NovelToon NovelToon
Terpikat Cinta Mas Duda

Terpikat Cinta Mas Duda

Status: tamat
Genre:Tamat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Bunda RH

Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.

Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.

Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.

Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.

Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Heboh

Tristan pun meminta mie instan rasa soto kepada Bi Eni.

"Untuk siapa, Den?"

"Istriku, Bi'. Ngidam kayaknya."

"Oh iya, sini biar Bibi yang masak!"

"Nggak usah, Bi'. Orangnya ingin masak sendiri. Oh ya, nanti mienya aku ganti."

"Tidak usah, Den! Bibi nggak mau, lagian itu Nyonya yang beliin."

"Oh begitu? Ya sudah, terima kasih."

Tristan pun meninggalkan kamar Bi Eni.

"Sayang, yakin mau masak sendiri?"

"Yakin, Mas. Mas kembali saja ke kamar kalau ngantuk."

"Nggak, aku nungguin kamu saja. Hati-hati masaknya, aku tunggu di meja makan."

Salwa sangat antusias meracik mie soto seperti yang ada di bayangannya. Setelah lima menit kemudian, mie sudah mateng. Salwa pun membawanya ke meja makan. Rupanya Tristan masih duduk manis sambil mengecek pekerjaannya dari handphone.

"Hemm.. wanginya. Ini pasti mantap." Monolog Salwa.

Tristan mendongak dan memperhatikan istrinya. Salwa mulai menyuapkan mie ke mulutnya.

"Masyaallah ini enak sekali!"

Tristan menelan salivanya sendiri melihat nikmatnya Salwa makan.

"Enak banget ya?"

"Iya dong, pedasnya pas. Mau cobain, Mas?"

Tristan menggeleng. Namun Salwa tetap ingin menyuapi suaminya.

"A... buka mulut, Mas!"

"Nggak mau, buat kamu saja!"

"Ayolah, Mas! Ini anak kita yang mau."

"Oke oke!" Tristan membuka mulutnya. Satu suap mie sudah masuk ke dalam mulut Tristan.

"Bener, ini enak." Batin Tristan.

"Sudah cukup satu sendok saja, Mas kan, nggak mau."

Salwa melanjutkan makannya. Tristan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sialan! Tahu seenak itu, tadi aku minta dimasakin aja sekalian." Batin Tristan.

"Mas, sudah habis. Bentar aku cuci mangkoknya dulu."

Setelah itu mereka berdua kembali ke kamar.

"Sayang, kemarin kita libur, malam ini boleh, kan?"

"Oh iya aku lupa, Mas. Kata Mbak Syifa harus kurangin dulu, karena takut membahayakan janin. Bahkan kalau bisa puasa dulu sampai usianya 16 minggu."

"Ish, yang benar saja, Sayang?"

"Lho, iya. Emang dulu waktu Ira di dalam perut Mbak Nabila nggak dikasih tahu seperti itu sama dokter?"

Tiba-tiba wajah Tristan berubah. Salwa melihat ada sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dari mimik wajah suaminya.

"Maaf, Mas. Apa aku salah bicara?"

"Tidak, tidak, aku tidak apa-apa kok! Waktu Nabila hamil Ira, dia benci banget sama aku. Tiap di dekatku rasanya mual. Jadi aku tidak pernah penyentuhnya sampai Ira lahir ke dunia dan sampai dia menghembuskan nafas terakhir."

Salwa tercengang mendengar cerita Tristan. Ia tidak menyangka seprihatin itu nasib Tristan.

"Semoga aku nggak ngidam yang aneh-aneh ya, Mas. Jadi kasihan kalau kayak gitu."

Tristan meraba perut Salwa dan menciumnya.

"Anak-anak Abi, kalian jangan nakal ya? Abi sayang sama kalian, Abi janji nggak akan nyakitin Bunda dan kalian."

Salwa tersenyum melihat suaminya.

"Ayo tidur, Sayang!"

"Nggak jadi, Mas?"

"Nggak jadi, aku puasa dulu nggak pa-pa demi mereka."

Mereka pun tidur dengan nyenyak malam ini.

Keesokan harinya, Pagi-pagi sekali sekitar jam 5 Shubuh Ayah Haris dan Bunda Raisya mengunjungi rumah Tristan. Mereka membawa beberapa makanan tradisional seperti getuk, dawet, dan lontong balap beserta sate kerang.

