NovelToon NovelToon
Nggak Dapat Ibunya, Anaknya Pun Jadi

Nggak Dapat Ibunya, Anaknya Pun Jadi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis / Beda Usia / Romansa
Popularitas:769.4k
Nilai: 4.8
Nama Author: Cahyaning fitri

Lingkaran takdir memang penuh misteri. Menyukai ibunya, malah dapat anaknya. Tapi Ken bersyukur mendapatkan putri dari sahabatnya sendiri.

"Apa? Nikah sama Om Ken? Bapak, please dong jangan ngadi-ngadi? Masa iya aku menikah sama om-om?"

"Bapak mohon, Num. Hanya dia yang bapak percaya untuk menjaga kamu? Waktu bapak tidak banyak lagi."

"Maksud bapak apa sih?"

"Bapak divonis mengidap kanker hati. Sudah stadium 4. Jantung bapak juga bermasalah. Bapak mohon penuhi permintaan bapak!"

"Tapi, Pak____!" Hanum menggigit bibirnya sendiri.

"Ken, aku mohon nikahi putriku. Dia masih polos. Masih perawan. Tidak tersentuh lelaki manapun. Aku percaya kamu bisa menjaganya. Waktuku sudah tidak banyak lagi. Aku mohon jagakan dia untukku!"

"Man, kamu akan sembuh. Percayalah!"

"Tidak, Ken. Kanker hati yang aku derita sudah stadium 4. Aku tidak akan pernah bisa sembuh. Tolong penuhi permintaan sahabatmu yang terakhir ini!"

"Tapi_____!"

"Aku mohon _____!"

"Baiklah."

Pengen tahu kelanjutannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 : Ken Datang Tepat Waktu

Ternyata, dua kakak ipar Hanum bagai jelmaan iblis, betapa kejam dan tidak berperikemanusiaan mereka. Kemarin, Hanum berhasil lolos dari cengkraman kedua wanita itu, namun kali ini, nasibnya tak seberuntung itu. Sofia dan Monika mengeluh pada Mama Ambar tentang luka cakaran di tangan dan wajah mereka, lalu ujung-ujungnya Hanum lah yang kena hukuman.

Kini, Hanum dihukum untuk membersihkan air kolam renang yang luasnya sungguh menguji kesabaran.

"Astaga, ini rumah atau penjara, sih? Baru pulang kuliah, udah disambut hukuman. Kenapa harus ada aturan ketat seperti ini?" keluh Hanum dalam hati, sambil tangannya terampil menggerakkan leaf skimmer untuk membersihkan kolam.

"Itu yang di sana juga!" teriak Sofia dengan suara lantang, menyadarkan Hanum dari lamunannya. Dia menoleh, menahan emosi yang mendidih, dan berusaha menghadapi segala perlakuan kejam wanita itu. Setiap sentuhan leaf skimmer, seolah-olah menjadi bentuk perjuangan Hanum dalam menghadapi kekejaman hidup, meneguhkan tekadnya untuk terus bertahan.

Hanum melangkah perlahan menuju tepi kolam renang yang cukup dalam, hatinya berdebar kencang dan ragu-ragu.

"Aku benar-benar takut jatuh ke dalam air," gumamnya pelan, raut wajahnya menunjukkan ketakutan.

Rasa cemas itu bermula dari sebuah trauma masa lalu yang tak pernah pudar. Hanum merasa air yang melingkupinya adalah simbol takdir gelap yang siap menelannya kapanpun.

Dengan tubuh gemetar, Hanum melangkah penuh kewaspadaan, seolah takut tersandung sesuatu. Namun entah siapa, tiba-tiba saja ada tangan jahat yang mendorongnya kuat dari belakang. Lantai tepian yang licin membuat Hanum tergelincir, dan gadis cantik itu tak kuasa menahan tubuhnya yang jatuh ke dalam kolam renang.

Sebagai seseorang yang tak bisa berenang, Hanum berusaha keras meminta tolong pada Sofia yang hanya tersenyum sinis. Wanita itu tertawa lebar, diikuti tawa Monika yang juga tak kalah mengejek. Namun, yang membuat Hanum merasa terhempas adalah melihat mama Ambar, yang juga berdiri di antara mereka. Tak mampu mengingkari kebenaran di hadapannya, pikiran Hanum mendadak menjerit: "Apakah ini memang direncanakan?"

