Setelah membaca biasakan tekan like ya.
Sasha gadis SMA yang cantik dan ceria.
Saat dia pulang bersama teman-temannya tanpa sengaja tas miliknya di jambret. Tanpa berfikir panjang Sasha dengan berani mengejar pria yang menjambret tas nya tadi. Dia meminta teman-temannya itu menunggu di tempat biasa, mereka setuju karena tahu kalau Sasha jago bala diri.
Namun tanpa di duga pria itu justru memanggil teman-temannya, melihat itu Sasha ketakutan dan berbalik pergi karena tahu dia tak mungkin menang melawan 7 orang pria berbadan kekar itu, dengan sekuat tenaga Sasha berlari, melihat ada mobil mewah dan pintunya terbuka tanpa pikir panjang Sasha masuk dan bersembunyi.
Sedangkan pemilik mobil mewah itu sedang sibuk menelpon seseorang tanpa tahu ada Sasha yang bersembunyi di dalam mobilnya.
Bagaimana kisah Sasha selanjutnya. Yuk kepoin terus cerita receh author.
Cerita ini hanya karangan author, mohon maaf kalau ada salah penulisan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ismiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Sial
Bel tanda pulang berbunyi, semua siswa dan siswi berhamburan keluar dari ruang kelasnya masing-masing.
Sasha masih sibuk membereskan buku pelajarannya.
"Sha, cepetan dong," protes Micin.
"Napa sih Cin?" Tanya Sasha heran micin tak bisanya menyuruh dia cepat-cepat begini.
"Aku kebelet pipis," jawab Micin cepat.
"Ku kira apa," Sasha mengelengkan kepalanya.
"Cepetan sana ke toilet, aku tungguin kamu di parkiran," kata Sasha.
"Iya cepat lari sana takutnya ngompol di sini," ledek Lisa.
Micin mencebikkan bibirnya namun tak membalas ucapan Lisa.
"Cepat sana, ngapain masih di sini?" Tanya Bela binggung temannya itu tak kunjung beranjak padahal tadi dia menyuruh cepat-cepat.
"He he he he he he, anterin," rengek Micin.
Sasha menatap malas Micin lalu menoleh ke arah Bela. "Anterin Bel," pinta Sasha, dia sebenarnya malas berjalan ke toilet karena tempatnya lumayan jauh dari ruang kelasnya.
"Kok aku," protes Bela.
"Ayo dong, aku sudah kebelet nih," pinta Micin.
"Anterin Bel, kasihan tuh nanti dia ngompol disini kan bahaya," kata Lisa.
"Bukan bahaya tapi malunya tuh loh," kata Sasha di sertai candaan.
"Ish kalian mau antar aku tidak sih," kata Micin kesal sambil menghentakkan kakinya.
"Iya iya, aku antar," jawab Bela merasa kasihan dengan temannya itu.
"Tuh dengarkan kata Bela dia mau antar aku. Kalian berdua mah tidak setia kawan," kata Micin sebelum dia pergi tak lupa menjulurkan lidahnya ke arah Sasha dan Lisa.
"Ha ha ha ha ha ha, dasar bumbu dapur," kata Lisa tertawa melihat tingkah lucu Micin tadi.
"Ngambek dia," kata Sasha.
"Biarin aja nanti juga lupa," jawab Lisa.
"Oh ya Sha, kamu bukannya ada perkumpulan osis ya?" Tanya Lisa.
"Ha, kok aku bisa lupa ya," Sasha menepuk keningnya pelan, dia lupa kalau setelah pulang sekolah dia harus ikut rapat anggota OSIS, padahal tadi juga sudah diumumkan jadi Lisa tahu hal itu.
"Mikirin apa sih sampai lupa," kata Lisa.
"Eh bagaimana nih," Sasha binggung sendiri harus bagaimana, dia tak mungkin mengantarkan Micin pulang dulu lalu kembali kesini lagi.
"Apanya sih Sha?" Tanya Lisa heran dan penasaran.
"Itu sih Micin mau ku titip sama siapa? Tidak mungkin kan aku ngantar dia pulang dulu terus balik kesini lagi," jelas Sasha membuat Lisa paham.
"Eh Rani tunggu," teriak Lisa kepada temannya yang mau keluar dari kelas. Yang dipanggil Rani pun menoleh dan berhenti.
"Kenapa Lis?"
"Tunggu ada yang mau aku omongin," jawab Lisa.
Rani mengangguk, dia pun duduk di luar kelas menunggu Lisa menghampirinya. "Aku tunggu di depan," kata Rani diangguki Lisa.
"Kenapa sih Lis, kok manggil si Rani?" Tanya Sasha binggung.
"Sudah diam aja," jawab Lisa. Sasha akhirnya diam,dia memilih duduk lagi di kursinya.
Lisa pun menghampiri Rani, entah apa yang dia bicarakan, tak lama Lisa kembali dengan wajah tersenyum lebar.
"Tenang saja semuanya beres," kata Lisa membuat Sasha binggung tak mengerti.
