Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 34. Ke Kota J
" Bu … ayo kita le rumah Kiran dan minta maaf. Siapa tahu mas Rio bisa dilepaskan."
" Iya bu, kesanalah. Minta maaf kepada keponakanmu."
Martiyah bergeming, ia tidak ingin putranya terus berada di penjara tapi dia sungguh gengsi untuk minta maaf kepada Kiran. Ia khawatir jika Kiran meminta rumahnya kembali sebagai syarat dilepaskannya Rio. Tapi cara yang diusulkan Riati menjadi salah satu solusi untuk melepaskan Rio.
" Ya ayo kita ke rumah Kiran dan bule kere itu."
" Bu … turunkanlah egomu dulu untuk anak mu."
Subagio sungguh tidak habis pikir terhadap istrinya itu. Ia terkadang sangat kesal dengan kelakuan sang istri. Bukannya tidak pernah menasehati, Subagio sudah sering memperingati istrinya namun Martiyah sungguh keras kepala. Wanita itu selalu melakukan apapun sesukanya sendiri.
Martiyah acuh dengan ucapan sang suami. Ia pun langsung menarik tangan anak perempuannya untuk menuju ke rumah Kiran.
Selama di perjalanan menuju rumah Kiran Martiyah menimbang apakah ia perlu meminta maaf dengan keponakannya itu atau tidak. Pas di belokan rumah Kiran Martiyah dan Riati terkejut melihat rumah Kiran tampak sedikit Ramai bahkan bertengger sebuah mobil van yang menurutnya sangat bagus.
" Ri … kok rame ya. Apa Kiran ada tamu?"
" Ndak tahu bu. Eh itu ada 2 cowok bule ganteng ganteng buk."
Riati terpesona melihat Akhza dan Abra yang memang sedang duduk di teras rumah. Sedangkan kedua bocah kembar yang merasa sedang diperhatikan itu merasa risih lalu kemudian masuk ke rumah.
" Lho … kenapa kok baru keluar udah masuk."
" Males, ada yang ngeliatin."
Rama hanya tersenyum simpul mendengar ucapan sang putra. Wajah kedua putranya itu memang rawan menarik perhatian dari orang lain.
Tak … tak … tak …
" Kiran … !!!"
Rama dan kedua putranya sedikit terkejut mendengar teriakan seorang wanita memanggil Kiran. Rama lalu berdiri dari duduk nya dan berjalam menuju ke depan.
" Maaf ibu, cari siapa?"
" Kamu yang siapa, mengapa ada di di rumah ponakan saya."
Rama mengerutkan keningnya, kini ia tahu siapa wanita yang ada di depannya ini.
" Oooh anda bibi nya menantu saya ya."
" Menantu??? Jadi kamu…."
" Ya, saya ayah Kai berarti saya ayah mertua dari Kiran. Ada apa anda mencari menantu saya."
" Saya ada perlu, cepat panggilkan anak tak tahu diri itu."
Riati membuang nafasnya kasar. Ibunya benar benar sudah tidak tertolong. Ia sudah pasrah akan nasib sang kakak. Riati merasa kedatangannya ke rumah Kiran hanya sia sia belaka karena tingkah emosional sang ibu.
Wis karepmu lah buk, mas meh nang penjoro selawase kui kabeh amergo egone ibuk ( terserah ibu lah, kakak mau di penjara selamanya semua iti gara gara ego ibu.) batin Riati.
Mendengar suara ribut di luar, Kiran, Sita dan Ana pun keluar. Martiyah yang melihat Kiran langsung naik pitam.
" Heh bocah sialan, cabutten laporan mu marang kakangmu. Kamu ki saudara dewe kok yo tego dipenjarakan!!!"
Sita sungguh marah menantunya diteriaki seperti itu. Kai yang baru pulang setelah berpamitan kepada Arman ikut kesal mendengar ucapan Martiyah.
" Saudara yang seperti apa yang anda maksud? Apakah saudara yang bahkan tidak melayat saat saudaranya meninggal dan malah tega mengusir keponakannya saat tengah berduka. Atau saudara yang membiarkan anaknya dengan tega merampas cincin keponakannya serta memukul keponakannya sampai pingsan dan masih berbekas luka hingga sekarang. Asal anda tahu nyonya anak lelaki anda adalah seorang kriminal. Dia terlibat sindikat curanmor bahkan dia adalah target buruan dari pihak kepolisian. Jadi meskipun saya tidak melaporkan nya, anak anda tetap akan diciduk polisi."