"Pagi sekali kamu bertamu, Ris! Apa kamu merindukan aku?" Goda Pak Ferdi kepada sahabatnya itu.

"Pede sekali anda! Aku ke sini pagi-pagi karena calon cucuku memanggilku dari semalam."

"Haha... mereka bahkan mungkin tidur lagi, Ris!"

"Bilang sama Tristan, jangan digempur terus! Awas saja kalau cucu-cucuku kenapa-kenapa!"

Bunda Raisya dan Bu Ratna hanya bisa geleng-geleng kepala melihat perdebatan dua sahabat itu.

"Alah, kayak kamu nggak gitu, Ris! Jangan berpikiran yang buruk! Anakku pasti menjaga istri dan calon bayinya."

Mendengar kehebohan di lantai bawah, Tristan pun penasaran dan turun ke bawah.

"Lho ada Ayah sama Bunda?"

Tristan mencium punggung tangan kedua mertuanya.

"Mana Salwa, Tris?"

"Ada, masih ganti baju, Yah."

"Ayah sama Bunda pagi sekali? Berangkat jam berapa tadi?"

"Jam 4 setelah shalat Shubuh, istriku merayuku untuk segera berangkat ke sini. Tadi kami mampir di pasar tradisional dan beli makanan. Ini ayo dimakan! Makanan ini cocok untukmu Fer, tanpa pemanis buatan dan tanpa pengawet. Itu pun kalau kamu mau."

"Ini makanan yang jarang ditemui di tempat biasa, Ris. Wah pasti enak!"

Tidak lama kemudian Salwa pun turun. Ia terkejut melihat Ayah dan Bundanya sudah berada di rumah itu. Bunda Raisya menanyakan beberapa hal kepada Salwa.

"Kamu nggak mual, Wa?"

"Kadang-kadang, Bun. Justru aku ingin makan terus."

"Syukurlah, mending begitu, kalau pun kamu muntah kamu tidak akan merasa lemas."

Karena sudah waktunya sarapan, Pak Ferdi mengajak Ayah Haris dan Bunda Raisya untuk sarapan bersama.

"Bunda, Apa adik bayinya sudah bergerak?" Celetuk Khumairah saat mereka sudah selesai sarapan.

"Belum, Sayang. Kan, adiknya masih kecil sekali belum berbentuk."

"Oh... kalau adiknya sudah bisa bergerak kasih tahu Ira ya, Bun?"

"Iya, Sayang." Salwa mengelus puncak kepala Khumairah.

Bu Ratna dan Bunda Raisya sangat senang melihat kasih sayang diantara mereka. Khumairah nampak sangat mengharapkan kehadiran sang adik.

"Jeng Raisya, kamu berhasil mendidik anak-anakmu, lihatlah Salwa! Dia sangat keibuan, dia sangat menyayangi Ira seperti anak kandungnya sendiri. Aku tidak bisa membayangkan kalau Tristan memiliki istri baru yang tidak bisa sayang kepada Ira. Anak itu memang butuh kasih sayang seorang Ibu."

"Mbak Ratna berlebihan. Salwa begitu, karena dia bisa menerima takdirnya. Dari kecil dia memang sangat menyayangi adik-adiknya. Aku juga tidak menyangka dia bisa seperti saat ini."

"Maaf ya, Jeng. Gara-gara menikah dengan Tristan, Salwa harus mengubur impiannya. Padahal dia sudah kuliah jauh-jauh bahkan sudah mendapatkan pekerjaan yang cocok di Turki."

"Mbak Ratna ini ngomong apa sih? Ini semua sudah kehendak Allah. Nyatanya Salwa mau menerima keadaan ini, ya... meskipun awalnya menolak."

"Apa lagi sekarang ya, Jeng? Udah mau punya anak. Semoga rumah tangga mereka langgeng."

"Amin."

Sore harinya, Salwa dan Tristan mengantarkan Khumairah ke tempat TPQ. Ternyata di depan gerbang banyak orang jualan. Ada batagor, cireng, bakso, telur gulung dan lainnya. Salwa pun tertarik dengan salah satunya.

"Eh, eh mau kemana?" Tanya Tristan, karena melihat Salwa tidak lang balik ke mobil setelah mengantar Khumairah Turun.

