NovelToon NovelToon
Kehidupan Kedua

Kehidupan Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.

Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.

Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.

Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?

*

Ig: aca0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Entah sudah berapa lama mata itu tertutup, pucat di wajahnya tak berkurang sedikitpun seolah tidak ada darah yang mengalir kesana.

Erlan menemukan Siena sudah kedinginan di kamar mandi, tadinya ia hanya ingin memanggil Siena untuk sarapan pagi karena ibu mertuanya yang meminta demikian. Jika hanya ada mereka berdua, tentu Erlan tidak akan mau repot-repot mengurusi sarapan pagi Siena.

Siapa sangka Erlan tidak menemukannya di dalam kamar, suara gemericik air dari kamar mandi menjadi tanda bahwa Siena ada disana.

Dengan amarah yang memuncak Erlan memanggil nama Siena, berulang kali, tetapi ia tidak mendapatkan sahutan. Merasa ada yang tidak beres, Erlan mendobrak pintu.

Erlan yang menemukan Siena pingsan tanpa pikir panjang langsung membawanya, hanya saja kenapa Siena mandi dengan pakaian lengkap? Erlan sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran Siena.

Langsung terjadi kehebohan di mansion Calliope, Siena di larikan ke rumah sakit Harrison. Saat ini kedua orang tuanya menunggu dengan cemas dalam salah satu kamar VIP.

"Pa, kenapa Siena bisa pingsan? Kenapa dia nggak ngomong apa-apa ke kita?" Tanya Elva lirih, tangannya menggenggam jemari tangan Siena,

"Sabar ma, kata dokter hanya kelelahan." Ucap Thomas mengusap pelan bahu sang istri.

Sementara Erlan sudah pamit pergi ke kantor. Erlan akan menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin dan berjanji segera kembali, janji formalitas agar orang tua Siena tidak curiga dengan hubungan mereka.

...°°°...

Siena perlahan membuka matanya, tubuhnya terasa lelah. Pandangannya agak buram, ia mengerjap beberapa kali sebelum perlahan mengubah posisinya menjadi bersandar ke sandaran tempat tidur.

" Apa yang ada dalam otak kecilmu? Kenapa bisa pingsan di kamar mandi?" Suara berat dari dekat jendela mengalihkan atensinya. Matanya terpaku menatap sosok tampan yang tengah bersandar pada kusen jendela, netra hitamnya menyorot tajam dan dingin. Erlan masih membencinya.

" Berhenti membuat masalah, Siena!" Erlan berjalan mendekat, duduk di sisi tempat tidur.

"Aku lelah bertengkar." Ucap Siena lemah memejamkan mata, ia juga tidak tahu kenapa tubuhnya sangat lemah padahal tadi hanya mandi sembari mencerna ingatan Siena asli. Apa karena ingatan itu ia menjadi sangat lemah?

" Orang tuamu ada di luar bersama mommy, akan aku panggilkan." Kata Erlan keluar begitu saja.

Mendengar suara pintu tertutup, Siena membuka matanya. Siena harus mencari tahu kenapa ingatan tentang Cindy dan teman-teman masa remaja nya tidak bisa dilihat, ia harus tahu apa yang terjadi.

Cindy wanita licik itu Siena pastikan akan membalas perbuatannya.

Tidak lama kemudian orang tuanya masuk bersama Evelyn. Kedua wanita paruh baya itu bergantian memeluknya.

" Ya ampun sayang, kamu sakit? Kok nggak pernah ngomong sama mom, kan kalau mom tahu bisa dilakukan penanganan nya bisa lebih cepat." Ujar Evelyn mengusap sayang punggung tangan Siena.

"Benar, sie, kamu kan bisa bilang sama Erlan. Mama nggak bisa lihat kamu sakit..." Elva meneteskan air mata, usianya sudah lebih dari empat puluh tahun tetapi jika menyangkut anak-anaknya Elva sangat mudah menangis.

"Terimakasih ma, mom. Aku nggak apa-apa," Siena tersenyum haru, bersyukur masih ada orang yang menyayangi nya.

" Biarkan Siena istirahat, kalian berdua juga harus istirahat." Kata Thomas, meskipun tidak ada ekspresi berlebihan di wajahnya, Thomas senang Siena sudah siuman.

" Papa! Kita harus menjaga Siena disini!" Tegas Elva.

