Demi membiayai operasi ayahnya yang terkena serangan stroke, Cleantha terpaksa meminjam uang pada rentenir. Ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan untuk membayar hutangnya itu. Namun kenyataan berkata lain. Cleantha gagal mendapatkan pekerjaan dan malah bertemu dengan seorang lelaki misterius dalam sebuah kecelakaan. Lelaki itu memaksanya untuk menjadi isteri kedua sebagai ganti rugi atas kerusakan mobilnya.
Karena ketakutan, Cleantha menolak permintaan lelaki itu dan melarikan diri. Tapi takdir membawanya kembali bertemu dengan lelaki itu, melalui sebuah ajang kompetisi wanita untuk memenangkan hadiah seratus juta.
Cleantha yang keluar sebagai pemenang, dipaksa menjadi isteri kedua Raja Adhiyaksa di atas sebuah perjanjian. Akankah Cleantha mampu menjalani hidup sebagai isteri bayaran, yang hanya dijadikan alat pembalasan dendam oleh Raja atas pengkhianatan isteri pertamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Menyulut Api Cemburu
Cleantha bisa mendengar gerakan kursi roda Zevira yang semakin mendekat.
Tidak ada jalan keluar lain selain kembali ke kamarnya sesegera mungkin.
Dengan cepat, Cleantha menutup pintu kamarnya lalu berdiri menempel pada daun pintu.
Seandainya memungkinkan, ia ingin sekali punya kekuatan magis yang bisa membuatnya menghilang saat ini juga. Pilihan gila lainnya ia ingin menjadi manusia tembus pandang yang tidak terlihat oleh siapapun.
"Clea, kamu belum tidur kan? Tolong buka pintunya," seru Zevira seraya mengetuk pintu.
"Clea," ucap Zevira mengulang panggilannya.
Cleantha menghembuskan nafas tiga kali untuk mengenyahkan rasa gugupnya.
"*T*enang, Clea. Cepat atau lambat kamu harus bertemu Pak Alvian. Pasang senyum saja dan berlagak tidak terjadi apa-apa,"
gumam Cleantha di dalam hati.
"Apa kamu sudah tidur, Clea? Kenapa belum membuka pintu?"
"Iya, Kak."
Meski tangannya gemetar, Cleantha tetap membuka pintu.
Satu, dua, tiga....
"Kak Vira," ucap Cleantha berusaha menyembunyikan wajahnya.
"Aku kira kamu sudah tidur. Kenapa lama sekali membuka pintu? Aku ingin memperkenalkan kamu pada seseorang."
"Al, ini Kakak iparmu, istri kedua Raja. Namanya Cleantha," ujar Zevira memperkenalkan Cleantha kepada Alvian.
"Cle..antha.." gumam Alvian seakan meragukan pendengarannya.
Matanya lekat menatap wanita yang kini tengah berdiri sambil menunduk di hadapannya.
Postur tubuhnya, rambut hitamnya yang panjang, dan kulitnya. Ya, dia sangat mengenali wanita muda ini. Walaupun malam ini dia tampil beda dengan piyama tidur, namun Alvian tidak akan pernah melupakan wanita yang berada dalam satu lift bersamanya.
Terlebih, sore tadi ia sudah puas memberikan shock terapi kepada wanita itu. Hitung-hitung sebagai sanksi akibat perbuatan beraninya memakai baju yang menggoda.
Siapa lagi selain Cleantha, staf kasir yang masuk kerja di hari pertama seperti dirinya.
"Kamu???" tanya Alvian tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.
Cleantha menaikkan dagunya perlahan. Rasa panas menjalari kedua pipinya saat menatap Alvian.
"I..iya ini saya, Pak," jawab Cleantha tidak tahu harus berkata apa lagi.
"Kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Alvian tidak habis pikir.
"Tentu saja Cleantha ada disini, karena dia istrinya Raja, kakakmu," jelas Zevira.
Zevira memandang Alvian dan Cleantha secara bergantian. Adik ipar dan madunya itu sama-sama tercengang, seolah mereka baru saja melihat hantu.
"Apa kalian sudah saling mengenal?" tanya Zevira.
