Gadis suci harus ternoda karena suatu keadaan yang membuat dia rela melakukan hal tersebut. Dia butuh dukungan dan perhatian orang sekitarnya sehingga melakukan hal diluar batas.
Penasaran dengan ceritanya, simak dan baca novel Hani_Hany, dukung terus yaa jangan lupa like! ♡♡♡♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Setelah sang ibu sehat, Diana pamit mau berangkat ke Makassar lagi untuk mengambil ijazah dan bekerja disana.
"Ibu sehat² ya di rumah. Aku mau ke Makassar lagi buat ambil ijazah." pamit Diana pada sang ibu. Ibu Riana tidak mau dibawa ke rumah sakit, dia lebih baik diobati secara herbal dan di rawat di rumah oleh anak¹nya.
"Iya nak. Hati² lah nak." ucap ibu Riana sendu. Mau gak mau dia harus mengizinkan anaknya pergi apalagi untuk mengambil ijazah pikirnya.
Keesokan harinya Diana berangkat menggunakan bus supaya lebih hemat ongkos daripada naik pesawat. Setibanya di Makassar, Diana menuju rumah ibu Cantika dan ternyata sudah disita bank.
"Astaghfirullah. Bagaimana ini?" tanyanya dalam hati. "Pak tunggu sebentar ya." ucap Diana pada sopir taksi tersebut yang dia naiki dari Bandara menuju rumah bu Cantika.
"Iye nak." ucap pria paruh baya tersebut.
Diana menuju pintu pagar dan untungnya masih ada security yang bertugas.
"Permisi pak, saya Diana. Bapak masih ingat saya?" tanya Diana ramah sambil mengintip di luar pagar.
"Iya nak. Ada apa ya?" tanyanya heran, dia pikir Diana tau masalah Bu Cantika.
"Kenapa rumahnya disita Bank pak? Ibu Cantika kemana?" tanyanya heran.
"Loh, nak Diana gak tau ya??" tanya pak security lebih heran, padahal Diana anak angkat bu Cantika tapi malah bertanya pada security, pikirnya.
"Aku gak tau pak! Gak tau apa apa malah." jawab Diana jujur. "Memang apa yang terjadi dengan bu Cantika pak?" tanyanya penasaran. Untung Diana naik bus dan pagi hari tiba disana, kalau misalnya malam dia akan tinggal dimana? Pikirnya.
"Bapak juga gak tau betul kronologinya, bapak bertugas disini itu pun diberi kesempatan oleh pihak bank karena bapak sudah lama bekerja dengan bu Cantika." jelasnya. "Jadi sebulan lalu bu Cantika mengalami kecelakaan nak, dia sempat koma kemudian meninggal dunia. Semua sudah diurus oleh keluarganya, ya saudara² ibu Cantika. Setelah seminggu keluarganya bergantian datang kesini tapi setelahnya mereka keluar tapi malah rumah ini disita bank." jelas pak security sedih sambil mengingat kejadian yang menimpa.
"Inna lillah. Ibu." gumamnya pelan sambil membekap mulutnya sendiri dan menahan tangis. "Memang selama ini kami jarang komunikasi pak, cuma perasaan saya sempat tidak enak." ucapnya terbata. "Jadi anak dan isteri bapak dimana?" tanya Diana, dia mengingat ibu Nadia dan juga Nilam yang baik padanya selama di Makassar.
"Mereka bapak suruh pulang di Gowa nak. Mereka buka usaha kecil²an selagi bapak masih disini. Karena kalau bapak mau tinggalkan rumah ini begitu saja kasihan juga sama yang mencari ibu pasti kebingungan." jelas pak Security lagi.
"Lantas dimana makam ibu Cantika pak?" tanyanya lagi.
"Di Pemakaman Keluarga Dermawan nak." jawabnya.
"Terima kasih banyak informasinya pak. Ini ada sedikit oleh² dari kampung." usai mendapat informasi Diana meninggalkan rumah bu Cantika, orang tua angkatnya semasa 4 tahun belakangan.
"Iya nak." jawab security singkat, dia bersyukur dipertemukan dengan orang² baik, pikirnya.
"Kita ke Pemakaman keluarga Dermawan ya pak." ucap Diana ketika menaiki taksi.
"Baik nak. Tapi kayaknya itu pemakaman khusus keluarga Dermawan nak, bahkan akan susah masuk kesana nak." ucap sopir taksi sambil menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Setibanya di pemakaman, Diana turun dan kebetulan sepi jadi dia mudah masuk dalam pemakaman tersebut.
"Pukul 10.15, untung sunyi." batinnya sambil melihat jam di ponselnya. "Pak, tunggu disini ya!" ucap Diana lagi. "Gak apa apa kan pak?" tanya Diana merasa gak enak.
"Lama kah nak?" tanya sopir tersebut.
"Gak kok pak." ucapnya lalu pergi meninggalkan sopir taksi tersebut. Diana hanya membawa tas kecil yang berisi dompet dan ponselnya, sedang kopernya dia tinggalkan di mobil.
"Ini makam Ibu Cantika." batinnya lalu terduduk. Mengalir dengan sendirinya air mata Diana karena seperti gak menyangka kalau ternyata ibu Cantika sudah tidak ada. "Ini bohong kan?" gumam Diana pelan. "Bu, bangun bu! Ayo pulang." ucap Diana, akhirnya tangisnya pecah.
Beberapa menit telah berlalu, setelah Diana tenang dia kembali ke mobil taksi.