"Maksudnya?" Tanya Sasha memastikan.
"Aku sudah minta Rani buat antar Micin pulang nanti," kata Lisa.
"Eh iya ya, kenapa aku tidak kepikiran," keluh Sasha.
"Kebanyakan micin jadinya begini," ledek Lisa.
Tak lama muncullah Bela dan Micin, keduanya masuk kelas.
"Ayo Sha," ajak Micin.
"Sorry Cin, aku ada pertemuan dengan anggota OSIS jadi maaf ya kamu pulang sama Rani aja," kata Sasha tak enak hati.
"Ya udah deh gak apa-apa. Terus mana di Rani?" Tanya Micin tak melihat temannya yang bernama Rani itu di dalam kelas.
"Dia ku suruh nunggu kamu di parkiran," bukan Sasha yang menjawab tetapi Lisa.
"Kami pulang dulu ya," kata Bela berpamitan kepada Sasha.
"Ok," jawab Sasha mengangguk.
"Iya duluan ya," kini giliran Lisa yang berpamitan kepada Sasha.
"Oh ya thanks ya," kata Sasha berterima kasih atas ide yang Lisa berikan tadi kalau tidak dia tak tahu harus bagaimana karena Micin takut menggunakan taksi, dia belum pernah naik kendaraan umum.
"Aku juga mau pulang dulu, oh ya hati-hati dijalan," kata Micin. Sasha mengangguk sebagai jawaban.
Setelah semua temannya pergi, Sasha berjalan menuju ruangan OSIS. Beberapa kelas sudah sepi namun ada beberapa siswa yang belum pulang, ada yang masih piket bahkan ada yang masih ikut kegiatan ekstrakurikuler.
Sampai di ruangan OSIS, Sasha langsung masuk karena sudah ada beberapa orang yang datang. Setelah semua berkumpul baru mereka memulai rapatnya.
Tak terasa waktu cepat berlalu, Sasha merasa lega akhirnya rapat selesai dan dia langsung menuju parkiran.
"Untung saja tadi sudah kasih tahu Bunda kalau aku pulang terlambat," kata Sasha dalam hatinya saat ini.
Parkiran sudah sepi hanya masih ada beberapa motor. Sasha berjalan menuju ke motor kesayangannya. Dia segera naik dan melajukan motornya pulang. Tubuhnya sudah lelah, dia ingin segera merebahkan tubuhnya di kasur empuk.
.
.
.
Di tengah perjalanan pulang.
"Loh kenapa nih," kata Sasha binggung, motornya kenapa begini.
Sasha memilih menepikan motornya. Dia juga memeriksa takutnya kehabisan bensin. Namun setelah memeriksa tangki masih aman.
Kini pandangan mata Sasha tertuju ke arah roda belakang.
"Sial...." Umpat Sasha terdengar seperti marah dan kesal.
"Ck kenapa pake bocor lagi nih ban,"
"Mana lagi tukang tambal ban kok gak muncul-muncul sih, mereka semua ngumpet dimana sih."
"Mana kaki ku dah pegel lagi,"
Sedari tadi Sasha tak berhenti mengomel tak jelas. Dia menoleh ke belakang tak menemukan motor atau mobil yang berhenti untuk memberi bantuan.
Sasha berhenti, dia menaruh motor kesayangannya di pinggir jalan dan dia memilih duduk di trotoar karena dia sudah tak kuat mendorong motornya.
"Haus banget nih, kok tidak ada ya penjual es di sekitar sini," keluh Sasha.
Beberapa orang ada yang berhenti menawarkan tumpangan namun Sasha menolak apalagi wajah pria itu terlihat mesum membuat Sasha bergidik ngeri.
"Neng Cantik butuh tumpangan?" Tanya pria yang lewat di depan Sasha. Wajah cantik itu nampak kehilangan senyuman nya saat melihat pria yang berniat memberikan tumpangan.
"Tidak," jawab Sasha singkat dan jelas agar pria itu segera pergi.
"Ayo ikut Abang, sebentar lagi mau hujan," itulah bentuk rayuan yang mereka sering lakukan.
Tin.....
Terdengar bunyi klakson yang keras membuat Sasha dan pria yang menawarkan tumpangan itu menoleh menatap mobil yang membunyikan klakson dengan keras.
"Itu bukannya mobil Kenzo," batin Sasha, dia merasa lega melihat orang yang dia kenal.
Mobil mewah itu berhenti di belakang mobil pria yang menawarkan tumpangan tadi. Kenzo turun dari mobil dengan tatapan tajam penuh intimidasi.
Pria yang menawarkan tumpangan tadi ingin langsung pergi, dia takut menyinggung Kenzo, dia tahu Kenzo bukan pria sembarangan.
Sasha di buat kaget, entah kenapa tiba-tiba pria aneh tadi kabur seperti ketakutan namun Sasha senang.
Sasha tertawa sinis. "Ha ha ha ha ha, rasain tuh biar kapok tidak balik lagi,"
Bersambung....
biar jadi Squad bumbu dapur /Facepalm/