NovelToon NovelToon
Jejak Luka Diantara Kita

Jejak Luka Diantara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:708
Nilai: 5
Nama Author: sorekelabu [A]

Alya dan Randy telah bersahabat sejak kecil, namun perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua mereka demi kepentingan bisnis membuat hubungan mereka menjadi rumit. Bagi Alya, Randy hanyalah sahabat, tidak lebih. Sedangkan Randy, yang telah lama menyimpan perasaan untuk Alya, memilih untuk mengalah dan meyakinkan orang tuanya membatalkan perjodohan itu demi kebahagiaan Alya.

Di tengah kebingungannya. Alya bertemu dengan seorang pria misterius di teras cafe. Dingin, keras, dan penuh teka-teki, justru menarik Alya ke dalam pesonanya. Meski tampak acuh, Alya tidak menyerah mendekatinya. Namun, dia tidak tahu bahwa laki-laki itu menyimpan masa lalu kelam yang bisa menghancurkannya.

Sementara itu, Randy yang kini menjadi CEO perusahaan keluarganya, mulai tertarik pada seorang wanita sederhana bernama Nadine, seorang cleaning service di kantornya. Nadine memiliki pesona lembut dan penuh rahasia.

Apakah mereka bisa melawan takdir, atau justru takdir yang akan menghancurkan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 – Luka yang Disembunyikan Nadine

Bab 30 – Luka yang Disembunyikan Nadine

Pintu gerbang megah itu terbuka perlahan, memperlihatkan rumah berarsitektur klasik yang berdiri kokoh dan angkuh. Nadine melangkah masuk, napasnya berat namun langkahnya mantap. Ini bukan lagi tentang dirinya—ini tentang harga diri, luka masa lalu, dan keberanian untuk menuntut sesuatu yang seharusnya sudah ia terima sejak lama.

Tangannya mengepal kuat, matanya penuh bara. Bukan ketakutan yang dia rasakan—melainkan amarah yang telah lama ia pendam bertahun-tahun.

Ketika ia masuk ke dalam ruang tamu yang luas dan mewah, aroma wangi mahal memenuhi ruangan. Namun tidak ada yang bisa menyamarkan atmosfer dingin yang menyelimuti tempat itu. Di tengah ruangan, seorang pria paruh baya berdiri tegap, mengenakan setelan jas gelap yang rapi, wajahnya keras dan penuh kuasa.

"Nadine," suara pria itu rendah, penuh wibawa. “Kamu datang ke sini hanya untuk meminta pertanggungjawaban?”

Nadine menatapnya lurus, tak sedikit pun gentar.

"Saya datang ke sini untuk menemui anak Anda," jawabnya tegas, suaranya dingin tapi jelas.

Pria itu mengerutkan dahi. “Kamu pikir kamu punya hak untuk bertemu dengannya setelah semua ini?”

“Saya tidak minta izin,” balas Nadine tajam. “Saya datang karena saya harus. Saya bukan lagi perempuan yang bisa dibungkam seperti dulu.”

Mata pria itu sedikit menyipit, menilai sosok di depannya. Dulu, Nadine memang hanyalah seorang gadis polos yang mudah disakiti, tapi sekarang… yang berdiri di hadapannya adalah seorang perempuan yang membakar dirinya sendiri demi bertahan hidup.

"Kamu masih sama, ya. Emosional, keras kepala, dan menyedihkan."

Nadine tersenyum pahit. “Lebih baik jadi perempuan emosional daripada jadi laki-laki pengecut yang lari dari tanggung jawab.”

Pria itu mendekat, jaraknya kini hanya beberapa langkah dari Nadine. “Kamu pikir kamu bisa menghancurkan keluarga kami dengan omong kosong masa lalu?”

"Omong kosong?" Nadine tertawa getir. "Kalau bagi Anda itu hanya omong kosong, maka saya bersyukur karena saya tidak mewarisi hati sekeras batu seperti Anda."

Tiba-tiba langkah seseorang terdengar dari atas tangga. Nadine menoleh cepat. Seorang laki-laki muda turun, mengenakan kemeja putih. Tatapannya langsung tertuju pada Nadine. Sorot matanya tampak bingung.

“...Nadine?”

Napas Nadine tercekat sejenak. Sosok itu... sosok yang selama ini ingin ia temui. Sosok yang dulu ia kenal sebagai bagian dari luka yang ia bawa bertahun-tahun.

"Ya," ucap Nadine perlahan, suaranya menurun, tidak sekeras sebelumnya.

 "Akhirnya kamu muncul juga."

Pria paruh baya itu menoleh tajam ke anaknya. “Jangan dengarkan perempuan ini. Dia hanya ingin membuat keributan. Dia…”

“Cukup, Ayah,” potong laki-laki itu.

Seketika ruang tamu itu menjadi hening.

Laki-laki itu kini berdiri tepat di depan Nadine. “Kenapa kamu datang?”

Nadine menggigit bibir bawahnya. Seluruh keberaniannya tadi seakan runtuh saat menatap wajah itu. Wajah yang pernah ia cintai, dan wajah yang juga pernah menghancurkan dirinya.

"Aku datang karena aku ingin kamu tahu, aku tidak lagi akan diam dan menerima semua perlakuan yang kau dan keluargamu berikan."

Laki-laki itu menunduk, seolah menelan rasa bersalah yang selama ini ia abaikan.

“Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu…” gumamnya.

“Tapi kamu tetap melakukannya,” balas Nadine, kali ini suaranya bergetar. “Kamu membiarkan mereka menginjak harga diriku, kamu membiarkan aku pergi tanpa pernah bertanya apakah aku baik-baik saja…”

“Maaf,” katanya lirih. “Aku... pengecut.”

Nadine menahan air matanya yang nyaris jatuh. “Aku tidak butuh maafmu. Aku hanya ingin kamu tahu... aku tidak lagi hancur. Aku tidak datang untuk memohon. Aku datang untuk menunjukkan bahwa aku sudah berdiri kembali, meski tanpa kalian.”

Laki-laki itu tampak tak kuasa menahan emosinya. Wajahnya tertunduk, bahunya sedikit bergetar. Nadine memandangnya dalam diam. Entah perasaan apa yang memenuhi dadanya—amarah, luka, atau mungkin... sisa cinta yang belum sepenuhnya padam.

“Aku hanya ingin kamu tahu... luka ini tidak akan hilang,” ujar Nadine pelan. “Tapi setidaknya, aku tidak akan membiarkan siapa pun—termasuk dirimu—menyakitiku lagi.”

Dan tanpa menunggu balasan, Nadine melangkah pergi. Ia melewati pria tua itu dengan kepala tegak, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa kuat. Sangat kuat.

Langkah Nadine semakin cepat menuju gerbang rumah. Hujan mulai turun perlahan, namun dia tidak peduli. Air mata akhirnya jatuh, bercampur dengan titik hujan yang membasahi wajahnya.

Tapi kali ini, tangis itu bukan karena lemah. Melainkan karena ia berhasil—berhasil berdiri, dan menyuarakan luka yang selama ini tak pernah terucap.

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
Cicih Sutiasih
mampir juga di ceritaku, jika berkenan😊
sorekelabu: siap ka
total 1 replies
Cicih Sutiasih
aku sudah mampir, semangat😊
Cicih Sutiasih: jika berkenan, mampir juga di ceritaku
"Tergoda Cinta Mantan", 😊
sorekelabu: terimakasih ka😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!