Liu Yifei seorang Profesor fisika berbakat termuda didunia menjadi Putri Liu Wen yang kejam dari Kediaman Perdana Mentri Liu.
Putri yang dibenci semua orang dan banyak orang yang ingin membunuhnya, saat bertukar tubuh racunnya sembuh dan ia berhasil kabur namun tak sengaja bertemu dengan seorang Putra Mahkota dengan situasi yang menegangkan yakni sedang dikejar para pembunuh.
"Terima kasih telah menyelamatkanku"katanya sambil berlutut dengan wajah penuh darah.
"Tidak masalah! kau hanya perlu membayarku satu malam!"kata Liu Wen dengan nakal.
Extra Part
Putri Cacat dan Pangeran Buangan!
Lee Ri Won Pangeran Dinasti Joseon yang menjadi tawanan perang Kekaisaran Qin.
Sampai akhirnya ia jatuh cinta kepada Anna, Putri dari Kekaisaran yang menawannya selama ini! saat saat bersama Anna lah adalah kenangan terindah didalam hidupnya.
Karena semasa hidupnya tidak ada kata 'bahagia' bahkan sampai akhir hayatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PutriJue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Isi Hati Kaisar
"Yang Mulia... kembalilah. Ini sudah hampir pagi anda semalaman tak beristirahat"kata Chen, matahari mulai muncul tanda pagi hampir tiba, sepanjang malam mereka tak menemukan Liu Wen.
"Tidak! Aku baik baik saja! Masih banyak area Ibu kota yang belum kita telusuri, aku harus menemukan Wen'er"kata Kaisar, matanya sembab karena kurang tidur dan tak makan dari kemarin.
"Jika anda tidak pulang dan beristirahat dengan benar, anda akan sakit"kata Chen, ia benar benar mengkhawatirkan junjungannya itu.
"Tidak tenang saja"kata Kaisar mengulas senyum diwajahnya.
"Mungkin bagi anda tak akan ada masalah tapi jika anda sakit besok anda tak bisa mencari Permaisuri"kata Chen, alasan ini mungkin akan berhasil membuat tuannya yang keras kepala ini menurut.
"Baiklah kau benar, ayo kembali ke Istana!" Kaisar terdiam apa yang dikatakan Chen ada benarnya akhirnya ia memutuskan pulang mendengar alasan masuk akal Chen.
***
Kediaman Pangeran Keempat
"Salam Yang Mulia Pengeran"kata Chen, ia menyapa Pangeran Keempat yang hendak masuk ke kediamannya.
"Chen? Ada apa kemari? Apa Kakak Xuan sedang dalam masalah?"tanya Pangeran Keempat, tidak biasanya Chen datang padanya jika tak ada urusan penting, ia menyuruh Chen masuk ke kediamannya.
"Apa anda tahu kejadian beberapa hari yang lalu?"tanya Chen, ia tak melihat Pangeran Keempat beberapa hari yang lalu membuatnya yakin Pangeran Keempat belum mengetahui berita tentang hilangnya Liu Wen.
"Aku baru kembali dari gunung untuk mengambil beberapa tanaman herbal"
"Memangnya apa yang terjadi di istana selama aku pergi?"tanya Pangeran Keempat, ia tak pernah tahu apa yang terjadi walaupun sedang berada di istana karena tak mau ikut campur dan selalu tidak peduli.
"Jadi begini....."Chen menceritakan semuanya dan reaksi Pangeran Keempat tak terlalu terkejut akan hal itu.
*Jadi begitu. Kakak ipar pergi meninggalkan istana dan Ibu suri berusaha mengangkat Selir Chu jadi Permaisuri. Memang keputusan yang bagus untuk pergi dan lagi.... dari semua kejadian ini sudah jelas siapa dalang dibalik semua ini-batin Pangeran Keempat, ia mengehela nafasnya persoalan ini semakin sulit.
"Aku mengerti, aku akan menemui kakak Xuan dan bicara dengannya"kata Pangeran Keempat, ia pergi menuju Kediaman Naga.
Kediaman Naga
"Yang Mulia, Pangeran Keempat meminta izin bertemu"kata Kasim Ma kepada Kaisar Qin yang duduk di gazebo sendirian. Ia termenung sendiri dan memikirkan Liu Wen apakah ia baik baik saja sekarang.
"Izinkan dia masuk"kata Kaisar, ia nampak sangat lesu.
"Apa kau baik baik saja kak?"tanya Pangeran Keempat, ia duduk didepan Kaisar.
"Bagaimana bisa aku baik baik saja, aku kehilangan istriku"kata Kaisar tersenyum miring suaranya sangat rendah itu karena Kaisar tak memiliki tenaga lagi.
