Mengejar Cinta Yang Ditinggalkan

Elia tersenyum sumringah, setelah menempuh perjalanan panjang selama enam belas jam, akhirnya dia bisa menginjakan kembali kakinya di tanah kelahirannya.

Di hirup udara ibukota dalam dalam, walau engap namun terasa berarti dalam hidup Elia. Banyak sekali kenangan yang sudah ia lewati, masa kecil yang di bilang menyedihkan, karena harus di tinggalkan kedua orang tua saat ia membutuhkan pendampingan. Hanya seorang kakak yang selalu setia memberikan kasih sayang dan perhatian penuh kala itu, hingga dia tak merasa kekurangan kasih sayang.

Kasih sayang Aldo tulus, dan dia selalu menomor satukan semua keinginan Elia. Membuat Elia sangat menyayangi kakaknya.

Namun ketika remaja ia harus menjadi korban keegoisan kakaknya, yang mencintai wanita kekasih seseorang, walau kenyataannya belum terjalin sebuah hubungan. Elia menerima semua itu, bahkan ia rela disakiti oleh Reyhan karena ingin menebus kesalahan kakaknya.

Elia sengaja mematikan ponselnya sebelum melakukan penerbangan. Entah alasan apa yang membuat Rabel berulang kali menelpon dirinya, sehingga membuat Elia jengah dan mematikan ponselnya.

Sesuai kesepakatan Elia dan Reyhan akan pulang ke apartemen milik Reyhan pribadi. Elia di persilahkan masuk oleh suaminya. Banyak perabot yang sudah berubah. Dirinya tak lagi melihat satu foto pun terpajang di rumah tersebut. Entah foto Nihan, atau foto pernikahan seperti apartemen milik mereka di Jerman.

Elia menatap sekeliling ruangan, banyak sekali bayangan masa lalu menghampiri. Hingga ia teringat saat Reyhan membawa Miska hadir diantara mereka. Elia terseyum jika mengingat kebodohan Reyhan kala itu.

" Sayang.... Kamar kita di sebelah sana. Ok ! " kata Reyhan, menarik Elia ikut masuk ke kamarnya, karena Elia ingin memasuki kamar milik nya dahulu.

Elia terseyum dan mengikuti langkah suaminya menuju kamar mereka. Elia menginjakan kaki ke kamar Reyhan, teringat di saat Reyhan ingin menakuti dengan mengungkung tubuhnya, namun tak jadi karena di membalas dengan berani permainan Reyhan kala itu. Bayangan itu kembali membuatnya tersenyum. Elia masih menatap sebuah kamar yang tertutup, saat ia akan membuka namun Reyhan mengunci kamar tersebut. Elia menatap sekeliling ruangan ternyata Reyhan sudah tidak berada di kamar tersebut. Elia semakin penasaran dengan sebuah kamar rahasia milik suaminya. Namun ia tak berani untuk menanyakan, biar dia sendiri yang menyelidiki tanpa harus bertanya pada Reyhan.

Elia keluar ke balkon, ia dapat melihat udara panasnya ibukota, sangat khas ia rasakan saat ia masih bekerja sebagai dokter dulu. Elia duduk bersandar pada kursi lantai yang berada di sana, ia menatap awan yang terlihat bersih dan cerah secerah hatinya saat ini. Dia merasa nyaman duduk di sana, hingga tak menunggu waktu lama, Elia sudah terbang ke alam bawah sadar yang membawa dunia mimpi yang indah.

Reyhan mencari Elia, di setiap sudut rumahnya namun tak menemukan, sampai ia membuka pintu balkon, terlihat Elia tertidur dengan masih duduk bersandar. Reyhan berjalan menghampiri. Di rapikan rambut Elia yang menutupi wajahnya. Reyhan mencium lembut kening istrinya, sehingga yang punya wajah menggeliat.

Elia membuka matanya, tepat di hadapannya wajah suaminya terseyum sangat tampan. Elia mengalungkan kedua tangannya dan mencium bibir Reyhan.

" I love you. " Elia mengucapkan dengan manis.

