Janda hanyalah statusku.
Nadira Ayu, seorang gadis muda yang berparas cantik. Tak pernah terbayangkan oleh Nadira, jika dirinya akan menjadi seorang istri diusianya yang masih begitu muda.
Lika liku serta permasalahan dalam hidupnya seolah telah berhasil membuatnya terlempar dari keluarganya sendiri. Hingga pada suatu hari, dengan tanpa sengaja, dirinya dipertemukan dengan seorang gadis kecil yang begitu cantik.
Dan alangkah terkejutnya Nadira, saat gadis kecil itu menginginkannya untuk menjadi sang mommy baginya. Namun sayang, daddy dari gadis kecil itu memandang dirinya dengan sebelah mata hanya karena ia berstatus sebagai seorang janda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Terulang Kembali
Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
Dengan perasaan yang sudah penuh luka, Nadira pun mulai melangkahkan sepasang kakinya untuk menjauhi tempat itu. Tetesan demi tetesan air matanya masih tak terbendung. Luka yang begitu teramat menyakitkan hingga ke uluh hatinya ini, benar - benar membuatnya terasa lemah untuk melangkah. Namun dirinya haruslah tetap melangkah, melangkah pergi dari tempat ini, dan mungkin ini adalah langkahnya yang terakhir di tempat mewah ini.
" Anda kenapa nona? ". Seru salah seorang pelayan wanita yang tak lain adalah suster Ria.
Sontak saja seruan dari suster Ria itupun langsung menghentikan langkah Nadira, entah dari mana datangnya suster Ria itu.
" Anda menangis nona? ". Seru suster Ria lagi.
" Oh, ini, tidak, iya, saya hanya kelilipan mbak ". Sahut Nadira gelagapan, dan dengan sigap ia segera menghapus lelehan air matanya.
Mendengar sahutan dari Nadira, membuat suster Ria pun merasa heran. Menurutnya, sikap Nadira terlihat aneh, di tambah lagi kondisi mata Nadira yang nampak sedikit sembab dan juga area di sekitar hidungnya yang merah dapat menunjukkan jika Nadira baru selesai menangis. Namun suster Ria tak ingin mempedulikan hal itu, karena jikapun memang benar Nadira menangis, toh itu juga sama sekali bukanlah urusannya.
" Nona ingin menemui tuan Andra? ". Lanjut suster Ria lagi.
" Tidak mbak, saya kemari hanya ingin memberikan ini pada Aida ". Sahut Nadira dengan menunjukkan bingkisan kado yang nampak cantik itu.
" Nona Aida masih tidur siang nona, nona Aida masih belum bangun, baru pukul dua tadi nona Aida tidurnya ". Jelas suster Ria.
" Kenapa tidak di berikan pada tuan Andra saja nona? ". Lanjut suster Ria lagi.
" Emm, anu mbak saya buru - buru, saya titip kado ini ke mbak saja ya ".
" Tolong sampaikan, kalau hadiah ini saya peruntukkan agar Aida mau memakainya di pesta ulang tahunnya nanti ". Tutur Nadira yang menjelaskan.
Suster Ria pun hanya bisa mengangguk paham, ia menurut saja dengan apa yang didinginkan oleh Nadira. Dengan berusaha menyembunyikan kesedihannya, Nadira pun memberikan kado itu pada suster Ria.
" Terima kasih mbak sudah mau membantu, kalau begitu saya permisi pulang dulu mbak ". Putus Nadira pada akhirnya.
Dan Nadira kembali melanjutkan langkahnya dan keluar dari sana. Dan benar saja, disaat Nadira sudah benar - benar berada di luar, tangisannya pun kembali pecah, bahkan tangisannya lebih memilukan dari saat berada di dalam ruangan tadi.
" Hiks... hiks... hiks... hiks... hiks... hik... ". Itulah suara isakan tangis Nadira.
Nadira benar - benar tak mampu membendung air matanya, hatinya masih tak begitu kuat untuk menahan torehan luka yang begitu dalam yang diperbuat oleh kekasihnya sendiri. Meski Andra mengungkapkan semua hal itu tanpa sepengetahuannya, namun tetap saja itu semua teramat menyakitkan baginya, karena dari hal itulah dirinya mengetahui jika selama ini, pertolongan dan semua perhatian yang diberikan oleh Andra, semuanya adalah kebohongan belaka, lebih tepatnya, apa yang dilakukan oleh Andra bagai sebuah topeng yang diperuntukkan untuk mengelabuhi dan memanfaatkan dirinya saja.
