NovelToon NovelToon
Shortcoming

Shortcoming

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / rumahhantu / Akademi Sihir / Persahabatan / Romansa
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Istana dan dunia istimewa. Semuanya immortal, kuat dan ajaib, tapi dunia itu hanya ada di dalam mimpi. Itu yang Layla yakini sedari awal mimpi buruk menghantuinya.

Di mimpi itu, dia mengenal Atoryn Taevirian, pemuda yang tengah patah hati dan mulai kehilangan akal sehat. Dia membenci ayahnya yang telah membunuh perempuan yang dia cintai. Dia membenci semua orang yang tidak ada kaitan dengan kematian Adrieth bahkan Layla yang hanya bisa melihatnya dari kejauhan.

Atoryn menakuti dan menyakiti semua orang dengan tuntutan sang ayah harus mengembalikan Adrieth, sementara Layla berusaha mencari cara untuk melenyapkan mimpi buruk.

Alih-alih berhasil, hidup Layla malah menjadi semakin horor. Suatu hari dia ditarik memasuki dunia itu dan bertemu Atoryn. Layla berdiri tepat di depannya, gemetar ketakutan dibuat kebencian Atoryn yang membara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesempatan

Akademi menggila. Tidak seorang pun tidur nyenyak, meski begitu bangun lebih awal untuk berkumpul di kelas masing-masing dan membahas apa yang harus dilakukan untuk melarikan diri dengan selamat. Setelah melihat betapa hebat kekuatan seorang raja, mereka butuh rencana yang lebih besar dengan kesukseksan seratus persen atau mati.

Pukul dua belas siang. Di kelas pertama pada gedung kedua di bagian barat. Randell Ferral berbicara, “kita harus menemukan cara menghancurkan penghalang itu dan melarikan diri dari tempat ini.”

Algar Truman menimpali, “kau bicara tanpa menggunakan otak? Atoryn menarik teman-teman kita bahkan tanpa harus berada di sana atau melihat mereka. Kekuatannya tidak terbatas selama dia berada di istana dan kau berpikir kita bisa melarikan diri menggunakan ide bodohmu? Itu seperti menantangnya agar dia menyeret kita semua dan mati!”

“Dia tidak bisa membunuh kita.” Randell mengingatkan. “Meski dia kuat, kita unggul dalam jumlah. Kumpulkan semua orang dan kita akan berhasil.”

Algar menatap tak percaya, mengkritik kepercayaan diri Randell yang dianggap bodoh. “Aku lebih baik membunuh satu demi satu teman kita, setiap harinya, daripada mengikuti rencanamu. Biar aku ingatkan, disiksa jauh lebih menyakitkan daripada mati!”

“Bisa-bisanya kau berbicara seperti itu, Algar!” Ungkapan Algar mendatangan amarah pada mereka yang mendengarkan. Yang lain menimpali, “dalam keadaan seperti ini ini, kita harus bekerja sama!”

“Bekerja sama dalam hal apa?!” Suara Algar membesar memenuhi ruangan. “Kalian ingin bergandeng tangan membunuh Atoryn agar bisa terlepas dari tempat ini? Dia sudah gila! Dia minta raja sebelumnya menghidupkan orang yang sudah mati dan bagaimana itu mustahil. Bahkan seratus orang dengan kekuatan penyembuhan pun tidak berdaya.”

“Hati-hati dengan mulutmu, Algar!” Perempuan yang lain menegur, “bagaimana pun dia adalah raja kita.”

“Aku harus menghormati raja yang berusaha membunuh kita semua?!” Algar menjerit marah, membiarkan suaranya keluar sepenuhnya. “Lebih baik aku tikam diriku sendiri daripada menghormati orang seperti itu!”

“Bertengkar bukan solusi, Algar. “ Randell berusaha mencairkan suasana sebelum menjadi semakin buruk. “Tolong tenangkan dirimu. Kita hanya punya satu sama lain sekarang.”

Algar tidak menjawab, tapi bukan berarti amarahnya memudar. Dia mengepalkan tangan menahan luapan amarah yang sudah memenuhi hati, berpikir bahwa lebih baik bergerak sendiri daripada menunggu semua orang membuat keputusan bodoh atas saran Randell.

“Aku harap kalian semua mati.” Algar meninggalkan kelas setelah kata-kata buruknya, membuat semua orang menatap penuh kritik.

“Bagaimana bisa dia memiliki sikap seperti itu?” komentar salah seorang perempuan. “Tidak ada yang ingin terluka apalagi mati. Dia sungguh keterlaluan.”

Sebut Algar menolak mempercayai semua orang karena siapa saja memiliki kesempatan untuk membunuhnya. Gila untuk bekerja sama, pada akhirnya mereka akan sadar bahwa melawan orang yang paling kuat dan memiliki kuasa secara penuh untuk mengendalikan suatu wilayah adalah usaha sia-sia. Algar punya rencana tersendiri, dia menghapus rasa takut dan pergi ke istana menemui Atoryn.

“Berani kau berdiri di hadapanku.” Atoryn tidak menerima tamu, meski begitu kagum karena Algar adalah tamu pertamanya setelah kekacauan dimulai. Dia beranikan diri menyeret tubuhnya dari gedung sebelah untuk berdiri di depannya, oleh sebab itu Atoryn ingin mendengar apa yang coba dia sampaikan.

