Sahabatku Maduku

Resah merayap di hati Lisa ia khawatir sikap Dirga akan berubah karena hari ini ia gagal memberikan ramuan itu kepada Dirga, tetapi Lisa berusaha meyakinkan dirinya dan mencoba untuk berpikir positif bahwa tidak akan ada yang berubah sikap Dirga kepada dirinya karena ia hanya tidak memberikan ramuan itu hanya sekali. 

Tetapi tetap saja ada suatu perasaan yang tidak enak dan mengusik kedamaian hatinya. 

Bayangan sandra yang sedang tertidur dengan Dirga tadi pagi benar-benar mengacaukan pikiran Lisa, Sandra memang cantik sehingga bisa membuat Dirga bergairah pikir nya, tapi aku pun tak kalah cantik dari Sandra terlebih lagi usia ku lebih muda bukankah Mas Dirga sehari hari lebih memilih aku daripada Sandra, ucapnya pada dirinya. 

“Mbak Lisa sebag memikirkan apa?” Tegur mbok Minah. 

“Eh, iya ada apa mbok?” Tanya Lisa terkejut. 

“Itu mbak ponselmu berdering dari tadi kamu sampai gak sadar,” Ucap mbok Minah, Lisa terkejut karena baru sadar dari  lamunannya ia terlalu larut akan pikiran nya sendiri. 

Dilihatnya layar ponsel yang berdering itu oleh Lisa terpampang nama Angga di ponsel itu ia lalu buru-buru menjauhi mbok Minah dan pergi ke kamarnya untuk mengangkat telepon dari pria itu. 

“Ada apa lagi kamu meneleponku pagi-pagi begini hah! Kita sedang tidak ada urusan sebaiknya kamu jangan menelpon ku mengerti!”

“Tidak ada urusan katamu! Tentu saja ada Lisa kamu lupa aku memegang kunci atas hidupmu ingat jika aku buka mulut sedikit saja kepada suamimu dan menceritakan apa yang telah kamu lakukan kepadanya habis kamu Lisa bisa-bisa kamu di tendang jauh-jauh olehnya,” ancam Pria itu. 

“Kurang ajar kamu Angga, berani kamu mengancamku seperti ini hah! Awas kamu!” geram Lisa. 

“Sudahlah tidak usah banyak cingcong mau ku hanya uang, kamu harus memberikanku uang sekarang! Kalau tidak kamu tahu kan apa yang akan aku lakukan!” Ancamnya lagi. 

“ Tetapi sekarang aku sedang tidak ada uang kamu pikir mudah untuk mendapatkan uang hah!” 

“Aku tidak peduli dengan alasanmu  aku hanya menginginkan uang mu ingat itu jika 1x24 jam kamu tidak mentransfer uang itu akan ku buat kacau hidupmu!!” papar laki-laki itu lalu menutup telepon genggam nya dengan kasar. 

“Ah sial !! Dasar breng*ek orang itu! Bagaimana bisa dia memaksaku seperti ini! “ Umpat Lisa kesal. 

Kemudian LIsa memikirkan cara untuk bisa mendapatkan uang itu tidak mungkin untuknya jika harus meminta uang kepada Dirga yang ada Dirga akan curiga kepadanya. 

Lisa mencoba untuk bersikap tenang agar pikiran nya bisa berpikir dengan jernih, ia mencoba menarik nafas nya dalam dan menenangkan pikirannya. 

Setelah nya ia jadi teringat akan gelang emas yang dibelikan Dirga dulu, ini adalah satu-satunya yang bisa menyelamatkan hidupnya. 

Tanpa ragu Lisa kemudian mencairkan gelangnya itu dalam bentuk uang dan segera Mentransfer  kan uang itu kepada Angga. 

“Sudah aku transfer uang yang kamu mau setelah ini tolong jangan ganggu aku lagi, aku 

 akan menggunakan pelet itu lagi ngerti kamu! Kalau sampai kau menggangguku lagi aku tidak  tinggal diam, “ ujar Lisa lalu menutup teleponnya. 

Tetapi perasaan cemas terus saja menggelayuti perasaan nya ia merasa akan terjadi sesuatu yang buruk akan menimpanya. 

***

Sesampainya di kantor Dirga, banyak melamun ia tidak bisa berpikir jernih pikiran seperti terlepas dari sesuatu yang selama ini mencengkram nya, tapi ia tahu sesuatu itu apa. 

Tetapi mendadak Dirga jadi teringat akan ucapan Arin di kantin tempo hari yang membicarakan soal pelet , apa selama ini ia telah terkena pelet oleh Lisa? Pikirnya. Belum lagi Sandra yang memperingatkan dia untuk tidak meminum air yang diberikan oleh Lisa. 

“ sandra selama ini mengetahui sesuatu perihal hal ini,” pikirnya lagi. 

Dirga jadi terbayang kejadian demi kejadian yang lalu yang dilihat dari segi manapun tidak masuk akal baginya bahkan ia sampai tega membawa Lisa ke rumah  Sandra rumah yang hukumnya haram dihuni oleh orang lain kecuali Sandra dan dirinya karena rumah itu adalah hasil jerih payah mereka berdua. 

“Apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku, “ gerutu Dirga ia sampai menarik kasar rambutnya. 

“Pak Dirga tidak apa-apa? Ini pak ada undangan untuk melakukan family gathering di minggu depan, “ ucap Anto. 

“Family gathering! O Iya ini sudah pertengahan tahun, “ 

“Iyah pak seperti tahun lalu kita selalu mengadak family gathering untuk mempererat hubungan kerja kita, “ ucapnya lagi. 

“Ya sudah pak Anto Terima kasih, “ Sahut Dirga. 

“Iya pak Dirga sama-sama, “ Balas pam anto sambil berlalu meninggalkan Dirga di ruangannya. 

Dirga lalu menatap undangan itu ia menolak balikan secarik kertas itu, ia dilanda kebingungan karena harus memilih istri mana yang akan dibawa ke acara perusahaan nya itu.