Ayundya Nadira adalah seorang istri dan ibu yang bahagia. Pernikahan yang sudah lebih dari 20 tahun mengikat dirinya dengan suami dengan erat.
Pada suatu sore yang biasa, dia menemukan fakta bahwa suaminya memiliki anak dengan wanita lain.
Ternyata banyak kebenaran dibalik perselingkuhan suaminya.
Dengan gelembung kebahagiaan yang pecah, kemana arah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Bukan Sekedar Anak Tiri.
Sella membeku di tempatnya saat mendengar ucapan sang suami. Tidak, dia juga tidak menginginkan semua ini terjadi. Hari di mana dia mengetahui jika Evan punya istri, dia juga bertengkar hebat dengan Sherly. Dia bahkan menampar putrinya agar sadar jika apa yang dilakukan tidak benar.
Namun, Sherly bersimpuh dikakinya dan memohon ampunan. Sebagai seorang ibu, dia merasa luluh dan tidak tega dengan apa yang putrinya itu lakukan.
"Aku bisa apa saat dia bersimpuh dan memohon padaku, Mas. Sebelumnya aku juga sudah memperingatinya, aku juga sudah-"
"Seharusnya kau menampar putrimu sampai dia sadar jika berbuat salah, atau cambuk dia sampai kepalanya bisa berpikir layaknya seorang manusia," potong Abbas dengan cepat. Dia juga merasa sakit hati dan tidak tega, tetapi yang namanya salah tetaplah salah.
Sella kembali diam dengan terisak. Sungguh dia sama sekali tidak ingin hal seperti ini terjadi, tetapi dia juga tidak bisa melakukan apa-apa.
"Sekarang pergilah, dan susul putrimu."
Deg.
Sella terkesiap saat mendengar ucapan sang suami, dia menatap laki-laki itu dengan tidak percaya. "Mas mengusirku?" Bibirnya bergetar saat mengatakannya.
"Tidak, aku tidak mengusirmu. Aku hanya ingin kau ikut dengan putrimu dan sadarkan dia, jika dia sudah bisa berpikir dengan baik, kembalilah ke sini," ucap Abbas dengan lirih. Dia lalu berjalan ke sofa dan mendudukkan tubuhnya di sana.
Sella tercengang mendengar ucapan suaminya. Bagaimana bisa laki-laki itu menyuruhnya untuk pergi bersama dengan Sherly? Bukankah apa yang Abbas lakukan sama dengan mengusirnya?
"Apa, apa kau sangat marah denganku, Mas?" tanyanya dengan lirih.
Abbas melihat ke arah Sella sekilas, lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. "Kau ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada putrimu, Sella. Jadi pertanggung jawabkanlah semuanya."
Sella mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Bertanggung jawab? Apa yang harus aku pertanggung jawabkan, Mas? Aku tidak melakukan apapun, dan seharusnya kau mengerti bagaimana perasaan seorang ibu, Mas. Aku juga marah dengan apa yang Sherly lakukan, tapi sebagai ibu kandungnya aku tidak tega menghardiknya seperti itu."
"Jadi menurutmu, aku yang ayah tirinya tega menghardiknya?" tanya Abbas dengan tajam. Rahangnya kembali mengeras dengan gurat kecewa yang sangat besar.
"Aku, aku tidak bermaksud ... ya-yang penting perasaannya berbeda, Mas. Aku ibu kandungnya, sedangkan Mas hanya ayah tiri," ucap Sella tanpa sadar karena saat ini dia mulai diliputi kemarahan.
"Kau sedang membahas anak kandung dan anak tiri ternyata."
Deg.
Sella terkesiap. Tidak, dia harus segera menghentikan ini sebelum suaminya semakin murka. "Maaf Mas, aku tidak-"
"Apa kau pikir kasih sayangku selama ini hanya sebatas ayah tiri saja?" bentak Abbas sambil berdiri dari duduknya, sungguh perasaannya sangat hancur saat ini.
Sella kembali diam dengan tertunduk. Dia tidak mau lagi mengeluarkan suaranya yang nantinya malah akan membuat hubungannya semakin hancur.