"Kalau kau mau pulang, ya pulang aja sendiri. Elva biar sama aku disini." Evelyn memang selalu berada di pihak Elva, baik dulu maupun sekarang mereka selalu memiliki pendapat yang sama. Mungkin itu juga yang membuat keduanya bisa sangat dekat melebihi Thomas dan Hutama.

"Aku nggak apa-apa ma, mom-"

"No sayang. Aku dan mama kamu akan tidur disini." Potong Evelyn cepat.

" Ya sudah. Aku harus pulang sebentar," Thomas hanya bisa pasrah, ia mendekat lalu mengecup singkat kening Siena, "cepat sembuh." Katanya datar.

Siena hanya bisa melongo melihat sifat papa nya yang lebih mirip dengan Erlan.

" Kok papa mirip sama Erlan ya?" Tanya Siena.

Kedua wanita paruh baya itu tertawa ringan, Elva menjawab dengan nada gembira, "Erlan anak Thomas, itu candaan masa lalu kami."

Siena mengangguk mengerti. Matanya terasa berat, padahal ia belum lama sadar tetapi ia sudah ingin tidur lagi.

"Tidur sayang."

Suara Elva dan Evelyn mulai mengecil kemudian sepenuhnya hilang berganti dengan alam mimpi.

...°°°...

Di kamar VIP Siena mulai membuka mata kembali, kerutan samar dicetak jelas di kening nya disertai ringisan kecil yang keluar dari bibir milik wanita tersebut.

Ia bergerak duduk secara perlahan, dengan tangan yang senantiasa memijit kepalanya yang agak pusing. Setelah di rasa agak membaik, Siena langsung mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Erlan sedang tertidur di sofa. Tapi, mana mama Elva dan mommy Evelyn? Apa sudah pulang?

"Erlan..."Panggilnya setelah berpikir sebentar. Pria itu menggeliat pelan, mata tajamnya terbuka, dan dengan sempoyongan ia berjalan mendekat.

"Apa?" Tanya Erlan.

"Mama mana?"

" Pulang."

Ish! Tidak bisakah pria ini menjawab agak panjang, kenapa dia hemat sekali mengeluarkan suara? Padahal suaranya tidak bagus-bagus amat, yaa... walaupun agak seksi. Tapi tetap saja itu menyebalkan!

" Kapan aku bisa pulang?" Siena kembali bertanya, sejak dulu ia tidak suka aroma rumah sakit. Menurut Siena aroma rumah sakit yang di dominasi bau obat sangat menyedihkan. Siena tidak nyaman.

"Nanti sore." Erlan berdiri sembari melirik jam tangan mewah di pergelangan tangan kirinya, "Aku akan ke kantor, nanti pak Bagas yang akan menjemputmu."

Pria tampan itu pergi begitu saja, baru saja ia menarik gagang pintu suara Siena kembali terdengar, " kenapa tidak kau saja yang menjemput?"

" Aku sibuk."

"Sibuk dengan Cindy?" Kata Siena dengan berani, ia ingin tahu sejauh mana Erlan mencintai wanita itu.

Erlan tidak menjawab, tangannya menggenggam erat gagang pintu, rahangnya mengetat. Tapi Siena tidak peduli, ia sungguh penasaran.

" Kau ingin kencan dengan Cindy?"

" Aku pikir permintaan maafmu tadi malam tulus, ternyata kau masih sama, menjijikkan. Jangan mencampuri urusanku, jangan mengganggu Cindy, itu perintah. Jika kau langgar, jangan harap kau bisa bebas." Kata Erlan sinis kemudian keluar dan menutup pintu dengan keras.

Siena menghela nafas lelah. Awalnya ia tidak ingin lagi mencampuri percintaan Erlan dan Cindy, tapi sejak ia melihat ingatan Siena asli entah kenapa ada sesuatu antara Siena dan Cindy yang tak bisa selesai begitu saja.

Jika tidak ada apa-apa, tidak mungkin ingatan itu sengaja tidak di perlihatkan.

Masa remaja Siena?

Mungkinkah semuanya berawal dari sana? Tetapi, Siena mengenal Erlan ketika ia sudah dewasa dan bukan saat masa remaja.

"Aku akan mencari tahu sebagai tanda terimakasih telah membiarkan aku menempati raga ini." Kata Siena penuh tekad.

...***...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!