"Kau menyukainya?"tanya Pangeran Keempat dengan blak blakan.
"Hmm tidak..."
"......"Pangeran Keempat tersentak dengan jawaban yang dilontarkan kakaknya.
"Aku mencintainya... kau tahu. Bertahun tahun aku tak pernah menyentuh dan tertarik dengan wanita, cuma dia yang membuatku tertarik, tapi.... takdir tak berpihak padaku. Dilahirkan di istana dan diharuskan menjadi Kaisar membuatku harus berbagi tubuh dengan wanita lain dan tak bisa memperlihatkan kalau aku seorang pria sejati"lirih Kaisar ia melihat kearah langit, perasaannya sangat sedih dan ia mulai menyalahkan takdir buruknya.
"Kakak ipar pasti mengerti"kata Pangeran Keempat, ia tahu Liu Wen sebenarnya lebih tidak peduli dengan Kaisar tetapi ia yakin kakak iparnya itu tak pernah menyalahkan kakaknya yang memiliki banyak istri.
"Tidak! Jika dia mengerti dia tak mungkin meninggalkanku"bentak Kaisar, ia kesal dengan keadaan yang sedang dihadapinya, perasaan yang ia rasakan saat ini sangat menyiksanya.
"Pernahkah kau bertanya kepadanya. Apa kau menyukaiku? Apa kau ingin disampingku? Apa kau menerimaku apa adanya?"tanya Pangeran Keempat, ia tak paham soal cinta tetapi ia sering membaca buku tentang kejiwaan.
"Aku..."Kaisar menoleh dan menatap adiknya.
"Kau tak melihat dari sisinya, jika kakak punya keberanian kejar terus dia dan jika kakak masih mementingkan ego lebih baik lepaskan dia dan biarkan dia hidup dengan tenang"kata Pangeran Keempat, ia hanya ingin memancing kakaknya itu untuk menyatakan perasaannya yang sebenarnya kepada Liu Wen, ia juga tak mau Liu Wen tak kembali kemari karena keponakannya.
"Junxi! Bagaimana bisa aku melepaskannya! Dia milikku"bentak Kaisar, ia menarik kerah baju Pangeran Keempat.
"Lalu apa dia menggangapmu begitu?Lepaskanlah pikiran bahwa semua yang kau mau akan menjadi milikmu, aku tau kau baru pertama kali jatuh cinta tetapi cinta hanya perasaan yang tak bearti"kata Pengeran Keempat dengan dingin melihat reaksi Kaisar yang tak pernah dilihatnya membuatnya semakin ingin menggoda kakaknya itu.
"Haaa.... kau benar mungkin cinta bukan perasaan yang bearti tetapi aku tak akan pernah menyerah untuk mendapatkannya"kata Kaisar, ia melepas cengkamannya.
"Hmm... baiklah"balas Pangeran Keempat, ia tersenyum miring melihat kakaknya yang benar benar jatuh cinta kepada Liu Wen membuatnya ingin tertawa, kakaknya ini berubah 360°ia bahkan tak mengenalinya lagi.
"Oh ya, aku ingin menanyakan satu hal"seru Pangeran Keempat, ia ingin memberitahu tentang bayi kakaknya tetapi sebelum itu ia ingin melakukan tes sederhana untuk mengetahui apakah kakaknya akan melindungi sepenuhnya Liu Wen atau masih terikat dengan hal lain dan bisa saja menyampingkan Liu Wen dan bayinya.
"Hmm? Apa?"tanya Kaisar, ia melihat adiknya dengan serius.
"Jika suatu saat kau harus memeilih antara Ibu suri dan kakak ipar siapa yang kau pilih?"tanya Pangeran Keempat walaupun sangat kejam disuruh memilih sesuatu yang penting begini, ia harus tahu apa jawaban kakaknya.
"Kenapa kau menanyakan hal itu?"tanya Kaisar, ia sedikit binggung.
"Hanya penasaran"kata Pangeran Keempat sambil mengedikkan bahunya.
"Aku..... mereka orang yang paling penting dalam hidupku. Ibuku adalah orang yang melahirkanku dan Wen'er orang yang aku cintai. Sepertinya apapun yang dilakukan Ibu aku takkan bisa menyakitinya begitu pula Wen'er. Jika mereka berdua saling membunuh dan salah satu dari mereka hidup sepertinya aku takkan menghukum matinya"kata Kaisar dengan tegas itu adalah pemikiran yang normal ia cinta ibu dan istrinya.
"Baiklah aku pergi dulu"kata Pangeran Keempat.