Reyhan membalas mencium kembali bibir Elia, yang di sambut oleh Elia, di senja sore yang indah untuk sepasang suami istri yang tengah di landa asmara.

" Jangan di sini kak. " kata Elia saat mendapati tangan suaminya ingin membuka baju yang ia kenakan.

" Tak akan ada yang melihat sayang. Jangan lupakan kita berada di lantai empat puluh delapan sekarang. Siapa yang akan melihatnya. " jawab Reyhan tanpa berhenti melakukan aktivitas membuka satu persatu pakaian yang di pakai Elia.

Tanpa rasa lelah setelah menempuh perjalan jauh, keduanya terlibat olahraga panas di sore hari, tanpa memperdulikan tempat yang sempit atau udara dingin di sore hari itu.

Elia membersihkan diri, setelah melakukan kewajibannya sebagai istri yang melayani suaminya. Dibiarkan Reyhan yang masih tertidur pulas, setelah membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Elia menyiapkan makan malam untuk mereka nanti. Ia sengaja belum memberitahukan kakaknya dan juga keluarga Reyhan jika mereka sudah berada di Indonesia. Setelah selesai menyiapkan makanan dan membereskan dapur, Elia duduk di sofa tamu dengan meluruskan kakinya yang terasa pegal.

Terlihat Reyhan keluar kamar dengan wajah yang sudah segar, mungkin dia sudah mencuci wajahnya.

Dihampiri istrinya dan duduk bermanja di ketiak istrinya, sesekali menciumnya.

" Geli kak..... " teriak Elia

" Jangan berisik, nanti tetangga sebelah dengar. " ucap Reyhan santai.

" Dengar dari mana, dulu aku berteriak dengan urat suara yang hampir putus tak ada yang mendengar. " jawab Elia

Reyhan terdiam, dan kembali memeluk erat istrinya tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

Hening

Keduanya masih terdiam, sampai Elia mengajak Reyhan untuk makan malam bersama. Seperti biasa Elia menyiapkan makan di piring sang suami. Belum ada percakapan dari keduannya.

Elia menatap Reyhan seperti ada sesuatu yang mengganjal sejak mereka memasuki apartemen miliknya ini.

" Kak....! Apa ada sesuatu yang mengganjal perasaanmu? " tanya Elia

Reyhan terseyum menatap Elia, dan menggeleng kan kepala. Lalu tak ada lagi percakapan yang terjadi di meja makan.

" Sayang, ibu menginginkan kita malam ini menginap di rumahnya, apa kamu keberatan ? " tanya Reyhan

" Tidak. Baiklah aku akan bersiap, aku juga sangat merindukan mereka. " kata Elia.

" Kamu hanya boleh merindukan aku, ingat itu. " kata Reyhan dengan mencubit hidung istrinya.

" Aw.... Sakit kak. " kata Elia sambil bersungut dan pergi berganti pakaian.

Elia melihat kembali pintu sebelah walk in closet dan mencoba membuka nya, tapi ternyata masih terkunci. Ia semakin penasaran apa sebenarnya yang di sembunyikan oleh Reyhan dalam kamar tersebut. Ingin sekali ia bertanya langsung pada Reyhan namun ia urungkan kembali.

Elia keluar dari apartemen karena Reyhan sudah lebih dahulu keluar, dan berkata akan menunggunya di bawah, semula Elia merasa sedih, kenapa Reyhan tak seperti biasanya yang dengan setia akan menunggu dirinya. Namun perasaan itu ia tepis kembali, ia tak boleh seperti anak kecil yang harus di tunggu dan di berikan kasih sayang yang berlebihan dari Reyhan.

Elia turun dengan menggunakan dress lengan pendek selutut, dengan warna biru langit. Sangat kontras dengan wajahnya yang putih bersih, tak terlihat di wajah nya jika Elia sudah berumur dua puluh enam tahun sekarang ini. Yang terlukis saat ini adalah ia seperti gadis uang baru berumur delapan belas tahun.

Terlihat Reyhan sudah menunggu di samping mobil dengan pakaian santainya sebuah kaos dan celana jeans panjang Terlihat lebih tampan dari biasanya yang kesehariannya menggunakan setelan jas resmi.