NovelToon NovelToon
When The Heavy Rain Comes To You

When The Heavy Rain Comes To You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nanda Dwi

Lunar Paramitha Yudhistia yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi harus menerima kenyataan pahit bahwa ayahnya menikah lagi dengan rekan kerjanya. Ia tak terima akan hal tersebut namun tak bisa berbuat apa-apa.

Tak disangka-sangka, wanita yang menjadi istri muda sang Ayah menaruh dendam padanya. ia melakukan banyak hal untuk membuat Lunar menderita, hingga puncaknya ia berhasil membuat gadis itu diusir oleh ayahnya.

Hal itu membuatnya terpukul, ia berjalan tanpa arah dan tujuan di tengah derasnya hujan hingga seorang pria dengan sebuah payung hitam besar menghampirinya.

Kemudian pria itu memutuskan untuk membawa Lunar bersamanya.

Apa yang akan terjadi dengan mereka selanjutnya? Yuk, buruan baca!

Ig: @.reddisna

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanda Dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14: Revenge Offer

"Mulai sekarang, kau bukan lagi bagian dari keluarga Yudhistia lagi! Kau hanya mempermalukan nama keluarga yang telah kubangun selama ini."

Kalimat menyakitkan itu berhasil meruntuhkan segala dinding pertahanan yang telah ku buat selama ini, air mataku luruh dan hatiku seperti terhujam oleh ribuan pisau tajam.

Aku hanya terdiam, menundukkan kepalaku dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipiku, manik hazelku tak lagi menunjukkan binarnya. Semuanya hilang, sirna begitu saja.

"Berhentilah menangis, Sayang. Lihatlah matamu sudah sangat sembab," ucap Bibi Chen dengan lembut, berusaha menenangkan.

Bahuku bergetar hebat, seketika itu juga Kak Hana memelukku lembut. Merapikan rambutku yang tampak berantakan dan mengusap-usap wajahku yang tak kalah berantakan.

Selatan membuka pintu kamarku dengan hati-hati, membawa segelas coklat panas di tangannya. Ia meletakkan benda itu di nakas dan mulai berjalan ke arahku.

Ia berjongkok di depanku, memegang kedua tanganku dengan lembut, menyalurkan kehangatan ke dalam diriku. "Berhentilah menangis, aku tak suka melihatmu seperti ini. Aku akan membereskan mereka semua jika kau mau," tegasnya.

Selatan tak lagi menyembunyikan ketertarikannya padaku, secara terang-terangan ia menundukkan semua itu pada Bibi Chen dan Kak Hana yang tengah berusaha menenangkan diriku.

Aku memegang wajahnya dengan kedua tanganku, menggeleng dengan cepat untuk menolaknya. "Tolong jangan lakukan apapun pada Ayahku, aku memang membenci mereka tapi aku hanya ingin menyingkirkan wanita itu tanpa harus menyakiti Ayahku," pintaku dengan sesegukan.

"Kau ini naif sekali, Gadis kecil. Jika kau ingin menghancurkan wanita itu, maka hancurkanlah keduanya. Ayahmu sudah terbawa dalam arus permainannya terlalu jauh," ia menyentil dahiku, membuat tangisku semakin keras.

Ia menyuruh Kak Hana dan Bibi Chen untuk meninggalkan kamarku, menyisakan kami berdua dengan aku yang masih menangis tersedu-sedu. Kemudian, ia duduk di sampingku dan merebahkan dirinya di sana. "Oh ayolah, kemana perginya Lunar yang pemberani dan penuh percaya diri itu pergi? Kau bilang ingin menghancurkan orang-orang yang menyakitimu kan? Maka hancurkan semuanya, jangan cuma setengah-setengah!" tuturnya.

Aku ikut merebahkan diri di sampingnya, menyandarkan kepalaku di tangan besarnya dan mulai menghapus air mataku. Dengan mata yang sembab aku menatapnya. "Aku tak bisa melakukannya, bagaimanapun dia adalah Ayahku."

Ia mengusap sisa-sisa air mata yang membasahi wajahku dengan lembut. "Ayah mana yang tega membuang putrinya hanya demi seorang wanita, ia tak pantas menyandang gelar Ayah darimu."

Aku menggigit bibir bawahku, yang Selatan katakan memang benar. Ayahku sudah terbawa arus permainan wanita licik itu terlalu jauh hingga tak lagi memperdulikan diriku ── putri kandungnya.

"Bulatkan tekadmu, Gadis kecil. Aku akan selalu mendukung apapun yang kau lakukan, tunjukkan pada mereka bahwa kau tak mudah untuk diinjak-injak," ia mencium pipiku setelahnya.

Aku mendorong wajahnya menjauh. "Berani-beraninya kau mengambil kesempatan dalam situasi ini, menyebalkan!" gerutuku.

Ia hanya terkekeh kecil mendengar ocehanku.

"Jadi bagaimana, ingin bekerja sama denganku untuk membasmi hama-hama itu?" tawarnya.

Aku terdiam sejenak, memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi jika aku menerima tawarannya untuk membalas dendam. "Berikan aku waktu untuk memikirkannya, aku butuh waktu untuk memantapkan hatiku," jawabku.

"Baiklah, aku akan menunggu jawabanmu," ia mengelus-elus pucuk kepalaku dengan lembut.

Aku tersenyum kecil, kemudian membenamkan wajahku di pelukannya. Membiarkan diriku memejamkan di bawah rengkuhannya yang terasa hangat ── aku terlelap dalam buaiannya.

Aku terlelap di pelukannya hingga pagi menjelang, mentari menyapa kami dari sela-sela jendela kamarku. Aku mengerjakan mataku perlahan hingga akhirnya dapat melihat dengan jelas seorang pria yang masih tertidur pulas sembari memelukku.