Abbas menggertakkan giginya menahan luapan kemarahan. Bisa-bisanya wanita itu membahas anak kandung dan tiri saat dia benar-benar tulus menyayangi Sherly seperti anaknya sendiri.
"Aku juga sangat menyayangi Sherly, aku sedih dan hancur melihat putriku melakukan hal seperti ini. Tapi sebagai orang tua, aku punya kewajiban untuk meluruskan apa yang salah, itulah yang wajib aku lakukan. Menyayangi anak bukan berarti membenarkan semua yang mereka lakukan, tapi membawa dan membimbing mereka ke jalan yang benar," ucap Abbas dengan penuh penekanan membuat Sella tertampar.
"Dan maaf jika kau tersinggung saat aku memarahi anakmu, tapi aku melakukan semua itu bukan karna dia anak tiriku, tapi karna rasa sayangku padanya. Seandainya Nindi yang melakukan hal seperti itu, maka aku akan menghajarnya sampai nyawanya berada diujung tanduk. Aku tidak akan mengampuninya sampai dia berlutut dikaki wanita yang hidupnya sudah dia hancurkan," ucap Abbas dengan lirih.
Sungguh Abbas merasa sangat sedih karena kejadirannya hanya dianggap sebagai ayah sambung saja, padahal dia telah melimpahkan segalanya pada mereka tanpa membeda-bedakan.
"Sekarang pergilah, aku tidak ingin melihat wajahmu."
Deg.
Abbas beranjak keluar dari ruangan itu meninggalkan Sella yang langsung terduduk di atas lantai. Dia merasa menyesal karena tidak bisa mengendalikan emosi.
"Maafkan aku, Mas. Maafkan aku, huhuhu." Sella menangis dengan tersedu-sedu, hingga membuat siapa pun yang mendengarnya merasa pilu.
Nindi dan Keanu yang sejak tadi berdiri di balik dinding ruangan itu ikut merasa sakit dengan keributan yang terjadi, terutama Nindi yang menatap iba pada papanya.
Pada saat yang sama, di tempat lain terlihat Evan sedang mondar mandir di ruang tamu rumahnya dan Sherly. Dia merasa bingung harus pulang atau tidak malam ini.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, jika dia tidak pulang maka hubungannya dan Ayun pasti akan semakin memanas. Apalagi jika orang tuanya mengetahuinya, maka dia akan semakin terpojok.
Namun, dia juga tidak bisa meninggalkan Sherly dalam keadaan seperti ini. Wanita itu pasti masih sangat sedih dan terpukul, itu sebabnya dia harus selalu berada di sisi Sherly dan memeluknya dengan erat.
Akhirnya Evan memilih untuk menemani Sherly, dia yakin jika Ayun pasti sudah tidur, dan dia akan kembali saat subuh.
Sementara itu, ditempat lain terlihat Ayun masih terjaga dari tidurnya. Sejak tadi dia berada di kamar Adel karena putrinya terkena demam tinggi, dia merasa sangat khawatir dan tidak bisa meninggalkannya sendirian.
"Ibu, Ibu," gumam Adel membuat Ayun langsung mengusap puncak kepalanya.
"Iya, Nak. Ini ibu, ibu ada di sini," ucap Ayun dengan lirih. Dia kembali mengecek suhu tubuh sang putri, tetapi panasnya tetap tidak turun juga.
Ayun sudah memberikan obat penurun panas, juga sudah mengompres kepala Adel. Akan tetapi, suhu tubuh putrinya tidak turun juga.
"Ibu, aku takut. Aku takut, Ayah."
Ayun kembali mendengar gumaman Adel membuatnya langsung mengusap-ngusap tangannya. "Ini ibu, Nak. Ibu ada di sini, ibu akan selalu bersamamu." Dia menatap putrinya dengan sendu.
"Apa Adel sedang sakit, Bu?"
Ayun menoleh ke belakang dan tersenyum lebar saat melihat kedatangan Ezra. "Kau pulang, Nak." Dia memeluk tubuh Ezra dengan erat.
•
•
•
Tbc.