BURUK RUPA JADI RATU TUAN KEJAM

Setelah mengungkapkan kedatang mereka, Linda pamit sedangkan Kania tinggal karena harus langsung bekerja.

"Semangat ya Kania..Aku pulang dulu, jika kamu ada kendala selama bekerja jangan sungkan menghubungi Tante Carlota atau menghubungiku langsung."

Linda sudah berada dalam mobil dan siap-siap untuk pulang.

"Baik bos, Aku akan senantiasa menjaga kepercayaan yang sudah kamu amanahkan padaku." Hormat kania seperti seorang prajurit menghormati atasannya.

"Jangan lebay. Bye." Linda tertawa lalu menghidupkan mesin mobilnya.

"Aku yakin kamu bisa mengatasi semua ini kania. Aku percaya padamu."

Sedikit demi sedikit mobil berjalan dan hilang di pembelokan.

Tanpa mereka sadari sepasang bola mata mengawasi mereka dari dalam restoran.

Setelah mobil Linda menghilang Kania kembali masuk kedalam restoran.

"Aku Weni, kepala pelayan disini. Apa tujuanmu datang kesini? sambut perempuan judes di depan pintu masuk restoran.

"Aku ingin bekerja" balas Kania polos.

"Jangan bohong, jangan karena wajahmu itu aku bisa percaya begitu saja "

"Untuk apa aku berbohong, aku hanya cari nafkah dan tidak ada maksud lain."

"Awas saja kalau sampai kamu menipuku. Sekarang kamu masuk dan bereskan semua Piring kotor pelanggan yang ada diatas meja."

Dengan penuh tanda tanya dalam hati atas perkataan Weni, Kania melakukan segala tugasnya.

Kania bekerja dengan serius, semua tugas yang di perintahkan Weni dengan cepat dia selesaikan.

"Kania minum dulu lalu istirahatlah, biarkan yang lain untuk sementara menggantikan tugasmu."

Carlota datang menghampiri Kania sambil membawa secangkir air es.

Kania mengambil gelas dari tangan Carlota.

"Terima kasih Tante. Tidak apa-apa, ini sudah jadi tugas Kania dan biarkan Kania mengerjakannya." Kania tersenyum manis sambil melap keringatnya.

"Tidak salah Linda menempatkan mu di sini. Kamu anaknya baik dan rajin. Kalau begitu Tante pamit dulu Tante mau ke dapur untuk melihat-lihat apa ada yang kurang."

Carlota dan menepuk punggung Kania lalu pergi.

Kania menghabiskan minumannya lalu kembali bekerja seperti tadi.

Detik berganti menit, menit berganti jam hingga tiba waktunya jam istirahat siang.

Beberapa pelayan bergantian untuk makan siang seperti halnya yang di lakukan Kania.

Sebelum menuju ke ruang makan, Kania menyempatkan diri ke kamar kecil.

Belem juga sampai di kamar kecil, Kania berhenti sesaat karena mendengar percakapan samar-samar dua orang dalam sebuah ruangan tertutup.

Kania mendekatkan telinga di daun pintu.

"Terus bagaimana dengan buruk rupa itu, Aku sangat yakin kalau Linda sengaja menempatkan buruk rupa itu disini untuk mengawasi dan memata-matai kita."

"Benar katamu, sepertinya Linda mulai curiga pada kita, mulai sekarang kita harus lebih berhati-hati lagi. Mengenai buruk rupa itu kita harus cari cara agar bisa menyingkirkan dia dari sini. Cepat keluar jangan sampai ada yang mendengar pembicaraan kita."

"Baik."

Terdengar langkah kaki mendekat kearah pintu dengan hati-hati sekali Kania pergi meninggalkan tempat itu.

Dengan tanda tanya besar di kepala, Kania masuk kedalam kamar mandi.

"Sebenarnya apa yang terjadi di restoran ini? Kenapa kedua orang tadi mencurigai kalau aku ini mata-mata Linda. Apa Linda sengaja menjebak ku masuk kedalam lingkaran mereka? Tapi kenapa?

Setelah berpikir panjang tapi tidak mendapatkan jawaban, Kania keluar dari dalam kamar kecil itu.

"Sejak kapan kamu berada disini? Tiba-tiba Weni sudah berdiri menghadang di depan pintu sambil membentangkan satu tangan di tiang pintu menghadang Kania.