Buru-buru Algar menjatuhkan lutut dan mengadu, “semua orang berencana bekerja sama dan memberontak melawanmu, Lord. Mereka ingin menghancurkan perisai yang menutup wilayah ini dan kabur tapi jika itu tidak berhasil, mereka berniat melawan.”

Atoryn terkekeh mendengar apa yang Algar katakan, bertanya, “lantas apa tujuanmu memberitahukan hal itu padaku?” Algar terkesiap, keringat dingin menetesi dahi ketika melihat Atoryn mengeluarkan belati dari lengan pakaiannya. Dia mengancam, “kau beri aku jawaban yang tidak tepat, aku akan menghukummu.”

Atoryn siap menyiksa Algar kapan pun bila dia katakan semua itu karena cemas, tapi ternyata jawaban Algar di luar prediksi. Algar katakan, “aku tahu kau punya buku yang mencatat kelemahan semua murid yang ada di akademi.”

Algar benar, hal itu dilakukan untuk menyingkirkan dan mengecah terjadinya hal buruk secara tak sengaja. Atoryn bahkan melupakannya kalau saja tidak diingatkan. Dia mulai menebak apa mau Algar, meski begitu tetap bertanya, “jadi, apa yang kau inginkan?”

Algar tak ragu meminta, “berikan buku itu padaku, Lord!” Algar berpikir itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri dan menghindari kemungkinan buruk akan mati. Dia memilih berdiri di samping dia yang paling berkuasa daripada berusaha setengah mati bersama mereka yang lemah, semua itu untuk merasa aman. “Beri aku buku itu dan perintahmu adalah hidupku.”

Atroryn menyunggingkan senyuman, meragukan keseriusan Algar. “Kau yakin bisa membunuh teman-temanmu?” Itu sangat berani, Algar tak berpikir dua kali untuk mengganguk.

“Aku akan melakukan apa pun untuk diriku sendiri.” Jawaban Algar memuaskan, Atoryn mengulurkan tangan dan buku yang Algar singgung muncul di udara.

Buku itu jatuh di telapak tangan Atoryn dan dia berbicara, “karena kau memberanikan diri untuk datang, tentu aku harus beri kau satu kesempatan.” Atoryn melempar buku itu, Algar menatapnya terjatuh di dekat lututnya. “Satu, setiap hari. Sisakan hanya kau sendiri dan kau akan diizinkan pergi.”

Algar tersentak, tidak menanggapi tapi berpikir bahwa akademi memiliki lebih dari dua ratus murid. Satu per hari yang artinya membutuhkan lebih dari dua ratus hari untuk menyelesaikan tugas. Algar memunggut buku itu dan berdiri, menundukkan kepala dalam-dalam saat berucap, “terima kasih, Lord! Aku tidak akan pernah mengecewakanmu.”

“Tentu,” jawab Atoryn, tenang dan menakutkan. “Lewatkan hanya satu hari dan hari itu, kau akan menjadi siapa yang mati.” Dia menggerikan, membuat Algar membulatkan pikiran bahwa dia tidak akan melewatkan setengah hari pun.

“Pergi,” usir Atoryn, membuat Algar buru-buru menundukkan kepala dan meninggalkan ruangan.

Algar tersenyum lebar, menatap buku--jalan untuk tetap hidup--di genggamannya. Dia membuka buku itu dan kagum. Algar merasa hebat dan bangga pada keberaniannya, beruntung juga Atoryn memberikan buku yang benar. “Dia gila. Dia benar-benar ingin semua orang mati.”

Algar membaca sekilas satu per satu nama dan kelemahan yang tercatat. “Dengan buku ini, semuanya menjadi mudah,” gumamnya. “Siapa yang harus aku bunuh lebih dulu? Aku tidak peduli siapa pun itu selama aku tetap hidup.”

“Algar.” Sang pemilik nama berhenti dikala namanya disebut. Dia mengalihkan pandangan dari tulisan di buku dan berbalik menghadap sang pemilik suara.

Algar menurunkan buku itu dan menyebut, “Randell.” Algar menyembunyikan tangannya ke balik punggung, bertanya-tanya apakah Randell menyadari hal yang coba dia lakukan atau tidak. “Kau mengikutiku?” tanyanya, mengalihkan perhatian.

Randell melakukannya, dia mencemaskan apa yang coba Algar lakukan tanpa menduga dia akan menjadi kejam dan pergi sangat jauh. “Bagaimana bisa kau melakukan hal seperti itu?” Nada bicara sok bijak Randell membuat Algar marah, dia memutar bola mata 180derajat sebelum melempar tatapan kritik.

“Tidakkah apa yang aku lakukan adalah hal paling logis?” Algar mencari pembelaan untuk membuat dirinya terdengar lebih baik. “Jangan campuri urusanku dan aku akan biarkan kau hidup. Bekerja sama denganku dan kita berdua akan selamat.”

Hanya Algar sendiri yang tahu apakah dia merupakan seorang pengkhianat atau seseorang yang jujur, satu hal yang pasti adalah Randell tidak bisa menjadi manusia sepertinya. Bahkan bila itu soal nyawa, Randell dengan tegas menolak tawaran Algar.

Tidak ada pembicaraan. Randell menarik pundak Algar dan Algar menepis tangannya sebelum dia sempat menyentuh buku itu. Algar mendorong Randell untuk menciptakan jarak dan pertarungan pun terjadi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!