NovelToon NovelToon
Menjerat Hati Perjaka Tua

Menjerat Hati Perjaka Tua

Status: tamat
Genre:Tamat / Perjodohan / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:23.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rossy Dildara

Demi menuruti permintaan terakhir dari sang Ayah, Citra rela menikah dengan seorang pria matang berumur 35 tahun yang bernama Steven Prasetyo.

Dipaksa? Tentu tidak. Citra dengan ikhlas dan senang hati menerima pernikahan itu meski selisih mereka 16 tahun. Bahkan, dia sudah jatuh cinta saat pertama kali bertemu dengannya.

Namun, sebuah fakta mengejutkan saat Citra mengetahui sebuah rahasia tentang alasan Steven menikahinya. Mungkin itu juga sebabnya mengapa sikap Steven selalu dingin dan menjaga jarak selama ini.

Sesungguhnya dia kecewa, tetapi entah mengapa semangat untuk mendapatkan cinta dari pria dewasa itu tak pernah pudar. Malah makin membara. Citra bertekad akan membuat pria yang membuatnya berdebar setiap hari itu jatuh cinta padanya. Bila perlu sampai tergila-gila.

Akankah Citra berhasil menaklukkan hati Steven? Atau justru dia menyerah dan lebih memilih meninggalkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossy Dildara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Jadi pacarku

"Citra, kok kemarin kamu nggak masuk? Katanya sakit, sakit apa?" tanya Rosa saat melihat temannya itu duduk di kursi kelas. Saat ini mereka tengah menunggu jam pelajaran berikutnya.

"Pasti kamu sakit karena habis malam pertama, ya?" terka Lusi sambil cengengesan. "Cie ... bagaimana malam pertamanya? Enak nggak?"

"Enak dong." Citra sendiri tak tahu apa yang semalam dia dan Steven lakukan, tetapi baginya itu momen langka apa lagi ciumannya terasa hangat dan menghipnotisnya.

Mata mereka berdua langsung berbinar, lalu menggeserkan kursinya untuk lebih dekat dengan gadis itu.

"Apa saja yang kamu dan Om Steven lakukan?" tanya Rosa yang memulai pertanyaan karena jiwa keponya sudah meronta.

"Iya, enaknya bagaimana sih, Cit?" imbuh Lusi yang sama penasarannya.

"Rahasia, kata Om Ganteng masalah itu hanya aku dan dia saja yang tahu."

"Dih, kok begitu, sih?" Rosa langsung merengut mendengar jawaban Citra. "Kita 'kan teman, Cit. Masa kamu nggak mau bagi tahu."

"Iya, nih. Citra pelit!" seru Lusi yang ikut ngambek. "Padahal harusnya divideoin biar kita lihat."

"Bukan masalah pelit. Tapi Om Ganteng sendiri yang memintaku untuk jangan bilang ke siapa-siapa. Nanti yang ada aku dimarahi."

Rosa dan Lusi saling memandang, keduanya langsung berwajah lesu.

"Eh terus itu lehermu kenapa merah? Kayak habis digigit gitu." Pandangan mata Lusi mengarah pada leher kanan Citra, padahal agak tertutup oleh kerah baju. Tetapi mata kedua temannya yang begitu jeli dapat mengetahuinya.

"Iya, merah keunguan gitu." Rosa ikut-ikutan. Dia menyentuh leher Citra yang saat ini disentuh oleh pemiliknya. "Apa Om Steven kdrt sama kamu ya, Cit?"

Citra menggeleng. "Nggaklah, Om Ganteng orangnya baik hati dan lemah lembut."

"Terus itu kenapa merah?"

"Itu dia yang gigit, eh!" Citra langsung menutup bibirnya sendiri sebab sudah keceplosan.

Lusi dan Rosa sontak membulatkan matanya dengan lebar.

"Dih, katanya baik. Kok dia gigit?" tanya Rosa.

"Iya nih Citra, bagaimana kali. Pasti Om Steven kesel sama kamu, kan? Mangkanya kamu digigit. Sakit nggak itu? Pasti kamu nangis, ya?" Lusi memberikan rentetan pertanyaan, sorotan matanya mengintimidasi Citra.

"Iya, Citra 'kan cengeng, pasti dia nangis," tambah Rosa.

