NovelToon NovelToon
Antagonist Kesayangan Putra Mahkota

Antagonist Kesayangan Putra Mahkota

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Rebirth For Love / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: Salvador

Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.

Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.

Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.

Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!

Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???

#LapakBucin

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

...****************...

Pagi ini dimulai dengan datangnya pelayan pribadi Ratu Valery menemui Bi Mela, meminta Anthea agar menuju kediaman Ratu di sayap kiri istana untuk sarapan bersama.

Sinar mentari menyusup lembut melalui jendela-jendela kaca berwarna di kediaman megah Ratu Valery. Aroma segar mawar putih yang menghiasi meja panjang berbaur dengan harum teh melati, menciptakan suasana hangat dan elegan.

Di salah satu ujung meja, Ratu Valery, seorang wanita berambut perak yang tersusun rapi dan wajah yang memancarkan wibawa, duduk dengan anggun mengenakan gaun biru muda bersulam benang emas. Di depannya, Putri Anthea, dengan rambut cokelatnya  yang dibiarkan terurai, tampak cantik dalam gaun berwarna krem.

Selesai menikmati sarapan, kedua perempuan berbeda usia itu menyantap dessert sebagai hidangan penutup.

Ratu Valery mengangkat cangkir teh porselennya, menatap Anthea dengan sepasang mata biru yang tajam namun ramah. “Anthea, sayang, kau tampak lebih tenang hari ini. Bagaimana kabar hatimu setelah pesta pertunangan semalam?” suaranya lembut, setiap kata seolah dibalut perhatian meski tak terlihat emosi berlebih.

“Semuanya, baik-baik saja, Ratu.” Anthea tersenyum tipis, matanya menerawang sesaat ke arah taman di luar jendela.

Menjadi salah satu orang yang dekat dengan Ratu di istana ini tentu menjadi keistimewaan bagi Anthea, bahkan dulu Ratu Valery memujuknya dengan lembut agar hubungannya dengan Altair di lanjutkan.

Pandangan Ratu Valery  menelusuri wajah putri itu dengan sorot penuh perhatian. “Begitu banyak harapan dan beban yang ditumpukan padamu sejak kecil, bukan? Aku tau, kau adalah gadis yang cerdas, Anthea. Kau telah menjalani semuanya dengan keberanian yang tak bisa disangkal. Altair beruntung memilihmu.”

Sejak kecil Anthea harus menyiapkan diri sebagai Ratu masa depan, pelajaran yang ia dapat tentu lebih dari gadis bangsawan seusianya. Beruntungnya, Anthea yang cepat tanggap melewati semuanya dengan mudah.

Bukan satu dua orang yang memuji kepintaran gadis itu. Menurut Anthea, hanya karena sedikit kelebihannya itu bukan berarti ia dapat menerima pujian berlebihan.

Bukannya Anthea tak bersyukur. Hanya saja, semakin banyak orang yang memujinya semakin tinggi pula ekspektasi orang-orang. Sedangkan Anthea tidak sesempurna itu.

Anthea tersenyum lebih hangat, “Kadang aku bertanya, apakah kita memilih nasib ini atau justru nasib yang memilih kita?”

Tak pernah terpikir sebelumnya ia akan terdampar di novel ini, terbangun di tubuh Putri Duke Millard, meninggalkan dunia nyatanya. Anthea selalu bertanya, kenapa ia yang mengalaminya? Mengapa ia yang bernasib seperti ini?

Ratu Valery tertawa kecil, halus seperti nada piano pertama dari sebuah simfoni. “Pertanyaan yang bijak, Anthea. Jawaban itu mungkin hanya akan kau temukan seiring waktu. Tetapi ingatlah, setiap keputusan yang kau buat, bahkan yang tampak kecil sekalipun, tetap membentuk dirimu.”

Hening sejenak melingkupi mereka, sebelum Ratu Valery menambahkan, suaranya lebih lembut, “Namun, jangan lupa, kau tak sendirian. Kau punya aku, Altair, dan sekian banyak yang menyayangimu, meskipun perhatian mereka mungkin tampak samar.”

Anthea menatap sang ratu dengan mata yang berkilat syukur, ucapan Ratu Valery cukup membantu menenangkan hatinya. Sarapan itu, meski sederhana, menguatkan hatinya untuk menghadapi hari-hari ke depan.

***

“Apalagi yang Anthea butuhkan?” Tanya Altair menatap tunangannya.

Setelah satu minggu pertunangan mereka, hari ini Altair mengunjungi kediaman Millard, berniat menemani Anthea membeli barang-barang gadis itu sebelum ke akademi.

Rencana awal Anthea pergi bersama Ares gagal karena kakaknya itu memiliki jadwal melatih prajurit di istana yang tak bisa ditinggal. Ares memang memimpin salah satu divisi prajurit kerajaan.

“Aku ingin membeli beberapa gaun di butik Dabi, milik Countess Helena,”

Sudah beberapa toko yang mereka kunjungi. Sebenarnya Anthea sedikit tak nyaman, pergi bersama Altair ia harus sabar menjadi pusat perhatian dan penghormatan orang-orang karena datangnya anggota kerajaan langsung ke toko mereka.

Tiba di butik yang Anthea maksud, mereka di sambut hangat oleh pemiliknya langsung, Countess Helena, salah satu bangsawan terkenal di ibu kota.

