NovelToon NovelToon
JANDA MUDA MEMIKAT HATIKU

JANDA MUDA MEMIKAT HATIKU

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Banggultom Gultom

Dina, seorang janda muda, mencoba bangkit setelah kehilangan suaminya. Pertemuan tak terduga dengan Arga, pria yang juga menyimpan luka masa lalu, perlahan membuka hatinya yang tertutup. Lewat momen-momen manis dan ujian kepercayaan, keduanya menemukan keberanian untuk mencintai lagi. "Janda Muda Memikat Hatiku" adalah kisah tentang cinta kedua yang hadir di saat tak terduga, membuktikan bahwa hati yang terluka pun bisa kembali bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Hujan Membawa Kesempatan

Hujan masih mengguyur dengan sangat deras ketika Dina menyelesaikan pekerjaan di toko. Langit kelabu dan suara gemuruh menambah suasana sepi di sepanjang jalan. Dina menutup toko lebih awal hari itu, berharap dia bisa segera pulang dan beristirahat. Namun, baru beberapa meter dari pintu, mobilnya mendadak mogok di tengah jalan.

"Ah, tidak sekarang," keluh Dina, berusaha menyalakan mesin berkali-kali, tapi sia-sia. Ia keluar dari mobil untuk memeriksa, namun hujan yang semakin deras membuatnya sangat basah kuyup hanya dalam hitungan beberapa detik.

Dina menggigil, kebingungan harus berbuat apa. Jalanan sangat sepi, dan ia tidak mampu melihat siapa pun yang bisa dimintai bantuan. Saat itulah suara mesin dari mobil mendekat dari kejauhan. Dina menoleh, dan seperti sebuah kebetulan yang sangat mustahil, Arga keluar dari mobil SUV hitamnya dengan payung di tangan.

"Dina? Apa yang terjadi?" tanyanya sambil mendekat.

"Mobil saya mogok," jawab Dina, mencoba tersenyum meski merasa sangat canggung. "Saya tidak tahu apa yang salah."

Arga memandang mobil itu sejenak, lalu berkata, "Sepertinya hujan ini bukan waktu yang tepat untuk memeriksa mesin. Boleh saya antar pulang?"

Dina ragu. Ia tidak ingin merepotkan Arga, tapi situasinya benar-benar sangat mendesak. "Tapi... mobil saya?"

"Kita bisa urus nanti. Saya kenal mekanik yang bisa membantu. Sekarang lebih baik Anda tidak kehujanan lebih lama," ujar Arga dengan nada yang sangat meyakinkan.

Dina mengangguk pelan, akhirnya dia setuju. Arga membukakan pintu mobilnya, dan Dina masuk dengan hati-hati. Udara hangat dari pemanas mobil menyambutnya, membuat tubuhnya yang dingin mulai merasa nyaman.

"Terima kasih, Arga," ucap Dina setelah mereka mulai melaju. "Saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana tadi."

"Jangan khawatir. Saya senang bisa membantu," jawab Arga sambil melirik Dina sekilas.

Hening sejenak mengisi ruang di antara mereka, hanya suara hujan yang terdengar dari luar. Dina melirik Arga dari sudut matanya. Wajah pria itu terlihat serius namun tenang, fokus pada jalanan yang basah dan licin.

"Kenapa Anda kebetulan lewat di sini?" tanya Dina, mencoba memecah keheningan.

"Sebenarnya saya sedang dalam perjalanan pulang dari kantor," jawab Arga. "Rasanya seperti takdir, ya?" tambahnya sambil tersenyum kecil.

Dina tersenyum kembali, tapi tak mengatakan apa-apa. Ia tidak ingin terlalu memikirkan kata-kata itu, meskipun hatinya berdegup lebih cepat dari biasanya.

Ketika mereka tiba di depan rumah Dina, hujan mulai mereda. Arga keluar untuk membukakan pintu mobil, dan Dina melangkah turun sambil menutupi kepalanya dengan tangan.

"Anda benar-benar tidak harus melakukan semua ini," kata Dina, merasa sedikit bersalah.

"Ini bukan masalah besar, sungguh," balas Arga sambil menutup pintu mobilnya. "Pastikan Anda mengganti pakaian basah itu segera, atau Anda bisa masuk angin."

Dina tersenyum, terharu oleh perhatiannya. "Saya akan ingat itu. Terima kasih sekali lagi."