Tenaga Hanum semakin lama semakin menipis. Tak terhitung banyaknya air yang tanpa sengaja ia telan, hingga perutnya terasa kembung. Tubuh Hanum mulai tenggelam ke dasar kolam, kelemahan merajai dirinya. Beberapa detik sebelum kesadarannya lenyap, ia merasakan benturan keras di kepalanya - darah segar mengalir dari lukanya, memenuhi permukaan air di atasnya.

"Pak, sepertinya Hanum tidak bisa bertahan! Maafkan Hanum yang sudah mengecewakan bapak, Pak!"

Sebelum menutup mata, Hanum sempat menangkap bayangan tubuh tinggi tegap yang meraih dirinya. Namun sayang, kesadarannya perlahan memudar.

"Hanum, bangun!" Teriakan itu berasal dari Ken. Pria itu datang tepat saat Hanum terjerembab ke dasar kolam, menyerah pada cengkraman air yang mengancam jiwanya.

Tanpa keraguan, pria itu melompat, mengambil risiko diri demi menyelamatkan nyawa istrinya. Ken membawa tubuh Hanum kembali ke permukaan, mengepalkan tangan, dan memberikan pertolongan pertama untuk mengeluarkan air yang sempat tertelan sang istri.

"Ayo, Sayang, bertahanlah! Keluarkan semua air yang ada di perutmu!" Desakan Ken dengan getir, masih berusaha mengeluarkan air dari tubuh istrinya.

Dalam kerapuhan hatinya, dia memohon, "Ayo, Sayangku, wanita hebatku! Aku tahu kamu bisa melalui ini. Jangan menyerah!" Ken berusaha mengeluarkan air yang tertelan sang istri.

Hingga sepuluh menit berlalu, dan ....

Uhuk ... Uhuk ... Uhuk...

Dengan terengah-engah, Hanum mengeluarkan semua air yang menggenangi perutnya, terbatuk-batuk tak terkontrol. Ken, dengan penuh perhatian, mengusap punggung Hanum dengan lembut, berusaha menenangkannya. Bi Nur dan beberapa asisten yang ditugaskan menjaga Hanum hanya bisa menyaksikan dari kejauhan, ketakutan yang membuncah membuat mereka menunduk, tak berani mendekat.

Perlahan, Ken mengalihkan pandangannya, menatap tajam ke arah Mama Ambar dan kedua kakaknya. Ekspresi wajah mereka berubah drastis; kaget dan ketakutan menyelinap di balik tatapan tajam yang diterima dari Ken. Mereka bisa merasakan gelombang kemarahan yang tersimpan rapat dalam sanubari adik mereka, seolah akan meledak kapan saja.

Entah apa yang sedang terbersit di benak sang adik, namun satu hal yang pasti, mereka yakin bahwa Ken saat ini sedang menahan amarahnya, bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya.

"Bi Nur, ambilkan handuk bersih!" teriak Ken menggema di seluruh penjuru ruangan.

"Baik, Tuan." Sahut Bi Nur lekas mengambil handuk bersih.

Wanita itu kembali dengan membawa handuk bersih, dan memberikannya pada sang majikan. Ken menerimanya, lalu membungkus tubuh pucat Hanum dengan handuk tersebut. Yah, Ken akan membawa istrinya ke rumah sakit.

"Ada apa ini?" tanya seorang pria yang usianya lebih tua sedikit dari Ken menatap heran melihat Ken membopong tubuh seorang gadis dengan terburu-buru.

Dia adalah Harun. Suami Monika. Pria itu baru pulang dari perjalanan bisnisnya. Entah bisnis apa yang sedang dilakoninya, tidak ada seorang pun yang tahu.

"Bro, bantu aku!" ujar Ken pada pria itu, "Antarkan kami ke rumah sakit!" titah Ken penuh penekanan.

"Oh, Oke. Tapi.....siapa gadis cantik yang kau bawa, Ken?"

"Istriku!" sahut Ken datar, "Cepetan! Malah bengong!" sentak Ken sedikit kesal.

"Oh, baiklah. Naik ke mobil!" ujar pria tersebut.