Nadira sudah benar - benar tak sanggup, lebih baik dirinya harus benar - benar meninggalkan tempat ini. Tak ingin menyia - nyiakan waktu lagi, dengan segera pun Nadira menyalakan motor matic nya dan pergi dari sana.
Sementara di dalam rumah Andra sendiri, suster Ria sudah mulai menemui tuan Andra nya di ruangan santainya.
" Permisi tuan Andra, saya ingin memberikan ini pada tuan ". Seru suster Ria.
Lalu Ria pun menyerahkan bingkisan kado itu kepada tuan nya.
" Apa ini? ". Tanya Andra.
" Saya juga kurang tahu tuan, bingkisan kado ini nona Nadira yang membawanya ". Sahut sang suster Ria.
Deg...
" Katanya ini untuk nona Aida, dan nona Nadira ingin agar nona Aida bisa memakainya saat ulang tahunnya nanti ". Jelas suster Ria lagi.
Tubuh Andra langsung membeku, bahkan dadanya menjadi bergemuruh. Seolah seperti kehilangan nyawanya, Andra pun benar - benar tak mampu bergerak.
Pernyataan yang dikatakan oleh pelayannya, benar - benar telah memporak - porandakan hatinya. Benarkah Nadira datang ke mari?, jika itu memang benar?, lalu Andra pun menatap pada Firly yang ternyata Firly pun juga menatapnya. Apakah itu artinya Nadira sudah mendengar semuanya?, itulah arti dari tatapan mereka.
" Kalau begitu saya undur diri dulu tuan ". Seru Ria lagi sebelum akhirnya ia benar - benar meninggalkan ruangan itu.
" Ya Tuhan, Andra, ini benar - benar gawat Andra sangat gawat, aku yakin pasti Nadira sudah mendengar semuanya ". Seru Firly yang sudah sangat khawatir.
" Jangan sok tahu kamu, lagi pula tidak mungkin dia tahu semuanya ". Sahut Andra dengan rautnya yang dibuat seolah tak terjadi masalah apapun.
" Ya Tuhan, Andra, apanya yang sok tahu, kalau memang Nadira datang ke rumahmu untuk mengantar kado pada Aida, lalu kenapa Nadira malah menitipkan kadonya pada pelayanmu?, itu artinya Nadira sudah mendengar semuanya, dan karena dia sudah tahu semuanya, dia tidak jadi memberikan kadonya langsung pada Aida ". Jelas Firly.
Andra terdiam, sebenarnya Andra sudah menduganya, namun sebisa mungkin Andra tetap berusaha bersikap tenang seolah tak terjadi hal yang begitu mengkhawatirkan. Namun meski begitu, jauh di dalam lubuk hatinya, Andra merasa begitu sangat cemas karena kemungkinan besar, Nadira sudah mengetahui semuanya.
" Kenapa kamu masih diam Andra, cepatlah keluar kejar dia, minta maaf padanya sebelum semuanya menjadi terlambat ". Seru Firly.
Namun Andra masih sama, ia masih diam dengan seribu bahasa.
" Andra, aku ingatkan padamu, cepatlah susul Nadira, minta maaflah padanya, aku tahu sebenarnya kamu sudah memiliki perasaan padanya, bahkan mungkin kamu sudah jatuh hati padanya, tapi kamu masih merasa enggan untuk mengakui semuanya ".
" Aku tahu kamu masih sangat mencintai almarhum istrimu, tapi kamu juga tidak boleh lupa Andra jika kamu juga memiliki seorang anak yang membutuhkan kasih sayang seorang ibu, dan hanya Nadira lah yang bisa memberikan itu semua untuk anakmu ".
" Andra, jangan karena keegoisan mu ini, kamu sampai melakukan kesalahan yang sama. Apa kamu ingat, istrimu yang sewaktu mengandung Aida sampai harus mengalami kecelakaan dan kehilangan nyawanya adalah karena keegoisan mu, dan sekarang, kamu malah membiarkan Nadira pergi karena keegoisan itu juga. Andra, jangan sampai kamu melakukan kesalahan yang sama yang pada akhirnya akan membuatmu menyesal lagi ". Terang Firly dengan sejelas - jelasnya.