Arga mengangguk, tapi sebelum ia berbalik untuk pergi, Dina menghentikannya. "Tunggu. Bagaimana jika Anda mampir sebentar? Saya bisa membuatkan teh atau kopi sebagai ucapan terima kasih."

Arga tampak ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, jika Anda tidak keberatan."

Di dalam rumah, Dina sibuk membuatkan teh sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Sementara itu, Arga duduk di ruang tamu, memperhatikan ruangan yang sederhana namun hangat.

"Rumah Anda sangat nyaman," komentar Arga ketika Dina kembali membawa dua cangkir teh.

"Terima kasih. Saya berusaha menjaganya tetap seperti ini untuk Raka," jawab Dina sambil meletakkan teh di meja.

Mereka duduk berhadapan, menikmati teh hangat sambil berbicara tentang banyak hal. Dina menceritakan bagaimana ia memutuskan untuk membuka toko buku setelah kehilangan suaminya, sementara Arga berbagi tentang perjuangannya membesarkan Dito sendirian.

Percakapan itu mengalir dengan alami, seolah mereka sudah saling mengenal sejak lama. Dina merasa nyaman, bahkan tertawa beberapa kali mendengar cerita-cerita lucu dari Arga.

Namun, momen itu berubah menjadi lebih serius ketika Dina berkata, "Kadang saya merasa tidak adil bagi Raka. Saya terlalu sibuk dengan kesedihan saya dulu, sampai lupa bahwa dia juga kehilangan ayahnya."

Arga menatapnya dengan lembut. "Anda melakukan yang terbaik. Tidak mudah menjadi orang tua tunggal, tapi saya yakin Raka tahu betapa Anda mencintainya."

Kata-kata itu membuat Dina terdiam. Ia merasa ada kehangatan dalam cara Arga berbicara, seperti seseorang yang benar-benar mengerti beban yang ia pikul.

Hujan di luar akhirnya berhenti, meninggalkan suasana yang tenang. Arga melirik jam tangannya dan berkata, "Sepertinya saya harus pergi. Dito pasti sudah menunggu."

Dina mengangguk, meskipun ia merasa sedikit enggan untuk mengakhiri percakapan itu. "Terima kasih lagi, Arga. Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan tanpa Anda tadi."

Arga tersenyum. "Kapan pun Anda butuh bantuan, jangan ragu untuk menghubungi saya."

Setelah Arga pergi, Dina berdiri di depan jendela, menatap jalanan yang basah oleh rintik hujan. Ia seolah memikirkan momen-momen tadi, dan bagaimana kehadiran Arga membuatnya merasa sedikit lebih ringan.

"Takdir, ya?" gumamnya pelan, sambil tersenyum manis pada dirinya sendiri.

Keesokan harinya, Dina pergi mencoba menjalani hari seperti biasa. Namun, pikirannya terus kembali pada Arga. Ia bertanya-tanya apakah pria itu memikirkan hal yang sama, atau jika pertemuan mereka hanyalah kebetulan yang akan segera dilupakan.

Namun, takdir tampaknya tidak lagi ingin memberi Dina banyak waktu untuk berpikir. Ketika ia sedang menyusun buku di rak, pintu toko terbuka, dan suara langkah kaki yang familiar terdengar lagi.

"Arga," sapanya, mencoba untuk menyembunyikan kegugupannya.

"Halo, Dina," jawab Arga sambil tersenyum. "Saya datang untuk memastikan Anda baik-baik saja setelah kejadian kemarin."

Dina merasa dadanya sangat hangat. "Saya baik-baik saja. Terima kasih sudah peduli."

Mereka berbicara sebentar, dan Dina merasa ada sesuatu yang berbeda dalam cara Arga menatapnya. Tatapan itu lembut, penuh perhatian, dan membuat Dina merasa bahwa ia bukan hanya sekadar seseorang yang butuh bantuan.

Ketika Arga akhirnya pergi, Dina tidak bisa menahan senyum. Ia merasa bahwa sesuatu sedang berubah—sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi setelah semua kehilangan yang ia alami.

Hatinya, yang selama ini ia tutup rapat, perlahan mulai membuka diri pada kemungkinan baru.

1
Hilda Naning
kemana anak anak mereka yg diawal cerita karena anak anak mereka lah bertemu dn bersatu..
Dinar
Hallo kak aku kirim dua cangkir kopi ya untuk teman menulis 🥳
Harry
Membuncah
Akira
Bikin baper nih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!