*Jika itu keputusanmu maaf aku tak bisa memberitahumu soal kehamilan kakak ipar, itu akan membuat keadaan semakin kacau dan aku takut Ibu suri akan mencelakai keponakanku-batin Pangeran Keempat, ia bangkit dari duduknya dan kembali ke kediamannya.
******
"Liansu... sudah siap barang barangmu?"tanya Liu Wen kepada Meng yang sibuk membantu pelayan merapikan bawaannya.
"Maa...maaf Tuan Yu, Nona... bersikeras ingin membantu"kata para pelayan takut Liu Wen akan marah.
"Ayah!! Ayah! Bu...bukan salah mereka aku yang mau sendiri"kata Meng, ia takut Liu Wen marah karena tak bersikap layaknya para bangsawan.
"Hoo.... tidak apa apa! Liansu memang mandiri itu sebabnya aku menyuruhnya sekolah di desa dari pada di kota. Aku takut dia akan menjadi anak yang manja dan berperilaku buruk"kata Liu Wen, ia tak mempermasalahkan Meng yang masih bekerja menurutnya itu adalah kebiasaan yang baik.
"Tuan Yu baik sekali"kata para pelayan.
*Ayolah aku hidup dizaman demokratis, mana ada budak, jadi sudah terbiasa-batin Liu Wen.
"Kita akan berangkat, ayo naik kereta"kata Liu Wen menarik Meng keluar kamarnya.
"Akhirnya impianku menjelajah dataran Tiong dimulai"gumam Liu Wen, ia senyum senyum sepanjang jalan.
Baru satu jam perjalanan tiba tiba perut Liu Wen sakit. "Awww,, perutku!!"lirih Liu Wen sambil memegang perutnya.
"Ada apa Yang Mulia"tanya Meng, ia khawatir melihat Liu Wen yang sepertinya sangat kesakitan.
"Meng... ayo pergi ketabib! Bawa hanfu untukku"kata Liu Wen, ia takut kandungannya bermasalah, itu sebabnya ingin ketabib dengan penampilan wanita jika masih menjadi pria tua bisa dibayangkan bagaimana reaksi tabib mengetahui pria tua yang bisa hamil.
"Baik... Yang Mulia"seru Meng, ia tak bisa berpikir hal lain lagi selain kesehatan Liu Wen saat ini.
"Meng... walau aku menjadi wanita, kau tak boleh memanggilku Yang Mulia, panggil aku nyonya"kata Liu Wen, ia memperingati Meng.
"Baik... Nyonya"kata Meng mereka menghentikan kereta kuda dan pergi ke gubuk tua untuk menganti baju.
"Ini cadarnya, anda pakai biar tak ada yang mengenali anda"kata Meng, Liu Wen langsung memakainya dan menuju ke tempat pengobatan terdekat.
*Kenapa bantalnya tidak dilepas? -batin Meng saat melihat perut Liu Wen yang masih membesar membuatnya heran, ia berpikir sejenak dan menghiraukannya karena Liu Wen mengeluh kesakitan.
"Bagaimana keadaan Nyonya, tabib?"tanya Meng ia berkeringat saat mendengar keluhan Liu Wen didalam kamar perawatan.
"Kau siapanya?"tanya tabib itu, ia menatap sinis Meng.
"Aku..."kata kata Meng terpotong oleh Liu Wen.
"Dia temanku anak dari Tuan Yu, Yu Liansu"kata Liu Wen menyaut dari dalam kamar.
"Nyonya ini telinganya cukup hebat ya dari jarak sejauh ini masih kedengaran"kata tabib tersenyum, tabib itu dan Meng ada diluar ruangan sedangkan Liu Wen ada didalam.
"Terima kasih atas pujiannya"kata Liu Wen tersenyum manis.
"Baiklah! Percuma saja jika aku tidak memberitahumu"kata tabib itu masuk ke kamar meninggalkan Meng diluar.
"Memang apa yang terjadi kepadaku? Apa kandunganku baik baik saja?"tanya Liu Wen, ia melirik kebelakang memastikan tak ada Meng disini.
"Seharusnya kau sudah hamil hampir empat bulan tetapi detak jantung atau pergerakan dari bayi diperut tidak ada belum lagi kau tiba tiba sakit perut..."kata tabib itu sambil berpikir.
"Ya jadi... bayiku ba...baik baik saja kan?"tanya Liu Wen dengan cemas. Apa karena panjat tembok kemarin atau karena makan apa saja.
"Saya kira anak dikandunganmu sudah meninggal"kata tabib itu membuat Liu Wen terkejut.
"Me..meninggal?"air mata Liu Wen jatuh, apakah ia gagal menjaga anaknya yang bahkan belum lahir.