Ken meletakkan tubuh istrinya di kursi penumpang dengan dirinya juga ikut duduk di sana. Sementara Harun fokus membawa mobilnya menuju rumah sakit.

"Kenapa dengan istrimu, Ken? Wajahnya sangat pucat!"

"Aku nggak tahu. Pulang dari luar kota, aku mendapati dia dalam keadaan tenggelam di kolam renang. Dan tak ada satupun orang yang menolongnya!" jelas Ken terlihat putus asa.

"Kau sudah menikah Ken? Kenapa tak memberitahu ku?" tanya Harun mengernyitkan alisnya.

"Ck, buat apa? Emang kamu peduli?"

"Tapi kita adalah keluarga!"

"Hahahaha, keluarga?" Ken terkekeh geli, "Rasanya sangat lucu kau mengatakan kalau kita keluarga! Kau sendiri saja tidak jelas. Meninggalkan istri sampai berbulan-bulan lamanya. Bahkan aku sama sekali tidak pernah melihatmu seperti suami kebanyakan. Kau hobi sekali berkeliling dunia, sebenarnya bisnis apa sih yang sedang kau kerjakan?" cemoh Ken pada Harun.

Bukannya marah, pria itu malah tersenyum sumbang, "Adalah. Yang terpenting aku bisa memberikan nafkah yang layak untuk kakakmu itu. Kau tau sendiri gaya hidup Monica yang serba mewah, aku harus bekerja keras mengumpulkan pundi-pundi uang untuk membuat senang kakakmu!"

"Untuk apa kau terus hidup bersamanya, kalau kau tidak bahagia!" ejek Ken tersenyum hambar.

Harun, salah satu sahabat baik Ken, yang juga rekan bisnis, awalnya dekat dengannya karena sering bekerja bersama dalam proyek-proyek perusahaan. Namun, begitu Harun menjadi bagian keluarga Alvaro, jarak di antara mereka semakin melebar dan suasana pun berubah menjadi canggung. Ken menyadari, dibalik perubahan itu terdapat rasa kecewa Harun padanya.

Mata Harun kala itu tajam menatap Ken. Di saat yang genting, sahabatnya ini telah membuat kesalahan dengan melibatkan Harun untuk menikahi Monica. Padahal sebelumnya, Harun telah menjelaskan secara jelas kepada Ken bahwa hubungan antara dirinya dan Monica hanya kesalahpahaman semata.

Tetapi Ken tetap keukeh menuntut Harun menikahi Monica, dan saat itu pula emosi Harun mencapai puncaknya. Amarah yang terpendam dan keyakinan yang dilanggar menjadikan Harun putus asa. Harun pun akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan kerjasama perusahaannya dengan Varo Ltd sepihak, mengubur pertemanan lama dan harapan masa depan perusahaan mereka pupus sudah.

"Andai aku punya pilihan!" ujarnya.

Bersambung ....

Kasih like dan vote buat Om Ken....

1
Ajusani Dei Yanti
lanjut lanjut lanjut thorrrr kuh
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr kuh semangat berkarya
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr kuh seru
Ajusani Dei Yanti
beuuu suami idaman banget sih
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr kuh
Ajusani Dei Yanti
cie cie yg dapet daun muda semangat om ngadon debay🤭🤭🤭🤭
Ajusani Dei Yanti
aku mampir nih thorrrr kuh
🍌 ᷢ ͩᗪᗴᘜᗩᑎ༄༅⃟𝐐🍁Henny❣️𝐀⃝🥀
semoga Pak Bram jodoh Sofia
Dewi Anggya
Sofia mnjd lebih baik dr sebelumnya
Dewi Anggya
hp nya mana biar jls ken masalahnya...
Dewi Anggya
nAah lochh...
Dewi Anggya
beruntungnya si Susan😘😘
Dewi Anggya
sabaaar ken😂😂😂
Dewi Anggya
hayooo jwb apa Susan
Dewi Anggya
satpam gk tuhh om dave😄
Dewi Anggya
ceritanya baguus bngt thoor...mpe gk bosen lanjut teruss
Dewi Anggya
waah jgn² ketmu sm KIM si Hanum🤭
Dewi Anggya
bumiiil🤣🤣🤣🤣
Dewi Anggya
waaah jodoh nihhh🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!