Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Satu hari sudah berlalu.
Saat sore hari, Andini yang sedang santai sambil bermain handphone di atas sofa.
Rencananya besok siang Indra akan mengajak Andini pergi dari rumah ini.
Tapi saat Andini bersantai dengan handphonenya, dia di kejutkan oleh telfon dari Sandy mantan suaminya.
Memang setelah pertemuan terakhirnya dengan Sandy, Andini tak pernah mengangkat telfonnya bahkan chat pun tak pernah dia balas.
"Dia mau apa lagi ya?" Ucap Andini pelan sambil menggigit ujung kuku sementara tangan kirinya masih memegang handphone yang terus berbunyi.
Andini sebenarnya sudah ingin melupakan balas dendam kepada mantan suaminya itu semenjak kejadian terakhirnya membunuh seorang bos rental mobil. Dia sangat trauma dan tak ingin melakukan kesadisan itu lagi.
Andini ingin jadi wanita biasa kembali. Apalagi saat Indra berjanji bahwa besok dia akan membawanya pergi dari sini.
Andini kini berfikir Sandy pasti akan terus berusaha mengajak dan merayunya kembali jika mengangkat telfon tersebut. Dari sini Andini pun membiarkan telfon tersebut dan tak mengangkatnya walaupun telfon berbunyi sudah tiga kali.
Setelah beberapa saat Sandy menyerah untuk menelfon Andini, tiba-tiba saja Andini mendapatkan chat dari Sandy yang membuatnya sedikit penasaran. Karena pesan tersebut lumayan panjang.
"Din, aku mohon! Aku ingin sekali lagi saja bertemu denganmu sebelum kamu pergi. Ada yang harus aku sampaikan agar kamu benar-benar percaya sama aku. Jangan biarkan aku jadi lelaki yang penasaran sebelum kamu pergi meninggalkanku. Aku mohon ya Din kabulkan permintaan aku ini untuk yang terakhir kalinya. Aku ingin bicara denganmu."
Karena sedikit merasa kasihan setelah membaca pesan tersebut, Andini pun menelfon Sandy dan bermaksud untuk menjelaskan semuanya dan berbicara sejujur-jujurnya.
Tut tut tut
Telpon langsung Sandy angkat seketika.
"Akhirnya kamu menelfon juga Din."
Ucap Sandy di dalam telfon dengan nada sumringah.
"Em, Mas maafin aku ya sebelumnya. Sepertinya kita nggak bisa bertemu lagi. Besok aku mau pulang. Kita juga sepertinya nggak akan bisa kembali lagi seperti dulu. Aku mau menikah mas setelah ini dengan lelaki yang aku pilih."
Andini bermaksud baik walau sedikit merasa tak tega di dalam hatinya.
"Hah maksudnya? Dengan siapa kamu menikah? Kamu pasti bohong kan, terakhir kita bertemu kamu masih mau membuka hati kepada Mas."
Sandy dengan nada yang mulai gelisah ketakutan di balut rasa cemburu yang begitu dalam di hatinya.
"A aku serius Mas, jadi aku mohon jangan pernah ganggu aku lagi."
Jawab Andini sedikit tegas karena dia benar-benar ingin melupakan Sandy di hidupnya.
"Nggak nggak mungkin, tega kamu Din sama Mas, padahal di sini Mas sedang mempersiapkan semuanya untuk hidup kita berdua nanti."
"Tega? Bukannya dulu kamu lebih tega sama aku? Udah lah Mas aku yakin kamu juga pasti cepat kok dapat perempuan lagi yang lebih dari segalanya di bandingkan aku."
Suasana sedikit memanas ketika Andini mulai mengungkit masa lalu.
"Waktu itu Mas khilaf kan Din, Mas terpaksa. Kamu sudah tahu kan cerita yang sebenarnya kemarin waktu di sini."
"Haha khilaf? kalau waktu itu kita bicara sama-sama, semua masalah pasti akan ada jalan keluarnya ko, enak banget kamu bilang semua itu khilaf."
Andini semakin panas karena menjadi ingat akan kejadian itu lagi.
"Udah lah Din jangan kamu ungkit terus masalah itu. Anggap saja itu tak pernah terjadi yah!"
"Enak banget kamu bilang udah, harusnya kamu sadar mungkin sekarang kamu sedang dapat semua karmanya, aku bukan Andini yang dulu ya Mas yang bisa kamu mainkan sesuka hatimu lagi."