"Baru saja, karena mendengar ada langkah kaki makanya aku keluar Karena takut ada yang mengintip. Ee ternya kamu."

"Siapa juga yang mau mengintip mu, melihat wajahmu saja orang sudah pasti sudah jijik. Awas ya, kalau sampai kamu mendengar sesuatu tapi tidak mengakuinya maka kamu tanggung sendiri akibatnya."

"Memangnya kalian sedang membicarakan apa? Kenapa tidak memberi tahuku juga siapa tahu aku bisa membantu kalian walau hanya dengan tenaga dan pikiran."

"Malas bicara denganmu membuang-buang waktuku saja." Weni dengan kesal meninggalkan Kania.

"Aku akan masuk ke dalam rencana kalian. Aku penasaran sebenarnya apa yang telah kalian lakukan hingga harus setakut ini padaku?

Kania menuju ke ruang makan, sudah ada beberapa karyawan sedang menyantap hidangan mereka diatas meja.

"Kania, kamu dari mana saja? Tante sedari tadi mencari mu ternyata kamu ada disini rupanya."

"Memangnya ada apa Tante mencariku?

"Linda menelpon, kamu sudah makan atau belum."

"Ini juga baru siap-siap Tante."

"Kalau begitu makanlah lalu lanjutkan pekerjaanmu bersama karyawan lain."

Carlota meninggalkan Kania dari dalam ruang makan.

Kania menikmati hidangan dengan pikiran kearah perbincangan dua orang dalam ruangan itu.

Dia tahu kalau salah satu pemilik suara itu adalah Weni tapi yang satunya siapa? Itu masih tanda tanya besar baginya.

"Kamu karyawan disini barukan?

Kania seketika tersentak mendengar ada orang datang menghampirinya lalu duduk di hadapannya sambil membawa piring berisi nasi dan beberapa laut diatasnya.

"Benar. Aku Kania."

Kania mengulurkan tangan dan disambut gadis itu dengan ramah.

"Aku Geby. Tadi aku melihat Weni mencegalmu di kamar mandi, emangnya kalian ada masalah apa?

"Aku sama sekali tidak ada masalah dengannya, dianya yang tiba-tiba mendatangiku dan menanyakan sejak kapan aku ada di kamar kecil itu."

"Aku sarankan padamu jangan cari masalah dengannya kalau kamu masih ingin bekerja disini."

"Memangnya dia siapa dan mengapa harus takut padanya?

"Sudah ada beberapa orang yang di keluar dari sini dengan cara tidak hormat hanya karna mencari hal dengan Weni."

"Benar-benar hebat, apa dia salah satu pemilik restoran ini ataukah ada orang dalam yang selalu membantunya hingga begitu mudah dia memecat karyawan begitu saja?

"Dengar-dengar ada orang dalam yang selalu membatunya dan percaya sepenuhnya padanya hingga dia berani semena-mena menindas karyawan kecil seperti kita ini."

"Siapa? Kania semakin mendesak Geby untuk bicara agar misteri yang selama ini menghantui pikirannya terungkap, siapa sosok di belakang Weni yang begitu berkuasa selain Linda.

"Aku juga tidak tahu siapa orangnya yang jelasnya dia perempuan. Aku pernah mendengar obrolan mereka berdua dalam ruangan tertutup yang inti pembicaraan mereka yaitu ingin..." sebelum melanjutkan ucapan, Geby menoleh ke kiri dan ke kanan jangan sampai ada yang mendengar dan melaporkanya pada Weni.

Setelah di rasa aman Geby melanjutkan ceritanya.

"Mereka ingin membuat restoran ini bangkrut dengan cara memalsukan laporan bulanan dan....."

"Kalian di gaji disini bukan untuk ngobrol. Cepat selesaikan makan kalian setelah itu langsung bekerja, dasar pemalas."

Tiba-tiba saja Weni datang menghampiri mereka. Saking takutnya Geby langsung berdiri menyimpan piring lalu keluar.

"Kenapa masih diam disitu? Bentak Weni pada Kania.

"Linda menyuruhku makan dan lagi pula ini belum waktunya pergantian pekerja."

"Beraninya berlindung memakai nama nona Linda. Kamu belum tahu aku, suatu saat aku akan melempar mu keluar dari sini. Ingat itu baik-baik."

Kania menghela nafas dalam- dalam lalu berdiri meninggalkan Weni begitu saja.