Cinta pertama, sesuatu yang menurut orang tak bisa dilupakan dengan mudah, mungkin itu juga yang terjadi pada Alya.
-Kamu cinta pertamaku, ku harap aku dan kamu akan selalu menjadi KITA-
Alya khumaira.
Namun bagaimana jika Alya tau bahwa dirinya hanya menjadi bahan taruhan saja? Mampukah Alya melupakan segalanya?
Dan bagaimana jika suatu hari di masa depan ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya?
Mampukah dia menghadapi Cinta sekaligus Kesakitannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengalah
Randi meletakkan hape dan kunci mobil Faris di meja, dan melihat itu Faris hanya bisa mengeryit.
"Kok, bisa di Lo?"
"Cewek Lo nitip.." Randi duduk di kursinya.
"Terus dia kemana?"
"Ke toilet, tadi ketemu di sana"
"Pantesan di tungguin lama"
Randi menyeringai "Udah gak sabar buat anuu yaaaa?"
Faris mengangkat alisnya lalu bangun "Bacot Lo" Faris memutuskan untuk menunggu Alya di depan toilet saja.
Saat tiba di depan toilet, Faris menyandarkan punggungnya di tembok menunggu Alya keluar, beberapa siswi yang keluar juga mengeryit heran melihat Faris berdiri disana, namun Faris hanya berdiri acuh tanpa melihat siapa pun.
Faris merasa kebas dia sudah berdiri hampir sepuluh menit tapi Alya masih belum keluar, hingga Faris tak melihat lagi ada yang keluar, Faris masuk dan memeriksa setiap bilik.. "Kosong.." Faris mengeryit namun dia masih terlihat tenang, Faris memutuskan kembali ke aula tempat diadakannya acara kelulusan, mungkin Alya sudah kembali.
Begitu tiba Faris mengedarkan pandangannya mencari Alya, sesaat dia juga melihat kepala sekolah yang sedang menyampaikan sambutan di atas panggung, namun dia tak juga melihat Alya.
Faris melihat Sani dan Sakira dari kejauhan, dia memutuskan untuk bertanya, apa mereka melihat Alya, bukankah mereka berteman, Faris tak tahu Alya menjaga jarak dengan siapapun di sekolah, termasuk kedua sahabatnya itu.
"Kalian liat Alya gak?" Sani dan Sakira hanya menggeleng bersamaan.
Faris tak mau membuang waktu dan memilih kembali mencari Alya, sambil mencoba menghubungi, namun dia tak juga menemukan Alya disana dan Faris makin mengumpat saat no hape Alya tidak bisa di hubungi.
Faris memutuskan untuk pulang dan melihat apa Alya sudah pulang atau belum, tak di pedulikan lagi acara kelulusannya.
Faris memarkirkan mobilnya di depan rumah Alya, namun lampu dirumah Alya sama sekali tak menyala, tadi saat datang menjemput Alya lampunya masih menyala "Kemana sih kamu beib.." lama Faris menunggu didalam mobil berharap Alya pulang, hingga waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam barulah Faris memutuskan untuk menyerah dan pulang.
Di dalam rumah Alya hanya diam, meringkuk, meski dia takut gelap, tapi dia lebih takut Faris dan Salsa, keduanya berbahaya, Alya tak menyangka Salsa akan memiliki vidionya, apa Faris juga memberikannya pada Salsa, bukan tidak mungkinkan dia juga memberikan kepada ketiga temannya itu bukan.
Alya menangis dia memutuskan pulang setelah mendapat ancaman dari Salsa, dirumah dia memilih mematikan semua lampu, untung saja Ibu dan Ayah sedang tidak dirumah, mereka sedang mengunjungi Kak Alisha yang mengalami keguguran, Ibu yang merasa khawatir pun segera berangkat ke kota M.
Alya yakin Faris akan mencarinya kerumah, dan benar saja Alya mengintip dari jendela mobil Faris berada di sana cukup lama. dan Alya baru bernafas lega saat melihat mobil Faris melaju pergi di jam 12 malam, Alya melihat hape pemberian dari Faris yang sejak tadi dia matikan. Alya tak berani menyalakan hapenya karena Faris pasti akan menghubunginya.
.
.
Esoknya di Bandara...
Faris masih berdiri di ruang tunggu bahkan suara panggilan keberangkatan pesawat yang akan di naiki nya sudah menggema diseluruh Bandara.
Faris masih melihat kearah pintu berharap bisa melihat Alya, tapi Alya tak juga terlihat.
"Kamu masih nunggu siapa sih Ris, ayo dong nanti telat masuk pesawat loh kamu!" Mami Faris ada di sana untuk menghantarkan anak semata wayangnya pergi untuk menuntut ilmu ke Negeri sebrang sana, disana juga ada ketiga temannya Pasha, Nando dan Randi, tak lupa juga Salsa.
"Bentar deh Mam,." Faris mencoba menghubungi nomer Alya namun masih saja tidak aktif, Faris mendesah frustasi.. "Ran Gue mau ngomong bentar" Faris melihat kearah Randi lalu menggedikkan kepalanya dan pergi menjauh beberapa meter.
Randi mengeryit lalu mengikuti Faris "Dari semua Gue percaya sama Lo, Gue bisa minta tolong.. kabarin Gue keadaan Alya, sejak semalam Gue gak bisa hubungi dia" Randi semakin mengeryit, dia ingin bertanya 'Apa ini alasannya mengalah, dan mengaku kalah?' namun Randi tak sempat bertanya, karena Faris harus segera naik kedalam pesawat, jadi dia hanya mengangguk.
Faris berpamitan pada semua dan pergi, Faris masih melihat sesekali kebelakang berharap bisa melihat Alya, namun bayangan Alya tak juga terlihat "Kamu ingkar Beib, aku harap kamu baik-baik aja Beib, tunggu aku pulang.."
.
.
Like..
komen..
vote...
🌹🌹🌹🌹🌹🌹