Karena Andini terus mengungkit masalah itu, Di tempat lain pun Sandy menjadi kesal dan terpancing emosinya.
"Hmm. Oke oke kalau itu mau mu. Tapi Mas ingin satu permintaan terakhir kali ini benar-benar terakhir. Habis itu kamu boleh pergi selamanya dan tak akan pernah Mas ganggu lagi."
"Maksudnya? Permintaan apa lagi sih?"
Andini bertanya sambil mengerutkan dahinya.
"Mas ingin berhubungan dengan mu satu kali saja untuk yang terakhir."
"Berhubungan gimana maksudnya?"
Tanya Andini semakin penasaran.
"Jujur Mas penasaran Din dengan pesonamu saat ini. Kamu lebih cantik dari Andini yang dulu Mas kenal. Makanya Mas punya permintaan terakhir, Mas ingin tidur bersamamu satu kali saja. Habis itu sudah Mas tak akan pernah penasaran lagi."
Ternyata Sandy belum berubah dia masih Sandy yang penuh dengan hawa nafsu. Dan perasaannya kepada Andini saat ini hanya karena rasa penasaran bukan karena rasa cinta.
"Setan, tega ya Mas kamu berbicara itu sama aku. Menyesal aku sudah mengenalmu. Kamu sudah buat hancur hidup aku, mimpi aku, semua sudah kamu hancurkan. Sekarang kamu minta seperti ini. Biadab kamu Mas biadab!"
Andini sangat marah dengan wajah yang tiba-tiba memerah. Kini rasa dendam itu mulai hadir kembali di dalam hatinya.
"Ayo lah Din nggak usah banyak bicara, Mas juga tahu ko kamu pasti sekarang sudah jadi mainan banyak lelaki setelah kita berpisah. Dari gaya mu saja sudah kelihatan sekarang."
Ucapan Sandy membuat Andini semakin sadar bahwa dia memang lelaki yang tak bisa di percaya.
"Benar-benar iblis ya kamu ini Mas, Karma mu harusnya lebih dari ini."
Nafas Andini semakin cepat. Di pikirannya kini sudah kembali dengan rencana yang saat itu sudah sangat dia siapkan. Kini rencana itu sudah hadir kembali di dalam isi kepalanya.
"Haha, zaman sekarang masih saja kamu percaya karma. Ayo lah, kali ini saja. Syarat apapun pasti Mas kasih asal mas bisa mendapatkan mu untuk yang terakhir kalinya. Nggak lama kok Din paling lama juga satu jam kita bertemu."
Telpon pun sempat terhenti beberapa saat, setelah itu Andini berkata.
"Oke, kalau itu memang maumu. Tapi aku punya beberapa syarat."
Sandy langsung duduk tegap karena Andini mulai merespon kemauannya.
"Syaratnya apa Din?"
"Syaratnya, kamu yang harus menghampiri aku ke sini ke rumah kontrakanku. Ingat jangan bawa kendaraan apapun karena di sini pasti banyak orang yang akan curiga bila ada kendaraan terparkir di depan rumah. Kedua, kamu membawa uang cash sejumlah 50 juta ingat ya cash! Dan setelah selesai kamu jangan pernah ganggu hidup aku lagi."
"Em, mahal juga ya kamu sekarang. Tenang tenang uang segitu nggak seberapa buat aku saat ini."
Begitu meremehkannya Sandy yang mendengar persyaratan dari Andini.
"Yaudah, kalau memang mudah lakukan saja, ingat ya kalau persyaratan yang aku sebutkan tadi satu saja ada yang kamu langgar, aku nggak akan pernah mau melakukannya."
"Hmm. Baiklah, saat ini juga aku akan berangkat menemui mu di sana. Siapkan saja tenaga dan service terbaik untukku nanti."
Telpon langsung Andini matikan karena sudah muak dengan semua ucapan Sandy.
Andini langsung mengirimkan alamat rumahnya kepada Sandy, setelah itu dia merencanakan sesuatu yang tak akan pernah Sandy duga-duga sebelumnya.
"Sepertinya bila aku menghentikan balas dendam ini dia akan terus seperti itu. Manusia ini memang harus mati karena manusia seperti itu tak akan pernah ada puasnya."
Andini berkata dengan wajah yang memerah penuh amarah. Dia juga berharap Sandy adalah orang terakhir yang sudah merendahkannya. Andini hanya ingin hidup tenang seperti orang normal lainnya setelah ini.
Dendamnya kini semakin memuncak. Padahal beberapa waktu lalu dendamnya sudah terhenti.