NovelToon NovelToon
Beri Aku Waktu 40 Hari Mas

Beri Aku Waktu 40 Hari Mas

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Yuri_Pen

Halimah, Seorang ibu muda yang tengah mengandung yang harus menerima kenyataan di gugat cerai oleh suaminya karena suaminya lebih memilih perempuan lain yang lebih cantik, lebih mudah dan lebih memperhatikan penampilan dari pada dirinya. dia pun menyetujui permintaan suaminya tersebut dengan syarat dia meminta waktu 40 hari kepada suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuri_Pen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari ke-16 Ridwan POV

Ridwan POV

"Kuharap pertemuan kali ini adalah yang terakhir! Dan aku putuskan untuk memilih istriku, meski sebenarnya hatiku masih ragu." Ku pacu mobil menuju tempat May dimana ia akan menemui ku. 

Semoga saja aku tidak kembali goyah seperti dulu. Setelah sampai, ku edarkan pandangan ke semua penjuru. Ketemu! Seorang perempuan cantik memakai gamis hitam dan kerudung berwarna kunyit, dengan gaya dibelit-belit sedang duduk manis sambil berpose di depan kamera.

 'Semoga lehernya tidak tercekik' batinku.

"Assalamu'alaikum, Neng!" sapaku lirih. Ia terkejut dengan kedatanganku.

"Waalaikumsalam, A." Dia menyambut ku semringah, ku kuatkan diri agar jantungku aman, dan tak kembali tertarik dengan pesonanya yang cukup kuat.

"Lama nunggunya?" tanyaku berbasa-basi. Segera kuambil buku menu untuk memilih. Tenggorokanku rasanya sudah kering, aku kehausan karena lelah, juga karena… grogi.

"Enggak ko, A. Baru aja Dateng," jawabnya sembari memamerkan senyumnya yang menawan. Aku menundukkan pandanganku, khawatir tak bisa menjaganya dari ia yang bukan pemiliknya.

"Oh, syukurlah. Yuk pesan minuman atau mau makan?" Kuharap dia memilih minuman agar aku segera pulang.

"Aku belum makan, A. Makan aja, ya!"

pintanya. Ia menarik tanganku memohon, aku melepaskannya cepat. Malu jika harus mempertontonkan kemesraan di depan umum. Terlebih ia bukan istriku.

"Baiklah. Kamu mau apa?" Aku mengalah. Tak mau memperpanjang masalah. Kuharap ia makan dengan cepat dan kami segera pulang.

 

"Aku mau pecel ayam aja, A, sama teh tawarnya satu," ucapnya sambil sibuk memerhatikan buku menu.

"Oke." Aku menyetujuinya.  

"A pesan apa?" 

"Enggak, minum aja. A buru-buru." Aku langsung memanggil waiters, dan memesan pesanan yang diinginkan.

“Kok buru-buru si, A? Kita kan jarang ketemu.” Ia cemberut sembari memainkan jarinya di meja.

“Iya, May. Maaf, ya!”

"A, ada yang mau May omongin," ujarnya ragu-ragu.

"Apa?" Aku mendongak menatapnya. Bulu matanya yang lentik membuatku sesaat terpana.

"Masalah pertunangan yang tertunda itu, lo," jawab nya sungkan. Duh, kenapa harus bahas itu si, baru saja aku mau jujur. 

May menatapku dalam, sepertinya perasaannya untukku sudah masuk ke tahap serius. Aku jadi tidak tega melukainya. Bagaimanapun akulah orang pertama yang memancing rasa.

"Oh," ujarku singkat, lalu terdiam memikirkan cara untuk memulai jujur tanpa harus menyakitinya.

"Jadi kapan?" Dia menunggu kepastian.

"Silakan, Mbak, Mas, ini pesanannya." Seorang waiters meletekkan pesanan kami di meja dan tersenyum dengan ramah. 

"Terima kasih, Mbak." Dia hanya tersenyum dan melanjutkan bekerja. Baru saja ingin minum jus Alpukat pesananku, May langsung mencegah.

"Bentar dulu, A!" Ia segera mengeluarkan ponselnya. 

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"A tangannya megang gelas, ya!" Dia sibuk menata meja bagus mungkin.

"Kenapa?" Aku masih bingung dengan kelakuannya.

"Mau di photo dulu atuh, A! Buat story di sosmed," ujarnya semringah.  

"Ya ampun, kukira apa." Dia sibuk memfoto makanannya, dan tanganku. Untuk apa?

"Sekarang Selfi dulu, ya!" Ia mengarahkan kameranya ke arahku.

"Eh, jangan!" Dengan cepat aku langsung menghindar. Aku tidak pernah mau berphoto bersamanya. Bisa gawat kalau Limah tahu. Dia pasti salah paham dan kembali ngambek

"Nanti aku blur ko muka, A. Supaya orang-orang kepo calon May siapa." Entah mengapa, aku mulai risih sekarang. Mau makan aja sibuk photo dulu. Duh.... 