"Kalian ini apaan, sih! Kalian mah jomblo mana mungkin ngerti!" tukas Citra dengan bibir yang mengerucut. Dia juga menepis tangan Rosa pada lehernya. "Ini tuh namanya gigitan cinta. Rasanya juga geli-geli enak," tunjuknya ke arah yang dimaksud.

"Masa sih?" Kedua temannya bertanya berbarengan.

Citra mengangguk. "Iya, mangkanya nikah dong biar ngerasain. Enak tahu Gays. Aku saja sampai merem melek pas digigit Om Ganteng, he he he." Citra cengengesan dengan wajah yang merona. Kedua temannya itu hanya saling memandang dan langsung membayangkan Citra digigit Steven.

"Hai Citra cantik!" sapa Udin, dia tiba-tiba saja nongol di depan kaca yang terbuka tepat di dekat meja Citra.

Citra, Lusi dan Rosa yang tengah duduk itu sampai terperanjat, untungnya mereka tak jatuh dari kursi.

"Kamu ini, hampir saja jantungku mau copot!" sungut Citra kesal sambil mengelus dada. Jantungnya berdebar.

"Nggak tahu nih si Udin, rese," imbuh Rosa.

Udin hanya terkekeh. "Maaf Gays. Oh ya, Citra. Nanti istirahat makan berdua sama aku mau nggak?" tawarnya.

"Berdua doang?"

"Citra nggak bakal mau, dia mau makan sama kita." Lusi menyahut, dia melihat sebal pada Udin yang sedari tadi tersenyum dengan gigi kuningnya. Ditambah wajah hitamnya merona menatap Citra. "Iya nggak, Cit?" Lusi menepuk pundak Citra.

"Hari ini saja makan berdua denganku. Ada yang ingin aku bicarakan, Cit," kata Udin.

"Sekarang saja, kenapa musti nunggu nanti?" Rosa ikut menyahut.

"Kalian ini apaan, sih? Diem dulu kenapa?" Udin terlihat kesal sebab dua temannya itu ikut-ikutan menyahut. Padahal dia hanya ada perlu dengan Citra.

Kedua gadis itu langsung melipat bibirnya rapat-rapat.

"Mau ya, Cit," pinta Udin sekali lagi. "Aku tunggu kamu di kantin yang jual bakso."

"Iya, nanti aku ke sana." Citra mengangguk. Melihat dosen memasuki ruangan, Udin segera berlalu pergi dari jendela.

*

*

"Maaf lama, Din. Tadi aku ke toilet sebentar." Citra baru saja duduk dikursi kantin, menghampiri Udin yang memang sudah berada di sana duluan. Dia duduk di kursi depan terhalang meja persegi.

"Iya nggak apa-apa." Udin tersenyum manis. "Kamu mau pesan bakso nggak?" Udin menyodorkan buku menu pada Citra. Dan setelah mendengar gadis itu memesan, dia juga memesan menu yang sama.

Setelah beberapa menit akhirnya makanan dan minuman itu tersaji rapih di atas meja. Citra langsung menambahkan saos, sambal, kecap dan cuka ke dalam mangkuk. Lalu saat sudah diaduk dia pun melahapnya.

"Nanti malam aku boleh nggak main ke rumahmu, Cit?" pinta Udin.

"Mau ngapain? Lagian aku sudah nggak tinggal di rumah. Aku tinggal dengan Om Ganteng."

"Om Ganteng itu sebenarnya Ommu yang mana, sih? Kok aku nggak tahu? Bukannya Ommu cuma dua, kan?" tanya Udin seraya mengunyah bakso, lalu menyeruput kuahnya dari mangkuk. "Ah!"

"Itu Om dari Bundaku, Din."

"Oh. Emm ... ya sudah kita jalan-jalan saja kalau begitu, nanti malam mau nggak?"

"Memangnya mau pergi ke mana?" Sedari dulu Citra belum pernah pergi main pada malam hari. Dia memang sering meminta izin pada Danu, tetapi pria itu tak pernah mengizinkannya.

"Jalan-jalan saja. Nanti di sana lihat apa kek."

"Tapi 'kan nanti malam bukan malam Minggu, mana seru jalan-jalan dihari biasa."

"Seru aja kalau sama aku mah."

