Pengganti Adik Ku

"Bukan kah kamu selalu menyuruhku diam ? " Lea menatap Arta dengan posisi tangan seperti membuat jarak antara dirinya dan juga Arta.

"Tapi sudah beberapa hari ini kamu diam. " Sambung Arta.

Mereka saling menatap, sekarang tatapan mereka menjelaskan bahwa keduanya memang tidak ingin saling kehilangan. Hanya saja mereka ragu akan hal itu terlebih bagi Arta.

Tatapan itu seakan saling menuntut satu sama lain, Lea memejamkan mata kala ia tahu Arta akan menyalurkan keinginannya.

Jika Lea bisa menolak mungkin ia akan menolak, Tapi Arta memang berhak atas apa yang ingin ia lakukan.

"Jangan diam saja, bermainlah. " Bisik Arta.

Arta menuntun tangan Lea agar melingkar di lehernya. Penyatuan itu kembali terjadi. Nafas keduanya sulang saling menderu. Arta sudah tahu jika menstruasi Lea sudah selesai, karna Arta melihat Lea sudah melakukan ibadah sholatnya

Dengan gampangnya Arta menarik tubuh Lea, tanpa mau melepaskan pagutan bib*r yang sedang mereka rasakan.

Dengan gerakan bersama mereka menjatuhkan tubuh mereka masing-masing. Arta pun menggantikan cahaya lampu kamarnya dengan cahaya lampu yang begitu redup.

"Mas, aku takut. " Bisik Lea saat Arta memberi kesempatan Lea untuk menghirup udara terlebih dahulu.

Arta hanya tersenyum penuh arti, "Rasa takut hanya awalnya saja Lea. "

Arta seakan yang lebih pintar dengan hal tersebut, Lea hanya mengikuti apa yang di lakukan oleh Arta. Sebagai suami istri mereka baru merasakan penyatuan yang begitu menggairahkan tentunya. Baru saja pemanasan Lea sudah menggelinjang dan mengeratkan cengkeramannya pada Arta.

"Aaaaahhhhh ... " Suara itu sangat candu bagi Arta yang mendengarnya.

"Aku lelah. " Bisik Lea.

"Ini belum seberapa Sayang, biarkan aku melakukannya kau diam saja. " Bujuk Arta membuat tanda kepemilikan di setiap penjuru tubuh Lea.

Arta tak menyangka tubuh istri yang selalu dia abaikan begitu indah, Arta yakin tidak ada laki-laki lain yang menjamah tubuh Lea selain dirinya. Dan Arta lah orang yang pertama melakukan hal itu.

Lea meraba tubuh kekar Arta, membuat Arta semakin melayang. Arta semakin tak tahan dengan sesuatu yang begitu cukup keras.

Lea segera menutup matanya kala melihat jelas benda kepunyaan Arta berada di antara kedua kakinya.

"Dasar wanita konyol. " Ejek Arta sambil tersenyum.

Arta menarik tangan Lea yang sedari tadi berusaha menutupi wajahnya.

"Mas yakin itu bisa masuk ? Apa tidak terlalu besar untuk ku ? " Tanya konyol Lea.

Lea belum tahu saja jika yang besar itu lebih eeemmmm ... 😅😅🙏🏼🙏🏼

Arta tidak mau menjawab pertanyaan Lea, dia lebih memilih untuk membungkam bibir Lea dengan bibirnya.

Arta membuka perlahan kedua kaki Lea, " Aku akan melakukannya sekarang. " Bisik Arta.

"Aku tidak tahu apah kah dia melakukannya atas dasar cinta, apa karna nafsu sesaat saja ? Mungkin dia hanya ingin merenggut nya saja. "Batin Lea masih bertanya.

"Aaaaaa ... " Jerit kecil Lea, saat barang kesayangan Arta perlahan masuk dan terus menerobos ke gua sempit milik Lea.

Arta hanya menggigit kecil bibir bawahnya, seraya menikmati sensasi cengkraman dari gua sempit milik Lea. Arta baru sadar jika Lea sampai mengeluarkan cairan bening dari sudut matanya.

"Aaaaaahhh ... sungguh sakit Mas. " Rintih Lea.

Arta hanya menyeka air mata Lea, " Sabar sayang. Nanti akan terbiasa dan tidak akan sakit lagi. "

Arta mulai menunjukan kemahirannya, keduanya saling mengeluarkan suara yang begitu senada. Kini Lea yang menjadi semakin buas, ia menekan leher belakang Arta agar mau menjamahi isi rongga mulutnya.