“Suatu kehormatan bagi saya kedatangan Yang Mulia Putra Mahkota dan Putri Mahkota, Sang Matahari Kerajaan,” Salamnya, Anthea dan Altair mengangguk tanda menerima salam itu.

Tanpa banyak basa-basi, Anthea langsung saja memilih gaun yang ia sukai di temani langsung oleh Countess Helena. Butik Dabi merupakan salah satu butik yang terkenal akan gaun dan perhiasannya di kalangan bangsawan.

“Perhiasan seperti apa yang Tuan Putri cari?” Tanya Countess Helena setelah Anthea selesai memilih gaunnya.

Anthea memperhatikan beberapa perhiasan yang terpajang di sana, matanya menatap penuh tertarik pada sebuah kalung Ruby biru, tapi sekarang Anthea rasa tidak membutuhkannya, ia hanya berniat membeli aksesori kecil.

“Aku ingin cincin dari emas putih, apa ada?” Tanya Anthea tersenyum lembut.

“Tentu, Putri. Di sebelah sini,” Countess Helena menuntunnya ke arah lain.

Altair sendiri yang sedari tadi duduk menunggu memperhatikan gadisnya beranjak, menuju Kalung Ruby yang tadi dihampiri Anthea, warna biru indah kesukaan Anthea, pasti cocok jika dipakai gadisnya, pikir Altair.

“Apa ada yang Anda butuhkan, Pangeran?” Tanya pelayan Butik Dabi dengan sigap.

“Aku beli ini,” Altair menunjuk Kalung Ruby biru itu, “Dan semua ini, kirimkan semuanya ke kediaman Duke Millard.”

Tak hanya kalung Ruby itu, Altair membeli semua perhiasan yang tadi di tatap oleh Anthea lebih dari 3 detik.

Dan seperti kebiasaannya selama ini, Altair jarang memberikan barang langsung pada Anthea, ia lebih memilih mengirim langsung ke kediaman Duke Millard untuk gadis itu.

***

“Tolong buatkan teh hijau untuk Pangeran, Bibi.” Seru Anthea, Bi Mela segera melaksanakan titah sang majikan.

Sepulang dari butik Dabi, toko terakhir yang Anthea kunjungi, Altair mampir ke Mansion Millard, sekedar ingin menghabiskan waktu dengan tunangannya.

“Ada yang ingin Pangeran bicarakan?”

“Pangeran?” Tanya Altair terasa ganjal akan panggilan itu.

Ada beberapa pelayan di belakang mereka, berjaga-jaga apabila majikannya membutuhkan sesuatu di ruang tamu mansion ini. Sadar karena keberadaan mereka  Anthea berbicara formal, Altair mengusir mereka semua.

“Kalian semua pergilah, tinggalkan Aku dan Putri Anthea berdua.” Ujarnya, tanpa banyak kata para pelayan kediaman Millard itu menurut.

Anthea membiarkan, lalu kembali bertanya, “Jadi, ada apa?”

“Apa perlu alasan aku berada di rumah tunanganku?” Tanya balik Altair.

“Tentu tidak, Altair. Hanya saja kau menganggu waktu belajarku,” Ujar Anthea.

“Memangnya ada kelas di hari libur ini?”

Anthea menggeleng, “Aku ingin belajar untuk tes akademi nanti,”

Walau pada dasarnya hasil tes itu tak terlalu berguna, semua bangsawan sudah pasti di terima. Namun, tentu ada beberapa peserta yang nilainya terbaik nanti, juga berguna untuk pembagian kelas.

Altair terkekeh kecil, “Untuk apa belajar? Anthea-ku kan sudah cerdas,” Ujarnya.

Anthea-ku? Anthea berdehem ketika mendengar sebutan yang baru ia dengar itu.

“Aku tidak ingin mempermalukan nama ayah,” title Millard yang ia sandang tentu membuat Anthea menjaga setiap sikapnya.

Altair menyesap teh yang baru di sajikan Bi Mela, lalu bersuara kembali, “Aku rasa Duke Ervand tidak akan memaksamu untuk menjadi yang terbaik, Anthea.”

Anthea tau itu, bahkan mungkin ayahnya itu tak ingin Anthea produktif, atau terlalu sibuk akan suatu kegiatan berat. Hanya berdiam diri di mansion lalu mendapat lamaran dari Pangeran, seperti yang telah terjadi.

“Mau belajar bersama?” Tanya Altair tiba-tiba.

“Kau tidak sibuk?”

Laki-laki itu menggeleng, “Aku pernah melewati tes akademi, setidaknya bisa membantumu memberi kisi-kisi,”.

Ah, benar juga. Batin Anthea.

Ia mengangguk, “Baiklah, ayo ke perpustakaan.”

Dan sore itu keduanya menghabiskan waktu di perpustakaan kediaman Millard, Anthea yang belajar dan Altair yang dengan sabar mengajari gadisnya.

***

tbc

jangan lupa likenya♡

1
Setyowati Sabella
up lagi thor
Retno Isma
masih bisa dibaca, gass aja lanjut
Retno Isma
jujur bgt si kamu alaric.... 🤣🤣🤣
RJ 💜🐑
semoga Thea selamat dari putra mahkota
lestari amelia
putra mahkota mengerikan
Nancy Bondan
Luar biasa
sipuuttt
dikit bgt thor,, bikin gemessss
OKEY
Good job
Dewi hartika
lanjut di tunggu up datenya thorr.
adlyu
Update lagi thor /Smile//Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!