Ada yang bilang hidup memberikan seseorang kesempatan kedua...
Namaku Hana Kurniawan. Dalam novel ini, aku sebenarnya sosok antagonis karena awalnya aku memang memiliki watak yang jahat. Kenapa aku menyebut diriku jahat? Itu karena aku rela melakukan apapun demi mendapatkan orang yang aku cintai walau sampai harus melenyapkan orang lain.
Tapi pada akhirnya aku tersadar bahwa yang aku lakukan itu salah. Aku memutuskan untuk membunuh diriku sendiri daripada harus di penjara karena ulahku sendiri. Tapi, sebelum aku meregang nyawa, aku berharap agar Tuhan memberikanku kesempatan untuk bisa hidup lagi.
Dan...
Tuhan ternyata mau memberikanku kesempatan kedua untuk bisa hidup kembali. Maka kesempatan itu tidak akan aku sia-siakan. Aku akan menjadi orang yang lebih baik, dan tidak akan terobsesi pada pria bernama Louis Cullen lagi.
Dialah orang yang sudah membuatku menjadi orang jahat. Dan di kehidupan kedua ini, aku akan berubah. Aku tidak akan mendekatinya lagi..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Milikku
PoV Hana
Louis tiba-tiba memegang tanganku dan membawaku keluar dari dalam klub. Di luar klub dia mendorong ku ke sudut tembok di mana tidak ada orang yang bisa melihat kami.
"Siapa dia Hana?" Tanya Louis.
"Siapapun dia, kenapa kau peduli? Tinggalkan aku." Teriakku.
"Apapun yang berhubungan denganmu aku peduli akan hal itu Hana. Katakan kepadaku siapa dia?" Ucapnya.
Tiba-tiba aku tidak tahu apa yang harus aku katakan padanya. Dalam kehidupan lamaku, dia tidak pernah melihat aku sedikitpun. Semua perhatiannya hanya tertuju kepada satu orang, yaitu Mira.
Pegangan tangannya begitu erat di tanganku.
"Louis, kau menyakiti aku. Lepaskan aku." Ucapku.
"Tidak. Aku tidak akan melepaskan mu. Lebih dulu katakan kepadaku siapa pria itu." Ucapnya lagi.
"Dia adalah teman masa kecil Sonia, namanya Joshua. Aku bertemu dengannya pertama kalinya di sini. Sekarang tinggalkan aku." Ucapku kepadanya.
"Hana....!" Ucap Louis dengan suara yang berat. "Pakaian seperti apa yang kau kenakan ini hah?" Tanya Louis.
"Tentu saja sebuah gaun. Apa kau tidak bisa melihatnya Pak Louis?" Ucapku dengan menatapnya tajam dan berkata seperti itu.
Tatapan Louis sekarang lebih marah lagi.
"Aku bisa melihatnya dengan jelas Hana, dan aku juga bisa melihat semua pria di dalam klub ini terus menatapmu. Aku tidak tahu bahwa kau sangat suka diperhatikan." Ucapnya.
Kemarahan ku semakin naik.
"Beraninya kau? Apa kau mencoba untuk menyebutku sebagai wanita murahan?" Ucapku seraya mengangkat tanganku untuk menamparnya.
Tapi dia memegang kedua tanganku dan menekan tubuhnya mendekat ke arahku. Aku ini seolah hanya seperti sebuah roti tipis diantara dirinya dan dinding.
"Aku tidak menyebutmu sebagai wanita murahan. Aku tahu kalau tidak mungkin seperti itu. Tapi pakaian yang kau gunakan ini menunjukkan lekuk tubuhmu dan kulitmu yang mulus. Hal itu membuatku berpikir hal yang lainnya Hana." Ucap Louis di telinga kananku.
Aku bisa merasakan nafasnya di leherku. Dia sepertinya bahkan bisa merasakan tubuhku dari balik gaun yang aku kenakan.
"Lepaskan tanganmu Louis. Tinggalkan aku." Ucapku.
Tapi dia tidak melepaskan aku. Dia malah mulai mencium leherku, tepat di dekat tulang pundak ku, lalu di dekat bibirku.
"Aku suka saat kau menyebut namaku Hana. Sebut namaku lagi Hana, sebutlah." Ucapnya.
Jantungku berdetak begitu kencang. Aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa mendorongnya menjauh.bKenapa aku tidak bisa menemukan rasa di dalam diriku bahwa aku membencinya. Membenci setiap sentuhannya. Aku malah menikmati setiap sentuhannya itu. Aku bisa merasakan tubuhnya yang menghangat dan bibirnya yang memberikan ciuman di leherku.
"Hana, aku tidak suka cara mereka melihatmu. Aku merasa ingin mencongkel mata mereka. Ah... Hana, aku akan mencium mu." Ucapnya.
Dia lalu memindahkan tangannya di punggungku dan menggerakkan jemarinya di punggungku. Tiba-tiba dia memegang pinggangku dan menarik ku mendekat ke arahnya, dia pun mulai menciumku.
"Ingatlah ini Hana, mulai hari ini dan seterusnya, kau adalah milikku, hanya milikku Hana. Siapapun yang datang diantara kita, aku akan membunuhnya." Ucap Louis dengan suara yang penuh tanda posesif dalam bicaranya.
Dia lalu berjalan menjauh meninggalkan aku di sana sendirian.
'Apa yang baru saja terjadi?'
Aku merasa seolah ingin menangis.
'Ya Tuhan, aku menyerah begitu mudah.'
Aku seharusnya membenci sentuhannya tapi aku malah menginginkannya lagi. Aku begitu lemah.
Bersambung...
bukannya itu jabatan yg ckup tinggi