"Bagus Sayang, ini yang aku mau. " Bisik Arta saat dirinya mengambil nafas terlebih dahulu.

Keduanya merasakan puncak kenikmatan secara bersamaan, Keperawanan Lea sudah di renggut oleh Arta. Arta pun tidak mengelak jika Lea adalah gadis asli, kepunyaan nya masih tersegel dan masih sangat rapat.

Kini keduanya merebahkan tubuh mereka secara berdampingan, nafas sng masih menderu membuat mereka enggan bertegur sapa satu sama lain.

Setelah beberapa waktu Lea hendak terbangun. Dan ingin memakai pakaiannya kembali. Arta menoleh dan melihat jelas dua gundukan kembar milik Lea yang masih berisi, membuat Arta kembali menelan salipa nya dengan susah. Arta menarik tangan Lea, sehingga Lea jatuh ke atas dada bidang Arta.

Arta membalikkan tubuh Lea, dan langsung memposisikan kepalanya di atas dada Lea. Ia kembali melahap gundukan kembar milik Lea.

Rupa-rupanya Lea kini mempunyai Bayi besar yang setiap kali akan meminta hal itu pada Lea.

"Sttttttt ... Ahhhhh. " Suara itu terdengar lagi dari mulut Lea. Lea merasakan perih dan geli di sekujur tubuhnya.

"Mas, masih terlalu sakit. " Bisik Lea saat melihat Arta kembali berbaring dan mengangkat tubuh Lea agar ada tepat di atas tubuhnya.

"Aku akan mengobatinya lagi Sayang, " Arta meminta hal itu lagi pada Lea. Lea memang sesekali pernah menonton film dewasa di aplikasi biru, jadi Lea tahu apa yang suaminya inginkan.

Lea mengambil ancang-ancang agar benda milik Arta masuk tepat pada sasaran. Arta sampai mendongakkan kepalanya. Arta memegang pinggul Lea, dan memberi istirahat agar Lea mau menggoyang tubuhnya.

Lea hanya mengigit bibir bawahnya saja, sementara Arta tak mampu membuka matanya, karna rasa nikmat yang begitu nikmat yang sedang ia rasakan.

Lagi-lagi keduanya sama-sama melepaskan kenikmatan itu bersama-sama. Sampai Lea lupa untuk pergi ke kamar mandi, ia lebih memilih tidur di samping Arta. Terlebih saat Arta terus mendekap tubuh mungilnya.

Hanya selimut tebal yang menutupi tubuh polos keduanya.

Sementara Atala kini sedang berada dalam kungkungan wanita liar di luar sana, Atala mencari sasaran wanita lain untuk menggantikan posisi Lea. Meskipun dalam keadaan mabuk, Atala selalu pilih-pilih wanita liar mana yang akan dia tiduri.

Beruntung Lea bisa terhindar dari nafsu bejat Atala, Atala itu memang bajingan dia hanya mengikuti nafsunya saja. Tanpa betah dengan satu wanita. Tapi tidak di pungkiri karisma Atala lebih terlihat di bandingkan dengan Atala yang selalu memasang wajah ketus pada siapapun.

Lea saja sampai tidak bisa membaca tingkah laku bejat Atala.

Saat pagi menjelang, Arta dan juga Lea sudah terbangun dan membersihkan tubuh mereka masing-masing. Arta kembali pada sifat dinginnya membuat Lea semakin yakin jika hal yang Arta lakukan semalam itu di dasari oleh nafsu sesaat saja.

"Kamu tidak pergi ke kantor ? " Tanya dingin Arta.

Lea melirik ke sekilas ke arah Arta berada. Lea menggelengkan kepalanya.

"Bagus, sebaiknya kamu diam dari pada berkeliaran di luar sana. " Imbuh Arta dingin.

"Ini hanya sementara Mas, sampai rasa sakit di dalam tubuhku hilang. "

"Degg ... " Arta terdiam sejenak. Arta menurunkan egois nya. Dna berjalan ke arah Lea yang duduk di tepian kasur sambil membelakangi nya.

"Cupp .. " Arta mencium pangkal rambut Lea, sambil mengelus pipi Lea. " Istirahat lah, beritahu aku jika sakitmu masih berlanjut. "

Lea tersenyum dan menatap Arta dengan tatapan embun. Lea meraih tangan Arta dan mengecup punggung tangannya.

Arta pun pergi meninggalkan Lea untuk bekerja.