Seketika itu Andra menjadi sangat tertegun dengan ucapan Firly, mendengar sang sahabat yang mengungkapkan kesalahan terbesarnya yang pernah dilakukannya dulu pada sang istri, seketika itu membuat Andra menjadi tersadar. Tidak, dirinya tidak ingin melakukan kesalahan yang sama lagi, cukup istrinya dulu yang pernah menjadi korban keegoisan nya, dan sekarang Andra tidak ingin jika kesalahannya terulang kembali, bahkan pada Nadira, tidak, dirinya tidak menginginkan hal itu.
Tak ingin semuanya menjadi semakin fatal, Andra pun langsung bergegas dari ruangan itu dan meninggalkan Firly seorang diri di sana.
Dengan tergesa-gesa Andra pun melangkah menuju teras rumahnya dengan tanpa mempedulikan dua orang pelayan wanita yang ada di sana, hingga kini dirinya benar - benar berada di luar.
" Tuan, tuan ingin ke mana, kenapa sepertinya buru - buru sekali? ". Seru pak Rahman.
" Apa kamu melihat Dira? ". Bukannya menjawab pertanyaan pak Rahman, Andra malah bertanya balik.
" Nona Dira sudah pergi tuan, mungkin kurang lebih sekitar lima menit yang lalu ". Sahut pak Rahman.
Tanpa merespon sahutan dari sang supir kepercayaan, Andra pun langsung masuk begitu saja ke dalam mobilnya dan langsung menyalakan nya sebelum akhirnya mobilnya itu melaju meninggalkan area halaman rumahnya.
" Ada apa dengan tuan Andra, kenapa seperti tak bersahabat? ". Gumam pak Rahman.
Dalam perjalanannya, tak butuh waktu lama bagi Andra untuk menembus jalanan di ibu kota. Sepasang bola mata birunya masih terus menelisik untuk mencari keberadaan Nadira dan berharap jika dirinya bisa berjumpa dengan wanita yang telah dirinya sakiti itu.
" Di mana kamu Dira ". Batin Andra yang merasa khawatir.
Pandangan Andra terus menelisik memperhatikan setiap kendaraan yang ada, hingga tak lama dari itu, Andra pun melihat sosok wanita yang menaiki motor matic nya yang nampaknya sedang menuju ke arah taman. Andra sudah mengetahui siapa wanita itu.
Ternyata dirinya masih beruntung. Ternyata Nadira yang sedang dicarinya itu menuju ke arah taman.
Jujur hingga detik ini pun Andra masih tak mengerti dengan perasaannya sendiri, namun yang pasti, Andra tak ingin jika sampai kehilangan Nadira. Jangan, jangan terulang kembali kesalahan yang pernah dirinya lakukan pada istrinya dulu.
Tak butuh waktu lama bagi Andra untuk memarkirkan mobilnya di taman. Namun saat sudah berada di sana, Andra masih tak menemukan keberadaan Nadira, padahal dirinya sangat yakin jika Nadira sudah masuk ke area taman.
" Kamu di mana sayang ". Seru Andra.
Dan tanpa Andra sadari, sebutan sayang yang pernah dirinya sematkan pada Nadira telah terlontar kembali.
" Tapi itu motornya ada, tapi ke mana Dira ". Gumamnya lagi.
Andra pun akhirnya mulai menelusuri area taman itu dengan lebih luas lagi, siapa tahu dirinya bisa menemukan di mana Nadira berada.
Entah apa yang dilakukan oleh Nadira di taman, Andra sendiri pun juga tak tahu. Namun yang pasti, perasaan Andra saat ini begitu sangat tak tenang. Andra merasa sangat khawatir akan keadaan Nadira saat ini. Bagaimana jika Nadira sampai melakukan hal yang nekat karena perasaannya yang kacau?, tidak, Andra sama sekali tak ingin jika hal buruk itu benar - benar terjadi pada Nadira.
" Maafkan aku sayang ". Batin Andra yang penuh dengan rasa sesal.
Bersambung...........
🙏🙏🙏🙏🙏❤❤❤❤❤
🌿🌿🌿🌿🌿