Aku berusaha melepaskan diri dari pelukannya, secara perlahan namun pasti. Aku berhasil melepaskan diri dan mulai bangkit dari ranjang tempat tidurku. Membuka jendela kamarku dan membiarkan sinar mentari masuk lebih dalam menelusuri setiap inci tempat tidurku.

Kemudian aku mengambil handuk yang tergantung di samping lemariku, berniat untuk membersihkan diri, mengingatkan keadaan ku semalam yang kacau dan menyedihkan membuatku berniat untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan diriku sendiri hari ini.

"Huh, pegal sekali rasanya!" keluhku sembari memasuki kamar mandi.

Aku menyalakan water heater dan mulai memenuhi bathub dengan air hangat, kemudian menuangkan sabun cair dengan aroma bunga mawar yang kesukaanku.

Aku membersihkan wajahku yang berantakan dan mengikat rambutku dengan asal, menanggalkan semua pakaian yang ku kenakan dan mulai berendam di bathtub. Aku memejamkan mataku sejenak, merasakan kehangatan air yang menyapa tubuhku dan menghirup aroma mawar yang segar dan menenangkan itu dengan perlahan. Rasanya aku seperti terlahir kembali.

Aku mulai membersihkan diriku, menggosok seluruh tubuhku dengan lembut, kemudian menghabiskan waktuku untuk berendam selama tiga puluh menit sembari menatap pemandangan yang indah dari jendela kamar mandiku, menghadap langsung ke pusat kota dengan pemandangan gedung-gedung pencakar langit.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih satu jam di sana, aku memutuskan untuk menyudahi aktivitas mandiku. Aku menyambar handuk yang tergantung dengan cepat dan mengeringkan tubuhku. Kemudian, memakai berbagai krim untuk menjaga kelembaban tubuhku.

Lalu, aku mengambil pakaian yang telah ku siapkan sebelumnya dan memakainya ── sebuah koas polos berwarna biru muda serta sebuah celana berwarna hitam yang hanya menutupi pahaku, ini akan terasa nyaman untuk menghabiskan waktu sendirian di kamar.

Aku keluar dari kamar mandi dan mendapati Selatan masih tertidur lelap disana, dengan posisi yang sama. Tak bergerak sedikitpun, sebenarnya dia ini tidur atau simulasi mati sih? Namun, aku hanya membiarkannya. Tak sedikitpun terbesit niat untuk membangunkan tidurnya.

Aku meninggalkan sendirian di kamar dan turun untuk mengambil sarapan, cacing-cacing di perutku sudah protes meminta makan sejak tadi. Aku mengambil sepotong roti isi dan satu gelasku susu kemudian membawanya naik ke kamarku.

"Oh, kau sudah bangun," ucapku sembari meletakkan nampan berisi sarapan itu di meja.

Ia mengerjakan matanya dengan cepat, berusaha mengembalikan kesadarannya. Ia mulai menguap dan meregangkan otot-ototnya yang dirasa pegal. Kemudian melihat ke arahku dengan mata yang sedikit sayu. "Pagi," ucapnya dengan datar.

Aku hanya membalas ucapannya dengan senyuman, kemudian memberikan sebuah handuk kecil kepadanya. "Bersihkan wajahmu, jelek sekali. Tidak enak dipandang," ledekku.

Ia menatapku dengan datar kemudian mengambil handuk yang berada di tanganku dan masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Tak lama, ia keluar dengan wajah yang tampak lebih segar dengan senyum yang merekah di wajahnya.

"Aku senang kau sudah bisa tersenyum kembali," lagi-lagi ia mengelus-elus pucuk kepalaku.

"Yah, masa aku harus menangis sepanjang waktu karena masalah itu," jelasku.

Kemudian aku duduk di kursi dan mulai menyantap sarapanku dengan lahap, sementara ia hanya memperhatikanku sembari menopang dagu. Aku tak menghiraukan dan hanya fokus pada makananku untuk saat ini.

1
Aksara_Dee
suka bacanya gimana dong...🩷🩷
Mampir juga di karyaku ya ka
Aksara_Dee
Karya yang bagus Kaka
Sylvia Rosyta
masih nyimak ceritanya
Reddisna: /Rose/
total 1 replies
Aiyub Umikalsum
tetap semangat semangat.
SnowDrop❄️
Wuiss,,, kata demi katanya tersusun dengan sangat sangat kerenn🦋
S.gultom
semangat Thor 🤛
Jihan Hwang
hai kak aku sudah mampir /Smile/
semangat terus
Momo🦀
Hai kak, aku mampir ya🤗 semangat ya
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿
hallo,semangat thor/Smile//Smile/
putribulan
aku mampir kak, semangat ya
Queen
semangat kakak 🔥🔥
seczzby
semngttt thorrr💗💗💗
Alta💕
Hai kakak, aku mampir dan🌹untuk kakak, kata-kata yang kakak tulis puitis😊
Momo🦀: hai kk makasih sudah mau meluangkan waktunya 🙏🙏 sukses terus kk🤗
🇷‌🇭‌: ak mampir untk kakak
total 3 replies
Little Sister
ditunggu episode selanjutnya 😉
Ellana_michelle
semangat kakk, jangan lupa mampir/Smile/
Reddisna: Terimakasih sudah mampir.
total 1 replies
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
semangat🙏
Sylvia Rosyta
aku mampir kak 😊 semangat buat nulisnya 💪
Reddisna: Terima kasih sudah mampir.
total 1 replies
Aleana~✯
hai kak aku mampir....yuk mampir juga di novel'ku jika berkenan 😊
Reddisna: Terimakasih sudah mampir. 💓
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!