Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Kontrak Gue ga sah diperpanjang lagi, Lin" kata perempuan berambut panjang sepinggang sambil melepas kacamatanya. Citra, namanya. Saat ini, dia sedang berada diluar negeri sebagai model.
"Kenapa, cit?" tanya manager yang sudah menemani perjalanan kariernya selama ini.
"Gue mau balik ke Indonesia" jelas Citra.
"Ha? Lo g salah?"
"Gue dah puas mengejar impian gue, Lin. Sekarang Gue ingin mengejar cinta yang dulu gue tinggal"
"Lo yakin? Lo ga bakal nyesal"
"Gue yakin, Lin. Dimas juga belum memiliki pasangan setelah gue pergi. Dimas juga pasti menunggu gue. Dia cinta mati sama gue. Tolong ya Lin bantu gue" ucap Citra sambil memegang tangan Linda. Ya, Citra adalah mantan pacar Dimas. Mantan yang dulu lebih memilih pergi keluar negeri untuk mengejar kariernya dan melepaskan Dimas tanpa sepatah kata pun. Tidak ada kata pisah yang terucap dari mulut keduanya.
Linda menatap Citra dengan sedih. Linda tahu bagaimana perjalanan cinta antara Citra dan Dimas karena kebetulan Linda adalah teman sekelas mereka.
"Baiklah, bulan depan setelah kontrak ini selesai kita balik ke Indonesia" ucap Linda.
"Terima kasih, Lin. Kamu sahabat dan manager terbaik gue" seru Citra, senang dan dibalas senyuman sang sahabat.
***
"Dia fikir dia ganteng apa? Muka pas-pasan aja belagu" omel Dini setelah sampai kamarnya. Gara-gara Dimas yang menghukumnya, Dini pulang dari kampus harus menggunakan ojek online dan lumayan lama menunggunya. Bagi Dini, hari ini hari yang kurang baik.
Tanpa mengganti pakaiannya, Dini segera merebahkan diri ke kasur. Padahal jam sudah menunjukkan waktu lima sore. Dini ingin mengatur emosinya dengan beristirahat.
"Allahu akbar .. Allahu akbar" terdengar suara adzan dikejauhan. Dini perlahan membuka matanya.
"Ha? Sudah maghrib saja. Niat tidur setengah jam malah kebablasan, Dini oh Dini" Dini segera bangun dari tempat tidurnya dan berlari ke kamar mandi. Dengan cepat Dini menyelesaikan rutinitas mandinya dan keluar.
Tok..tok..
Pintu kamar diketuk.
"Din.. Ayo maghrib, Papa sudah pulang" seru Mama sekar.
"Iya, Ma. Sebentar lagi siap-siap" jawab Dini didalam kamar.
"Oke, Mama tunggu dimusholla ya"
"Siap, Ma"
Setelah Mama pergi, Dini segera menyelesaikan memakai bajunya dan menuju ke tempat dilaksanakannya ibadah shalat maghrib.
***
Esok harinya, Dini yang sedang berjalan dengan Sinta bertemu Dimas di lobi kampus. Tidak ada yang ingin menyapa duluan, Dini masih marah dengan perkataan Dimas sedangkan Dimas dengan gaya khasnya cuek, padahal dalam hitungan hari mereka akan menjadi suami-istri.
Dimas sempat melirik Dini sekilas namun Dini segera membuang muka. Malas melihatnya.
"Sok kegantengan" cibir Dini
"Siapa, Din?" tanya Sinta
"Nyamuk" jawab Dini asal.
"Ha?" Sinta kaget mendengar jawaban Dini. Bagaimana Dini bisa lihat gantengnya nyamuk, lah mukanya aja hitam semua.
Dini yang melihat kebingungan Sinta jelas saja tertawa. "Ga sah terlalu difikirkan ,Sinta sayang" ucap Dini
"Ayo ke kantin" ajak Dini dan langsung disetujui Sinta, mereka memang janjian mau sarapan bareng dikampus.
***
Hari yang tidak dinanti mereka berdua akhirnya tiba. Dari Shubuh setelah Shalat, Dini sudah didandanin oleh MUA terkenal pilihan Mama Dian.
"Kok mau nikah cemberut aja, sayang? Nanti difoto ga cantik loh" ucap penata rias yang bernama Jenny.
"Ah, gimana ga cemberut, Tan. Gue nikah karena dijodohin" jawab Dini.
"Kamu dijodohin sama Dimas kan anaknya Bu Dian?" tanya Tante Jenny dan dianggukin Dini.
"Kenapa ga mau? Kan Dimas ganteng, sayang. Ibadahnya juga bagus. Kalau anak tante sudah seumuran kamu mungkin bakal tante jodohin tapi sayang anak tante baru umur 5 tahun" tante Jenny tersenyum.
Dini makin cemberut aja bukan dapat dukungan tapi sekarang Dimas malah ada yang sanjung.
"Sudah selesai, Jen?" tanya Mama Dian dibalik pintu