"Ow, iya Alvian direktur finance dan Clea staf finance. Kalian atasan dan anak buah, pasti sudah bertemu di kantor," timpal Zevira menarik kesimpulan.
Alvian langsung mengubah ekspresinya, begitu pula dengan Cleantha.
"Kami memang sudah saling mengenal, Kak Vira."
Dengan ekspresi yang datar, Alvian mengulurkan tangannya kepada Cleantha.
"Selamat atas pernikahanmu dengan Kak Raja. Maaf kalau aku telah bersikap tidak sopan. Aku benar-benar tidak tahu kalau kamu istri kakakku."
Cleantha membalas uluran tangan Alvian dengan canggung.
"Eh, tidak apa-apa, Pak."
"Jangan memanggilku 'Pak' kalau kita sedang di rumah. Disini aku adalah adikmu dan kamu kakak iparmu," tegas Alvian.
Alvian dan Cleantha masih berjabat tangan. Mereka tidak menyadari jika Raja sudah pulang dan berjalan ke arah mereka.
Raja melihat Alvian sedang bersentuhan tangan dengan Cleantha di depan pintu kamarnya.
Entah mengapa hal itu membuatnya terganggu. Kendatipun Cleantha hanya seorang istri bayaran,.ia merasa tidak rela bila gadis itu disentuh oleh pria lain, meski itu adiknya sendiri.
"Ada apa ini?" tanya Raja terkejut.
Alvian buru-buru menarik tangannya.
"Raja, kamu sudah pulang. Aku sedang memperkenalkan Alvian pada Cleantha. Ternyata Alvian adalah atasannya Clea. Bukankah ini kebetulan yang manis?" tanya Zevira menatap mata suaminya.
"Kak Raja, aku baru saja akan pulang, tapi Kak Vira ingin mengenalkan aku pada kakak ipar kedua," jelas Alvian merasa tidak enak pada Raja.
"Al, ayo ikut ke ruang kerjaku," kata Raja berjalan meninggalkan Cleantha dan Zevira.
Alvian pun bergegas mengikuti perintah kakaknya.
Senyum tipis tersungging di bibir Zevira. Melihat adegan itu menimbulkan sebuah ide cemerlang di benaknya.
"Kamu istirahat saja, Clea. Pasti kamu lelah karena bekerja seharian. Aku juga akan kembali ke kamarku. Selamat malam," ucap Zevira menggerakkan kursi rodanya.
"Malam, Kak. Selamat istirahat."
Cleantha menutup pintu sambil berjalan dengan langkah gontai.
Ia tidak mengerti mengapa takdir suka sekali mempermainkannya.
Atasannya di kantor ternyata adalah adik suaminya.
Terus terang ia berharap bisa mendapat sedikit kebebasan ketika berada di kantor. Terlepas sebentar saja dari pengawasan seorang Raja yang diktator.
Sayang sekali harapannya telah sirna.
Kini semua gerak geriknya tentu akan diawasi, baik itu di kantor maupun di rumah. Barangkali Raja sengaja menempatkannya sebagai bawahan Alvian, agar Alvian bisa memantau kegiatannya setiap saat.
...****************...
"Aku tidak mengerti kenapa Kakak ipar bisa bekerja sebagai staf di perusahaan kita? Aku merasa sungkan padanya. Apalagi aku sudah memarahinya tadi pagi," keluh Alvian berterus terang pada Raja.
"Kenapa kamu memarahinya?" tanya Raja penuh selidik.
"Karena aku melihatnya memakai pakaian yang..." ucap Alvian tidak sanggup meneruskan kalimatnya.
"Pakaian yang tidak senonoh," lanjut Raja dengan nada kesal.
"I..iya, kurang lebih seperti itu."
Raja menghempaskan diri di atas kursi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gadis itu memang hanya bisa membuatku malu."
"Gadis?" tanya Alvian keheranan mendengar kakaknya menyebut Cleantha dengan panggilan seperti itu.
"Aku sebenarnya malu mengungkapkan rahasia ini padamu. Tapi aku rasa kamu perlu tahu yang sebenarnya, Al. Berjanjilah untuk tidak mengatakan pada siapapun, terutama kepada Mama Marina dan Zevira."
"Rahasia apa, Kak?"