"Tapi kayaknya Om Ganteng nggak bakal izinin deh." Citra ingat bahwa Steven seperti tak suka pada Udin, pastinya dia tak mungkin mengizinkan laki-laki itu mengajaknya pergi.

"Tanya dulu saja nanti, Cit."

"Iya."

Akhirnya makan mereka selesai, Udin sampai bersendawa sangking kenyangnya. "Eeeug!"

"Ih kamu jorok! Sendawanya keras banget!" Citra terlihat kesal melihat Udin yang menganga begitu lebar di depannya.

Napasnya yang bau itu sampai tercium pada teman laki-laki sekelas Citra yang berada di samping Udin, dia melengos begitu saja sambil bergumam, "Jorok banget, sudah bau ketek, napasnya bau lagi. Itu si Citra kenapa mau dekat-dekat dengan si Udin? Aneh."

"Maaf, Cit. Aku kelepasan." Udin menutup bibirnya, lalu menyeka wajahnya yang berkeringat dengan tissue.

"Hanya ini yang mau kamu bicarakan? Kalau begitu aku mau balik ke kelas deh, ya?" Citra baru saja bangun dari duduknya, hendak melangkah, tetapi dicekal lengannya oleh Udin.

"Sebentar, duduk lagi."

Citra melepaskan tangan Udin kemudian duduk kembali. "Bicara sekarang. Aku masih ada tugas."

"Eemm ... aku tahu kamu masih sendiri, Cit." Udin membuang napasnya secara perlahan. Lengannya terulur menuju meja lalu menyentuh punggung tangan Citra. Ujung kuku-kukunya terlihat hitam dan agak panjang-panjang. "Mau nggak kalau kamu jadi pacarku?"

Citra mengerutkan kening, lalu menarik tangannya di atas meja. "Apa sih maksudmu? Kita 'kan teman."

"Iya, aku tahu kita teman. Ya nggak ada salahnya dong kalau kita pacaran. Banyak juga kok teman jadi pacar, Cit."

...**Wah si Udin😲...

...ayok terima, Cit. Lumayan kamu punya selingkuhan 😂 kapan lagi coba🤢**...

1
Nayosha
Si Opa ya burung di anggap cucunya hadeueuh....si Kevin jg untung adanya di Novel doang....KL ada di dunia nyata kacau dech berisik kali ya/Smile/
Nayosha
Juna.. Juna...hebat banget mepetin calon papinya ...sampai Opa nya pusing
Nayosha
Wah Juna bener" nich anak keturunan si Opa kelakuannya....ngomong nya lucuuu
Nayosha
bagus jg aktingnya Juna....akhirnya berhasil meluluhkan Angga/Grin/
Nayosha
ngakakak abiiiss dg kelakuan Juna... hadeueueh /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Nayosha
ya Ampuuun Juna gemessiin banget....
Inaherlinasofia
wah ngambil jalur cepat si abi🤭
Nayosha
haduuuh ini bahasan burung selalu ada....
Nayosha
Si Janet bunting ikut"an ngidam ya...minta yg aneh"
Nayosha
Juna mulai suka tuh sm Tian
Nayosha
semoga Thian bangkit lagi bisa sukses
Nayosha
Alhamdulillah Tian SDH unsyaf
Nayosha
jujur aja Tian apa adanya....mudah"an Nissa mau percaya dan kamu ga di pecat
Nayosha
Tian SDH insyaf stev....izinin dia tobat ya kasih kesempatan dl lah
Nayosha
bagus Tian pisah aja SM Fira itu lebih baik dr pada stress hrs selalu memenuhi kebutuhan Fira yg Glamour....insyaf aja deketin Nisa...mudah"an jodoh ya....
Nayosha
malah Tian yg di porotin sm Juna...blm apa" karma/Grin/
Nayosha
hahaha buaya di kasih daging....ya nyantok lah....Fira" ada ya istri yg begitu parah banget itu mah
Nayosha
gpp Tian mau beneran aja Nissa...biar tau rasa si Fira, tinggalin aja skalian...Krn sebenernya si Tian orang nya bener cuma di pengaruhi Fira SM KK nya tuch
Nayosha
gpp Tian mau beneran aja Nissa...biar tau rasa si Fira, tinggalin aja skalian...Krn sebenernya si Tian orang nya bener cuma di pengaruhi Fira SM KK nya tuch
Inaherlinasofia
tar istri mu marah Abi😅😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!