang ayah. Berbeda dengan beberapa kolega sang ayah atau pun bunda nya yang pernah menjelekkan nama ayahnya.
Tapi Orion berbeda. Pria itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda iri dengan ayah nya. Malah dirinya begitu menyanjung sang ayah. Leon mulai berfikir, apa ayah nya dan Orion begitu dekat?
Tapi paman Rayyan dan ayah dulu katanya juga begitu dekat, tapi sekarang seperti orang asing dan hanya bicara seadanya. Setiap membahas sang ayah, ekspresi wajah nya pasti akan berubah.
Sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan di setiap percakapan nya. Berbeda dengan Orion, pria itu benar-benar menyanjung sang ayah. Anak itu memang tidak tahu sedekat apa hubungan sang ayah dengan Orion.
Tapi satu hal yang pasti, hubungan mereka pasti sangat dekat dan sudah berteman lama. Itu sebabnya teman ayahnya ini begitu mengenal sang ayah.
"Jika sudah besar nanti, Atlas ingin menjadi seperti ayah." Kata itu lolos begitu saja dari si anak tengah. Wajah nya terlihat begitu serius sekarang. Sangat tidak cocok dengan pembawaan nya yang begitu ceria.
"Tapi dunia ayah cukup berbahaya."
DEGH!
Itu si sulung yang berbicara. Alreisha menatap anak sulung nya. Wajah anak itu begitu tenang. Sama sekali tidak masalah dengan apa yang terucap barusan.
"Benar. Dunia ayah kalian memang berbahaya. Tidak menutup kemungkinan jika suatu saat nanti kalian juga akan terkena imbasnya."
Orion menatap Alreisha yang sedari tadi terdiam, ia tersenyum tipis. "Tapi ayah kalian tidak mungkin membiarkan kalian terluka. Ia pasti akan melindungi kalian apa pun caranya."
"Benar begitu kan, Alreisha?" Orion menatap Alreisha. Wajah wanita itu begitu tenang. Sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan disana.
Alreisha yang ditanya hanya tersenyum tipis. Ia terlalu enggan untuk membahas tentang dunia sang suami. Biarlah tugasnya hanya mendukung dan membantu sang suami semampu nya.
"Paman... Apa menjadi seorang Kepala Wilayah itu begitu melelahkan? Ayah selalu terlihat lelah jika sudah di rumah." Lagi, si tengah selalu bertanya pertanyaan yang tidak pernah di prediksi Orion.
Orion tersenyum melihat Atlas. Atlas benar-benar memiliki sifat ingin tahu yang luar biasa. Anak ini tidak diprediksi pola pikir nya. Sikap nya juga tidak tertebak.
"Karena Qian Kun seorang pemimpin yang hebat. Ia menanggung beban berat yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Tidak semua beban ayah kalian bisa dibagi dengan istri nya. Ayah kalian adalah tipikal orang yang tidak pernah menyerah. Ia kuat karena ada kalian di sisinya. Bukankah itu sudah lebih dari cukup?"
Leon tersenyum kecil. Ia tahu sekarang kenapa Orion bisa menjadi teman ayahnya. Pria dewasa di depan nya ini benar-benar tulus dalam berteman.
Itu bisa dilihat dari ekspresi nya ketika menjelaskan. Pria ini benar-benar memiliki ketulusan hati yang tak terhingga.
"Orion Oppa, terima kasih ya sudah memberi pemahaman terhadap si kembar tentang ayahnya" ucap Alreisha seraya tersenyum lembut. Alreisha benar-benar bisa bernafas lega sekarang.
Orion membuat pemahaman baru tentang dunia yang dijalani oleh sang suami. Jujur saja, bukannya Alreisha dan Qian Kun tidak bisa menjelaskan bagaimana tentang dunianya.
Hanya saja anak-anak akan mempunyai sudut pandang yang berbeda jika ada orang lain yang paham tentang dunia mereka. Bisa menjelaskan bagaimana kehidupan yang dijalani oleh orang-orang seperti Qian Kun dan Orion. Dan bersyukur nya Orion benar-benar bisa menjelaskan dengan bahasa yang mudah untuk dipahami.
"Tidak masalah." Orion membalas senyuman Alreisha dengan hangat. Hatinya mulai menghangat. Melihat senyum lembut dari Alreisha seperti mengobati rasa rindu nya dengan istri nya, Kaluna.
Kaluna... Menyebut namanya saja Orion jadi semakin merindukan nya. Bayang-bayang Kaluna masih membekas di ingatan Orion. Rasanya secepat itu Kaluna pergi meninggalkan dirinya.
"Paman, nama paman tadi Orion Ivander Damian, bukan?" Tanya Atlas penasaran. Wajah anak itu begitu penasaran dan rasa ingin tahu nya memang begitu besar.
Tak heran jika hal kecil tak luput dari perhatian dan pertanyaan anak ini. Bahkan untuk hal sepele saja itu bisa menjadi bahan pertanyaan nya Atlas.
Rasa ingin tahu nya yang begitu besar terkadang membuat Qian Kun dan Alreisha keteteran. Sedikit. Tapi terkadang juga sedikit merepotkan bukan?
Bukannya Alreisha dan Qian Kun tidak senang dengan pertanyaan random anak ini. Hanya saja terkadang Atlas tipikal anak yang tidak bisa membaca situasi.
Setiap ada sesuatu yang mengganggu pikiran nya dia akan langsung menyerukan pertanyaan nya. Tidak peduli kapan itu. Ia akan langsung bertanya.
Yang sering menjadi tempat pertanyaan random seorang Atlas Helios adalah asisten sang ayah, Liu Yang Yang. Untung nya pria itu cukup terlatih kesabaran nya. Dan sudah tidak diragukan lagi kesabaran nya seluas apa.
Menghadapi seorang Atlas bukanlah hal yang sulit untuk seorang Liu Yang Yang. Yang sulit itu adalah berinteraksi dengan Senja langsung. Anak perempuan satu-satunya Qian Kun dan Alreisha. Begitu sulit untuk berinteraksi dengan nya.
Dikarenakan kekurangan fisik anak tersebut. Yang-
"Benar. Nama paman Orion Ivander Damian. Ada apa, Atlas?" tanya Orion menatap Atlas lekat. Atlas yang ditanya hanya tersenyum lebar. Membuat Leon kesal menatap kembaran nya ini.
"Hehehe santai lah, Hyung. Kenapa galak sekali sih?" ucap Atlas santai. Melihat itu menambah kesal Leon yang melihat nya. Kembaran nya ini memang sering kali menguji kesabaran dirinya.
Melihat pertengkaran si kembar membuat Orion lantas tersenyum. Mereka benar-benar unik pikir Orion. Rumah pasti akan terasa ramai karena kehadiran mereka.
"Maaf ya, Oppa. Mereka memang sering usil" ucap Alreisha tak enak. Si kembar terkadang memang sering menguji kesabaran orang-orang di sekitarnya. Untung nya orang tua mereka begitu sabar.
"Tidak masalah. Mereka masih anak-anak, jadi wajar kan?" ucap Orion sambil terkekeh pelan.
Alreisha yang mendengarnya menggeleng pelan. "Tidak bisa selalu dimaklumi juga, Oppa. Terkadang Kun Ge juga bersikap tegas kepada mereka. Mereka terkadang seperti lupa tempat dimana mereka berada".
"Jangan terlalu keras, Alreisha. Itu tidak baik untuk mereka." Alreisha yang mendengarnya hanya mengangguk pelan.
"Mine."
...-...
...-...