Duaaar … !!!
Bagai disambar petir di siang bolong, Martiyah sungguh terkejut mendengar fakta yang diucapkan pria bule di depannya itu. Ia tidak percaya bahwa sang putra melakukan pekerjaaan kriminal.
" Tidak … kau pasti bohong … anakku ra mungkin koyo gitu … ini bohong … "
" Terserah apa yang anda yakini, tapi itu memang kenyataannya. Oh iya dan satu lagi, anda tidak perlu khawatir kami tidak akan mengganggu kehidupan anda karena saya dan keluarga saya akan membawa Kiran ke kota J. Ke rumah kami yang ada di sana. Jika tidak ada keperluan silahkan kembali ke rumah anda."
Kai melewati Martiyah dan Riati yang masih syok dan membawa semua orang masuk ke rumah. Tiba tiba Kai memeluk Kiran di depan semua keluarganya membuat wajah gadis itu merona. Sita dan Rama yang paham langsung membawa ketiga anaknya yang lain masuk ke dapur.
" Maaf … maafkan aku yang tidak bisa selalu melindungimu?"
" Bang … abang sudah cukup baik melindungi ku. Terimakasih banyak."
Kai mengangkat dagu istrinya dan cup, ia melayangkan sebuah kecupan singkat di bibir sang istri.
" Bang … nanti dilihat semuanya."
" Tidak akan, mereka cukup pengertian untuk tidak melihat."
Kai kembali mengecup bibir istrinya kali ini menjadi sebuah lum*tan. Sepasang suami istri ini tidak tahu jika kedua orang tuanya dan adiknya tengah mengintip. Akhza dan Abra bahkan langsung menutup mata si bungsu saat sang abang mencium bibir istrinya.
" Sayang … sepertinya kita akan cepat dapat cucu."
" Kau benar mas. Triplet balik badan dan ke dapur bantu mommy masak."
Akhza dan Abra mengangguk dan menarik si bungsu dengan tetap menutup matanya.
" Ya Allaah aku pengen lihat."
" No, kamu masih dibawah umur Ana."
" Lalu apa bedanya aku dengan kalian, kalian hanya tua beberapa menit saja dariku."
Akhza dan Abra hanya terkekeh geli melihat wajah Ana yang cemberut karena tidak bisa melihat keromantisan abang dan kakak iparnya.
" Ra, abang jago juga?"
" Ho oh. Padahal nggak pernah deket sama cewek. Eh sekalinya dapet langsung jadi istri. Aku juga pengen gitu kayak abang. Jadi no pacaran."
" Aku setuju sama kak Akhza."
🍀🍀🍀
Setelah berpamitan dengan semua orang yang dekat dengannya Kai pun langsung memasuki mobil. Mereka urung membawa Kiran ke rumah sakit. Mereka akan memeriksakan kesehatan Kiran di RS Mitra Harapan saja nanti saat sampai di kota J.
Arman terlihat sedih kehilangan teman yang baik.
" Bang, jika ada waktu main lah ke sini lagi ya."
" Tenang Man. Aku akan datang lagi. Terimakasih untuk semuanya. Pak No, Bu No, terimakasih bantuannya selama ini ya."
" Iyo bang. Nitip Kiran jaga baik baik."
Kai mengangguk. Mereka pun segera meninggalkan desa itu. Kali ini Kai yang menyetir. Dia Tidak membiarkan sang ayah kembali membawa mobil itu pulang ke kota J. Kiran melihat keluar jendela. Air matanya luruh. Sita yang paham apa yang dirasakan oleh menantunya itu pun langsung memeluk Kiran.
" Menangislah nduk, jika itu membuatmu lega."
Kiran menumpahkan semuanya dipelukan Sita. Pelukan yang ia rasa begitu mirip dengan pelukan ibu nya.
" Pak, buk, Kiran pamit. Kiran mau ikut pulang ke rumah suami Kiran dan keluarga baru Kiran. Sampai jumpa lagi pak, buk, kenangan di sini akan selalu ada di hati Kiran."
TBC