Demi menjaga nama baik keluarga Adiguna, Sandra harus rela menjadi istri pengganti majikannya sendiri. Insiden mempelai wanita yang melarikan diri, justru membuat Sandra terseret dalam ikatan suci pernikahan dengan putra sulung keluarga Adiguna yang lemah lembut dan sangat ramah.
Namun sangat di sayangkan, akibat pelarian sang pujaan hati membuat sifat Harun Pradipta berubah sepenuhnya. Sifat lemah lembut dan ramahnya seakan terkubur dalam dalam bersamaan dengan perasaanya terhadap sang kekasih.
Penghinaan tepat di hari pernikahan merubah sosok Harun menjadi pria arogan dan dingin. Termasuk kepada wanita yang kini berstatus sebagai istrinya.
Lalu bagaimana dengan Sandra? Akankah dia bisa membawa Harun kembali dari jurang keterpurukannya.
Update setiap hari jam 12.00.
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Sandra menarik nafas dalam-dalam, ia harus berusaha menaklukkan suaminya mulai hari ini. Entah akan seperti apa tanggapan Harun pada Sandra yang terpenting ia melakukan hal yang diminta oleh mertua dan adik iparnya.
"Kakak, semangat." Bisik Ana seraya menunjukkan kedua ibu jarinya pada Sandra.
Tak lama terdengar suara mobil berhenti, Sandra merapikan pakaiannya barangkali sedikit berantakan. Hari ini ia sampai menggunakan baju dress pilihan Ana demi menyambut suaminya untuk pulang.
"Bismillahirrahmanirrahim, kamu bisa Sandra." Batin Sandra menyemangati dirinya.
"Selamat malam, Mas." Sapa Sandra gemetar saat Harun masuk ke dalam rumah.
Harun mengangkat alisnya mendengar panggilan baru Sandra untuknya, apa katanya tadi? 'mas'. seketika membuat Harun tersenyum mengejek.
"Biar aku yang bawa tas nya," ujar Sandra mengambil tas kerja dari tangan Harun.
"Ada apa denganmu?" tanya Harun dingin, menatap Sandra dari ujung rambut sampai ujung kaki yang terlihat berbeda malam ini.
"Eummm tidak ada." Jawabnya. "Aku udah siapin baju kamu, mandilah sebelum makan malam," tutur Sandra tersenyum manis.
Harun menggeleng dengan bibir yang naik keatas, ia tidak mau ambil pusing dengan perubahan pada Sandra saat ini. Pagi tadi ia masih bersikap biasa saja, memanggilnya dengan 'aden' dan sekarang sudah berubah menjadi 'mas'.
Di meja makan, Sandra terlihat melayani suaminya dengan baik. Mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Harun. Amira dan Adiguna saling menatap, mereka melempar senyum ketika melihat Sandra benar benar akan berusaha mendapatkan cinta suaminya.
"Kau mau kemana, Sandra?" tanya Amira ketika Sandra ingin pergi setelah melayani suaminya.
"Duduklah, Sandra. Duduk dan makan di sebelah suamimu," ucap Adiguna namun membuat Sandra ragu, ia takut Harun malah pergi dari meja makan karena tidak suka padanya.
"Ayo duduk saja, Kak." Ucap Ana juga karena Sandra tak kunjung duduk di sebelah Harun dan malah berdiri terus.
Sandra mengangguk kemudian duduk di sebelah Harun yang terlihat tidak peduli, pria itu hanya fokus pada makanannya tanpa melirik kanan kiri depan belakang atas bawah. Sandra menoleh pada Harun sebentar, yang ia lihat hanya rahang pria itu yang bergerak karena sedang mengunyah makanan.
Setelah makan malam, Sandra merapikan dan mencuci piring kotornya. Ia juga mengelap meja makan meski para pelayan yang lain sudah melarangnya.
Setelah semuanya selesai, Sandra membuat kopi untuk Harun dan kemudian barulah ia pergi ke kamarnya sambil membawa kopi kesukaan Harun untuk teman bekerja.
Sandra membuka pintu kamar, ia melihat Harun sedang duduk di sofa dengan laptop di depannya. Pria itu terlihat begitu fokus mengerjakan pekerjaannya.
"Mas, aku buatin kamu kopi. Diminum ya," ucap Sandra seraya meletakkan kopi di dekat Harun.
Harun tidak menjawab, seperti biasa ia akan cuek dan dingin pada Sandra. Pria itu hanya terus menatap laptopnya bergantian dengan berkas ditangannya.
Sandra memilih untuk duduk di kursi dekat jendela, menikmati angin malam yang berhembus menerpa wajahnya. Dari kamar Harun seperti ini, ia bisa melihat deretan rumah yang kebanyakan bentuknya hampir mirip kecuali dengan rumah Adiguna.
Tanpa sengaja, tangan Harun menyenggol cangkir kopi yang berada di atas meja. Seketika suara pecahan itu terdengar nyaring di seluruh ruangan dan menyita perhatian Sandra.
"Astaga!!!!" seru Harun ketika melihat sebagian berkasnya ikut tersiram kopi yang ia senggol.
"Ya ampun mas, tangan kamu kena air panas. Sebentar aku ambil kotak P3K," ucap Sandra melihat tangan Harun yang melepuh.
Harun bukan khawatir pada tangannya, ia justru khawatir sekaligus kesal karena berkas yang sudah ia kerjakan selama satu minggu harus rusak begitu saja. Mungkin ia bisa mencetak lagi dari file yang masih ada, namun ia itu semua belum di revisi olehnya.
"Sini mas," pinta Sandra mengambil tangan Harun untuk ia obati.
"Lepas!" bentak Harun menepis tangan Sandra dengan kasar.
"Ini semua karena mu, siapa yang menyuruhmu meletakkan kopi disana ha?!!! lihat semua perkejaan ku hancur berantakan!!" teriak Harun sampai membuat Sandra terkejut sekaligus sakit hati. Ia tidak pernah di bentak sebelumnya.
"Maaf," lirih Sandra menundukkan kepalanya.
"Tidak ada gunanya bicara denganmu." Ketus Harun kemudian pergi dari kamar dengan membanting pintu.
Sandra menarik nafas, ia menyeka air matanya berusaha untuk tidak menangis meski air matanya terus saja keluar. Sandra memunguti pecahan gelas itu dengan hati hati agar tidak melukai dirinya namun ternyata meski sudah hati hati ia tetap terluka.
"Aku baru saja berusaha tapi mendengar bentakan nya seperti tadi seakan menyuruhku untuk menyerah," gumam Sandra sambil memegangi jari telunjuknya yang mengeluarkan darah sedikit.
"Tapi tidak, Sandra kau tidak boleh menyerah. Buktikan pada suamimu bahwa kau pantas untuknya, lagipula seluruh keluarga mendukung mu," lanjut Sandra dengan kesungguhan.
Sandra membuang pecahan gelas itu kedalam tempat sampah, ia juga membereskan meja dimana berkas-berkas Harun yang basah berada. Dengan hati hati Sandra membawa secarik kertas yang basah kuyup, ia berniat untuk mengeringkannya. Semoga saja berhasil, batin Sandra mengusap dadanya.
NENG SANDRA, YANG SABAR YA☹️
BERSAMBUNG.........M