Obsesi Suami 500 Juta

Sari mengangguk yakin. Ini adalah foto terakhir dari sang keponakan. Sebelum mereka tidak pernah bertemu lagi.

Disana memang ada foto Ditha, Tesa dan seorang anak perempuan. Namun, terlalu jauh jika dikatakan itu adalah Bianca.

Bianca kala berusia 14 tahun berkulit kusam, dengan tubuh yang bisa dibilang kurus. Namun anak yang ada dalam foto, memiliki kulit putih bersih dengan tubuh gemuk. Tapi penanda yang pasti, anak yang ada dalam foto memiliki bekas operasi bibir sumbing.

"Bu... bukan ini?" Tanya Sela gugup, mengeluarkan handphonenya. Disana tersimpan beberapa foto yang diambil dengan kamera digital 14 tahun lalu. Saat mereka pertama kalinya menjemput Bianca di rumah mendiang Ditha.

Sari terdiam sejenak, matanya mungkin menderita rabun jauh. Namun cukup baik jika melihat dalam jarak dekat."Ini Vony, anaknya Fitri. Anak tetangga kami, ikut merantau ke daerah pinggir kota."

"Vony?" Nama yang sama sekali asing bagi Sela.

"Apa kami salah mengadopsi anak?" Gumam Dirgantara dengan suara kecil.

Sari menghela napas kasar."Sebenarnya ini aib keluarga. Fitri berselingkuh dengan Ditha hingga Vony lahir. Tapi Tesa tidak memberikan ijin Ditha untuk menikahi Fitri. Hingga Vony terlahir di luar nikah."

"Lalu dimana Bianca?" Tanya Sela, ingin mengetahui segalanya. Mengapa Vony menggunakan identitas Bianca.

Namun, tidak ada jawaban, Sari hanya menggeleng."Aku mencari di panti asuhan. Katanya seseorang bernama Dirgantara mengadopsinya. Karena itu aku tidak mencari tau lebih jauh. Tapi---"

"Tapi?" Sela mengernyitkan keningnya.

"Jika itu Vony, berhati-hatilah dalam mengambil tindakan. Beberapa minggu yang lalu, keluarga Tesa menghubungiku. Katanya kerangkanya ditemukan, korban pembunuhan. I...ini hanya peringatan untuk berhati-hati." Itulah yang diucapkan Sari penuh keraguan.

Sela dan Dirgantara saling melirik. Mengapa segalanya menjadi sekacau ini? Willy... ditambah sekarang tentang Vony yang berbohong tentang identitasnya.

"Ji...jika yang bersama kami bukan Bianca. Kami akan membantumu mencari keberadaan Bianca yang asli." Itulah janji dari Dirgantara.

*

Hening.

Itulah suasana saat ini, dua orang terdiam di dalam mobilnya. Lebih tepatnya memberhentikan mobilnya di jalanan dekat hutan.

"Seharusnya aku tidak menerima donor..." Dirgantara menghela napas kasar. Bukan hanya tentang Vony, tentang Neil juga salahnya.

Sela menggeleng, memegang jemari tangan suaminya."Jika kamu meninggal, maka aku akan mengikutimu."

"Tapi karena jantung ini...Bianca, maksudku Vony ada dalam hidup kita. Merusak kehidupan bahagia putri kita. A ...aku seharusnya tidak iba dan percaya begitu saja. Ji...jika saja aku tidak menerima donor, maka tidak akan ada yang merusak hubungan Hazel dan Cheisia. Neil tidak akan pernah ada. Putri kita akan hidup bahagia, bersama kita..." Gumam Dirgantara penuh sesal, menyandarkan punggungnya. Pria paruh baya yang benar-benar merasa bersalah telah merusak hidup putrinya sendiri.

"Kita masih bisa menebusnya. Menghadapi Willem Alexander Niel Andreas, dan menyingkirkan Bianca atau Vony dari kehidupan putri kita. Ji...jika bisa tentang Hazel..." Sela menghela napas kasar.

"Jika Cheisia sudah tidak menyukai Hazel, kita dapat mempertemukannya dengan pria baik lainnya. Yang perlu kita lakukan, hanya meminta maaf, tanpa sepengetahuan Willy. Memberi peringatan pada Cheisia, juga mengatakan kecurigaan kita tentang Vony pada Hazel." Lanjut Sela dijawab dengan anggukan kepala oleh suaminya.

Namun, yang pasti tentang Vony akan mereka simpan rapat-rapat sementara waktu. Tidak ingin bertindak gegabah, bagaimana jika Vony berniat melukai Cheisia?

*

"Lover in blood?" Sebuah kata tanya dari Cheisia dijawab dengan anggukan kepala oleh Neil.

"Yap! Kita akan mengikuti audisi, bukan sebagai pemeran utama. Incaranmu adalah antagonis." Itulah yang diucapkan Neil membuat Cheisia mengernyitkan keningnya.

"Kenapa antagonis?" Tanya Cheisia lagi.