"Mau itu, Mas!" Salwa menunjuk gerobak batagor.

"Tidak, itu tidak higienis! Kalau kamu mau, nanti biar beli di cafe atau biar aku minta Bi Eni yang masak."

"Ya ampun, Mas! Ribet banget, tinggal beli yang ada saja!"

"Masuk!"

"Nggak mau, Mas! Please, ya? Ayolah cintaku sayangku kasihku." Mohon Salwa.

Tristan yang mendengar rayuan lucu dari sang istri pun menahan senyumnya. Baru kali ini istrinya begitu manja.

"Baiklah, aku tunggu di sini."

"Yeay, makasih cintaku."

Tristan menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya.

"Kamu lucu juga kalau sedang manja." Batin Tristan.

Salwa pun membeli batagor. Setelah membayarnya, ia kembali naik ke dalam mobil. Dengan tidak sabaran, Sala pun memakannya di dalam mobil.

Bersambung....

...----------------...

Next ya kak...

1
⛱ᵃᵞᵘ🏝
😘😘😘
⛱ᵃᵞᵘ🏝
Malam Pertama...🙊🙈
Bunda RH: skip gak tuh 🤣
total 1 replies
⛱ᵃᵞᵘ🏝
🙈🙈🙈
⛱ᵃᵞᵘ🏝
😄😄😄😄😄
⛱ᵃᵞᵘ🏝
Novel Ini Sangat Bagus..
Bahasanya Sangat Sempura..
Ceritanya Suka Bgt...👍🏻😍😘
Bunda RH: Terima kasih banyak kak 😍
total 1 replies
Adawiyah Bulia
Luar biasa
Bunda RH: Terima kasih kak
total 1 replies
⛱ᵃᵞᵘ🏝
Udah Baca Ceritanya Novel ke 2...😁🤭
Bunda RH: hehe iya kak, makasih
total 1 replies
⛱ᵃᵞᵘ🏝
Ooh.. Anak Tristan (Ayah Kandung Ira)
⛱ᵃᵞᵘ🏝
🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻
⛱ᵃᵞᵘ🏝
Assalamualaikum Hadir...🙏🏻🙏🏻
Bagus Baca Ceritanya Si Salwa...😘🤗
Bunda RH: Wa'alaikum salam kak, makasih supportnya
total 1 replies
Eka Sari Agustina
👍👍👍
susi sulastri
maaf bukan saya sok suci,namun kalau cerita nya pakau cadar saya kurang suka,jadi jarang saya baca
Bunda RH: Terima kasih Kak
Suka baca nggak suka tinggalkan
total 1 replies
Indah Martin
Luar biasa
Bunda RH: Terima kasih kak
total 1 replies
Rifa Lestari
saat brsama orng yg tepat kita akan d ratukan, melewati hri2 terasa damai mski ada mslh dtng..ortu pemeran utama dsni kyk alm kdua ortuku n mertua yg skrg, mereka sama2 sahabat karib dr remaja
Rifa Lestari
dr awal baca cerita smpai part ini bkin aku teringat klo ceritanya hmpir mirip dngan kisahku, wktu kcil prnh dket dngan sseorang n aku adlh cinta pertama untuknya..tp krna sesuatu hal dia nikah dluan n kita losss kontak, bbrapa th kemudian aku jg nikah..tp takdir brkata lain kita pisah dr pasangan kita masing2 d pengadilan, Qadarullah th 2023 kmrn trnyta Allah SWT mmpersatukan kita kmbali stlh 20th penantian suamiku yg skrg dr prtama x dia mencintaiku wktu aku msih SMP.. Mashaa Allah takdir Allah SWT itu emang yg trbaik 🤲
Bunda RH: MasyaAllah semoga menjadi jodoh sampai di surga nanti kak
total 1 replies
andhist82
Lumayan
Melki
akhirnya
Bunda RH: pindah ke judul lainnya yuk kak 😍
total 1 replies
Rahma Lia
Luar biasa
Bunda RH: Terima kasih kak
total 1 replies
Hadijah Nadia
👍👍👍👍👍🌹🌹🌹🌹🌹
Bunda RH: Terima kasih kak
total 1 replies
Hadijah Nadia
👍👍👍👍👍🌹🌹🌹🌹🌹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!