"Satu, dua, tiga,!" Entah berapa kali jepretan, aku sudah mulai kesal dibuatnya.

 

“Udah ya, May! A juga mau ngomong serius sama, May!” cercaku. Tapi ia menggeleng meminta persetujuan sesuatu yang tidak aku sukai.

"Bentar, A sambil berdiri akunya, mau candid. A photo in, ya!" Astaga, kukira sudah selesai, masih ada sesi photo lagi. Haduh, kapan mau ngomongnya?

Mungkin beginilah dibalik photo-photo cantiknya di sosial media. Ia selalu ribet dengan moment apapun untuk diabadikan. Katanya tidak semua moment bisa terulang kembali. Setidaknya ada kenangan untuk setiap moment mengesankan.  

"Siap, ya! A lihat ke sini dong, sambil senyum! Satu, dua,.. " Tiba-tiba kakinya kesandung kursi, aku refleks segera menahannya.

"Mas Ridwan!" Aku mendengar suara yang tak asing, seperti suara? 

"Dasar pengkhianat!" Limah! Ya itu Limah. Tanpa pikir panjang aku segera melepaskan, May, dan... Bruk.

"Aww, A tolongin, May. Sakit tahu," jeritnya. May terjatuh, biarlah. Dia hanya sakit badan, sementara Limah ku sedang salah paham. Mungkin hatinya lebih terluka lagi.  

Aku segera mengejar Limah, untunglah kehamilannya membuatku mudah mengejarnya. Ia sudah tidak secepat dulu dalam berlari.

"Dik, tunggu! Kamu salah paham. Mas bisa jelasin!" Ia tidak berhenti, beberapa pasang mata mulai memandangi kami, duh kenapa aku jadi tontonan gratis gini? 

Kulihat kakinya tersandung, bahaya, aku tidak mau dia kenapa-napa. Sebelum jatuh, Limah berhasil ku tahan. Akhirnya tanganku sigap menahan pinggangnya.

“Awas, A! Ia melepaskan tanganku dari cengkraman pinggangnya. Lalu kembali berjalan menjauhiku.

“Dik, Mas mohon!” ratap ku. Duniaku serasa runtuh melihat air matanya luruh berderai.

“Urus surat cerai kita, Mas!” lirihnya. Aku diam mematung dengan penuturannya.

"Kayaknya si lakinya selingkuh, deh." Desas-desus mulai berdatangan, duh hancur reputasiku. 

"A kenapa ninggalin, May?" ucapnya manja. Limah menatap kami bergantian dengan mata yang memerah. Duh ngapain May pake nyusul segala? Berabe kan urusannya.

"Oh, ini pelakor nya! Kasian ya, cantik-cantik kaya gak laku, ngejar suami orang." Habislah riwayat kami. Mereka mulai menarik narik kerudung May, lalu entah kekerasan apa lagi yang menyerang bertubi-tubi.

"A, tolongin, May." Aku menatapnya iba, namun aku tak mau Limah ku salah paham lagi.

"Bu-ibu, suami saya juga salah!" Apa? Limah bilang apa? Tanpa menunggu aba-aba, ibu-ibu langsung membagi tugas mengeroyokku. 

"Dik, Mas bisa jelaskan," ucapku lirih. Tak bisa ku tahan lagi serangan ibu-ibu yang bertubi-tubi. 

"Dasar laki-laki, sama perempuan gatel." Mereka seperti kehausan menyerang kami.

"Peletak," Batu kecil dengan kecepatan lumayan tinggi mendarat tepat di pelipis ku. 

"Aduh," pekikku sambil memegang bagian yang nyeri. Pelipis ku berdarah, mereka meninggalkan kami begitu saja.

"Sukur tuh! Makanya jangan selingkuh! Bajuku robek-robek, wajahku lebam, pelipis ku berdarah.

Kulihat May kondisinya tak jauh berbeda denganku, rambutnya sudah acak-acakan, malang sekali nasib kami. Padahal aku hanya ingin menjelaskan aku sudah menikah. Kenapa endingnya begini? Nasib… nasib!

1
Sarifah aini eva rrgfwq
lanjut trus donk jgn pke sambung jdi putus2 bcany
YURI_PEN: Hallo kak terima kasih sudah mau membaca Novelku. biar gak ketinggalan setiap episode nya yuk jangan lupa follow dan bantu suport aku untuk terus berkarya.... Terima kasih
total 1 replies
Becce Ana'na Puank
Luar biasa
Fushito UwU
Duh, kehidupan karakternya keren bingits!
YURI_PEN: Yuk bantu Follow akun ini biar aku bisa lebih semangat menulisnya dan ikuti terus kisah Halimah☺️
total 1 replies
Celia Luis Huamani
Bukan sekadar cerita, tapi pengalaman. 🌈
Beerus
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!