"Begini aura jahat, putus asa dari Ririn yang meluap-luap. Itu akan membuat karier mu bertahan. Kamu fikir berapa artis yang bertahan dengan peran protagonis? Sebagian besar yang dikenang adalah antagonis. Di dalam negeri, contohnya orang yang berperan sebagai Mak Lampir, orang yang berperan sebagai ibu Bom-bom dalam serial 'Bidadari'. Di luar negeri Kim Nam Gil dan Go Hyun Jung pernah menenangkan penghargaan sebagai aktor dan aktris terbaik, karena peran jahatnya dalam 'The Great Queen Seon Deok.' Ini bakat alami! Kamu akan jadi terkenal." Itulah ucapan yang dikatakan Neil meyakinkan istrinya.

"Semakin dilihat, kamu lucu seperti tokoh Bidan, perdana menteri yang mencintai ratunya." Cheisia terkekeh mengingat drama asia timur yang beberapa hari lalu mereka tonton.

"Benarkah? Jika begitu aku akan mencintaimu seperti tokoh perdana menteri itu mencintai ratunya." Ucap Neil, mencium jemari tangan Cheisia.

"Tidak boleh! Sang perdana menteri memberontak, membunuh banyak orang untuk mendapatkan ratunya. Pada akhirnya dia mati di hadapan ratu sekaligus kekasihnya. Aku sampai menyetok banyak tissue." Cheisia menghela napas kasar mengingat film yang akhirnya begitu menyedihkan.

"Kamu yang bilang aku mirip..." Neil mengangkat salah satu alisnya.

"Hanya mirip, saat bercanda dan tingkah lucunya. Kamu tidak kejam dan obsessive sepertinya." Kalimat Cheisia, mengecup pipi Neil.

"Iya ...aku berbeda dengannya. Karena kisah kita akan happy ending..." Senyuman teduh, sang suami yang tersenyum memeluk istrinya.

Namun kala memeluk, senyuman itu pudar. Cheisia adalah miliknya, jika bisa dirinya ingin menghilang dari dunia ini bersama Cheisia.

Bagaimana caranya agar Cheisia hanya menatap padanya. Peran antagonis, akan lebih banyak orang yang membenci Cheisia. Tidak seperti sekarang, bahkan ada fans club. Terdiri dari para pria hidung belang yang ingin memiliki malaikatnya.

Semuanya tidak akan dibiarkan olehnya. Memikirkan bagaimana caranya agar Cheisia hanya bergantung padanya.

Tubuhnya terkadang gemetar, bermimpi jika wanita itu berpaling. Meninggalkannya untuk orang lain. Bagaimana dirinya dapat hidup? Seperti kecanduan akan ketenangan.

Apa perlu mengurungnya? Jika Cheisia mencoba melarikan diri. Maka segalanya akan dilakukan olehnya. Menyimpan Cheisia hanya untuk dirinya.

"Neil, kenapa gemetar?" Tanya Cheisia melepaskan pelukannya.

"Aku gemetar, karena terlalu banyak menerima cintamu." Jawaban Neil membuat Cheisia mendorongnya.

"Neil jangan begitu aku kan jadi malu!" Teriak Cheisia.

"Cinta adalah hal yang terkadang menyakitkan..." Keluh Neil bangkit dari lantai.

*

Kemana saja selalu berdua, bagaikan tidak ada celah untuk orang lain bisa masuk. Mengikuti langkah Cheisia untuk melakukan audisi.

Kebanyakan yang hadir mengincar peran sebagai pemeran utama. Namun, mengikuti nasehat Neil dirinya ingin berperan menjadi tokoh antagonis.

"Kita pasti tidak akan bisa bersaing. Lihat! Itu Riel, pemenang penghargaan artis terbaik tahun lalu."

"Jangan salah Diandra juga ikut audisi."

"Kalau aku, walaupun kecil kemungkinan aku lolos. Misal pendapatku, jika aku sutradara akan memilih Cheisia yang sedang viral, untuk mendongkrak popularitas film."

Itulah kasak kusuk para artis yang tengah berada di ruang tunggu tempat audisi.

Berbeda dengan artis lainnya yang memakai gaun mahal, ditambah pelayanan dari asisten dan manager mereka masing-masing. Cheisia mengenakan celana jeans dan kaos murah, menatap ke arah Neil.

"Ingat peranmu saat ini, sebagai tokoh antagonis, bernama Miranda. Miranda tidak memiliki siapapun selain suaminya. Hingga rasa protektif timbul. Ketika pemeran utama wanita membunuh suami Miranda dalam sebuah kecelakaan. Menurutmu akan segila apa Miranda? Setelah membayangkannya, baca skrip pelan-pelan." Itulah bisikan Neil, menginginkan istrinya berperan sebagai antagonis yang dibenci.

"Kalau kamu mati aku akan ditinggal sendiri. Aku tidak ingin! Siapa yang akan menjagaku!" Ucap Cheisia menangis terlalu mendalami cerita.

"Aku gemas padamu bagaimana ini ..." Keluh Neil, menghela napas berkali-kali.

Namun, ada kalanya seseorang mendekat."Kamu ingin merebut peran sebagai Yuliana (nama tokoh utama)? Dasar artis aji mumpung. Akulah yang akan berperan menjadi Yuliana." Diandra, salah seorang artis yang berebut peran, menegurnya.

"Pembunuh!" Teriak Cheisia merasa orang ini sudah membunuh Neil.

"Tunggu! Akting belum mulai." Neil menghentikan istrinya, yang hendak menyerang Diandra.