"Ayo nak, jangan sampai ketahuan." ucap pak sopir khawatir.
"Iya pak." jawab Diana singkat masuk ke dalam mobil, kemudian mobil melaju sedang. Diana masih menangis meski sudah lebih tenang.
"Kita mau kemana nak?" tanya pak sopir melihat Diana melalui kaca spion.
"Ke Kos Dermaga pak." jawab Diana. "Semoga ada yang bisa bantu aku disana." batinnya. Ada teman² Diana yang tinggal disana.
Sampainya di Kos Dermaga Diana turun kemudian membayar uang taksi dengan memberikan lebih 2 lembar uang merah.
"Ini kebanyakan nak." ucap pak sopir heran sambil mengembalikan uang lebihnya.
"Gak apa kok pak, terima kasih bapak sudah mau membantu saya. Bapak hati² ya!" ucap Diana lalu masuk dalam kos.
Tok tok tok
Diana mengetok pintu kamar satu per satu tapi tidak ada yang membukanya.
"Kosong ya!" batin Diana, kemudian dia mengetok pintu kamar paling ujung yang terakhir dan ternyata dia ketemu teman masa SMKnya.
"Tunggu." jawab lelaki yang berada di dalam kamar kos tersebut.
Pintu terbuka dan betapa kagetnya mereka berdua! Siapa kah yang Diana temui di Kos Dermaga?
"Kamu?" ucap mereka berdua terkaget.
"Permisi." ucap Diana lalu pergi
"Siapa sayang?" panggil suara cewek dari dalam kamar.
"Siapa itu? Astaghfirullah kenapa aku harus ingin tau?" batin Diana lalu melangkah pergi meninggalkan kos tersebut.
***
Satu tahun kemudian Diana berada di Kota Palopo dan mendaftar kan diri menjadi mahasiswi di Kampus IAIN Palopo. Usai pendaftaran, mereka sudah mulai masuk kuliah perdana di kampus. Diana mendapat kan teman-teman baru.
"Hana dan kawan² lainnya ayo ke kantin depan kampus dulu, kita makan² dulu sebagai salam perkenalan. Nanti saya traktir!" ajak pak Arifin.
"Yeee ayo buruan ke kantin, makan gratis kita!" seru Diana paling heboh.
"Ayo." ajak pak Arifin meninggalkan kampus menuju warung makan namanya Pondok Bambu. Setelah sampai di warung makan mereka sibuk memesan makanan dan minuman sesuai selera.
"Terima kasih banyak pak sudah mentraktir kami semua. Alhamdulillah kenyang." ucap Diana. Pak Arifin hanya mengangguk saja.
"Saya pamit ya!" ucap pak Arifin.
"Ok pak. Sering² ya traktir kami." canda Diana sambil berlalu. Mereka berpisah untuk pulang ke rumah masing². Di Palopo Diana tinggal bersama keluarganya di Jalan Merdeka.
"Alhamdulillah sudah sampai." batin Diana lalu masuk rumah keluarganya.
"Baru pulang Na?" tanya tante.
"Iya tan. Aku masuk dulu tan." ucap Diana masuk kamar. Tante Diana memiliki 1 orang anak cewek yang manja, mereka baik sama Diana.
Setelah sampai dalam kamar, Diana istirahat karena sore harus bantu² masak dan bikin kue untuk dijual secara online. Keseharian Diana lewati dengan suka duka apalagi tinggal di rumah orang. Mau kerja di luar juga gak enak sama tantenya jadi dia memutuskan untuk bantu² tantenya saja.
***
Hari-hari berlalu, kini Diana sudah memasuki semester 3. Diana ke kampus bersama Ni'mah dan Hana sang sahabat. Mereka bersahabat ketika memasuki kuliah di Pascasarjana. Meski baru kenal tetapi mereka bisa kompak, dengan karekter masing². Diana yang karakternya ceria, heboh, dan periang. Karakternya telah kembali setelah bertahun² jauh dari kampungnya. Hana yang karakternya lembut, sopan, dan kalem. Sedangkan Ni'mah yang lugu, polos dan pemalu. Mereka sekarang bertemu di Kampus karena Hana akan seminar Proposal.
"Deg²an gak Han?" tanya Ni'mah.
"Jelaslah! Iya kan Han?" sahut Diana sambil menatap Hana yang sedang fokus menatap proposalnya.
"Iya aku deg²an. Bismillah, semoga lancar." ucap Hana.
"Aamiin." jawab mereka kompak. "Ayo ke kampus, sudah gak sabar lihat kamu seminar!" ajak Diana semangat untuk menjadi peserta seminarnya Hana.
"Ayo. Terima kasih kalian sudah selalu ada untukku." ucap Hana tulus.
"Kenapa begitu! Bikin melow Hana. Kita kan sahabat. Iya kan Ni'mah?" ujar Diana meminta persetujuan bahwa mereka adalah sahabat.
"Bener kata Diana. Ayo semangat Hana! Kami juga akan nyusul kamu, tapi bantu ya?" ujar Ni'mah memelas.
"Insya Allah. Kalian pasti bisa, kalian hebat!" ucap Hana semangat. Tetibanya di kampus mereka disambut para staf untuk segera mempersiapkan diri bagi mahasiswi teruji.
"Aku juga semoga bisa cepat selesai seperti Hana." batin Diana lalu duduk di kursi bagian peserta tepat di samping Ni'mah.
Usai kegiatan di Kampus, Diana langsung pulang dengan naik motor milik sepupunya.