Raja berdiri dari duduknya dan memegang bahu Alvian.
"Rahasia terkait pernikahan keduaku. Aku percaya kamu bisa menjaga rahasia ini. Hanya Dion dan kamu yang mengetahuinya."
"Terima kasih, Kak, karena sudah mempercayaiku. Aku berjanji akan menyimpan rahasia Kakak baik-baik."
"Cleantha itu hanyalah istri kontrakku. Aku membayarnya seratus juta dan mengikatnya dalam sebuah perjanjian. Dia hanya akan menjadi istriku selama setahun. Tujuanku menikahi Cleantha hanya satu, yaitu membalas perbuatan Vira," ungkap Raja.
Nada suaranya mengandung rasa kekecewaan yang mendalam.
Alvian terkesiap mendengar pengakuan jujur dari Raja.
"Istri kontrak? Aku kira hal semacam itu hanya ada di film atau kisah novel?"
"Tidak, itu terjadi dalam kehidupanku. Mungkin aku adalah satu di antara sekian juta pria yang tidak beruntung dalam hal cinta."
Raja meneruskan kisah rumah tangganya yang menyedihkan kepada Alvian. Dari pengkhianatan Zevira dan Fendi, hingga keputusannya untuk menikah lagi.
Raja juga menceritakan bagaimana awal pertemuannya dengan Cleantha. Hingga ia terpaksa memilih gadis aneh dan ceroboh itu sebagai istri keduanya.
"Aku tidak menyangka Kak Fendi tega menyelingkuhi istri sepupunya sendiri. Apa perlu aku memberinya pelajaran, Kak? Atau kita mengadukan perbuatan bejatnya pada kedua orangtuanya?" tanya Alvian geram.
"Tidak usah. Aku sudah menghajarnya sampai babak belur. Dia tidak akan berani mengulangi perbuatannya."
"Lalu kenapa Kakak tidak menikah lagi dengan wanita yang benar-benar Kakak cintai? Kak Raja pria tampan dan kaya raya. Tentu mudah mendapatkan wanita cantik dari keluarga terpandang."
"Aku sudah tidak percaya dengan wanita. Bagiku membalas dendam saja sudah cukup. Aku tidak ingin terlibat lagi dalam urusan percintaan. Saat ini prioritas utamaku adalah Ivyna dan perusahaan."
"Kak, aku mengerti perasaanmu. Tapi jangan berpikiran bahwa semua wanita adalah pengkhianat. Suatu hari Kakak pasti akan bertemu dengan wanita yang setia dan tulus mencintai Kakak."
"Al, kamu belum berpengalaman soal wanita. Berhati-hatilah, wanita hanya menginginkan pria karena harta kekayaan dan fisiknya."
"Aku mau minta tolong padamu, Al. Awasi Cleantha. Aku memberinya pekerjaan supaya dia tidak berbuat ulah di rumah. Jangan biarkan dia bertindak sembarangan di kantor atau melakukan sesuatu yang akan mempermalukan aku. Kamu hanya perlu mengawasinya sampai pernikahanku dengan gadis itu berakhir," pinta Raja.
Alvian menatap Raja penuh keprihatinan. Ia tahu bahwa kakaknya itu sedang berusaha menahan penderitaan batin karena cintanya telah dikhianati.
"Baik, Kak. Aku akan mengawasi Cleantha dengan baik. Kakak tidak perlu cemas," jawab Alvian meyakinkan Raja.
...****************...
Dibantu oleh Bi Dewi, Zevira naik ke atas tempat tidurnya. Paras wajahnya nampak berseri-seri hingga membuat Bi Dewi keheranan.
"Nyonya, apa Anda sedang bahagia karena Tuan Alvian datang mengunjungi Anda?"
"Bukan karena itu, Bi. Aku senang karena kehadiran Alvian memberiku sebuah gagasan menarik."
"Maaf, gagasan apa, Nyonya?"
"Gagasan untuk membuat Cleantha segera diusir dan diceraikan oleh Raja."
Zevira membenahi posisi bantalnya sambil tersenyum sendiri.
"Aku akan menyiramkan bensin di atas bara api, supaya kobarannya semakin besar. Dan Alvian adalah kuncinya."