Assalamu'alaykum
Selamat datang di karyaku dan terima kasih sudah membaca dan mendukung cerita ini.
🌺
WARNING!!
KARYA MENGANDUNG BAWANG DAN KEHALUAN TINGKAT TINGGI BAHKAN DILUAR NALAR MANUSIA NORMAL!
Pernahkah kalian berfikir jika anak genius itu ada? Jika di film mungkin sudah kita temui, yang berjudul baby bos.
Di dalam dunia nyata, kehadiran anak jenius memang jarang terjadi, namun mereka juga memiliki bukti Ekisitensi yang dapat dilihat dari begitu banyaknya kemajuan yang terjadi saat ini.
Namun bagaimana ketika kalian dipertemukan dengan anak genius berusia 2 tahun yang bisa menggebrak dunia dengan hasil ciptaannya.
🌺🌺
Fajri Hanindyo. Sang Anak genius, memiliki IQ yang sangat tinggi Yaitu 225. Ia lahir dari malam dimana rusaknya mahkota Fajira, sang ibunda. Dengan otak yang genius tanpa sadar, ia bekerja sama dengan Ayahnya dan membuat Fajri menjadi anak yang kaya raya dalam waktu singkat ketika berhasil memproduksi mesin rancangannya sendiri.
Irfan yang yang begitu mendambakan sentuhan Fajira berusaha untuk membuat gadis itu kembali kedalam pelukannya. Keegoisannya runtuh, ketika ia berhasil menemukan Fajira dan juga mendapatkan bonus seorang anak yang tampan yaitu Fajri.
bagaimana kisah selanjutnya? yuk baca cerita ini.
terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Jangan Takutkan Apapun
Irfan berjalan ke luar kamar dan menuju ruang kerja miliknya tepat di sebelah kamar itu. Sungguh fikirannya kacau setelah berdebat dengan wanita yang sudah ia cari beberapa tahun belakangan ini.
Titik beratnya saat ini adalah bagaimana cara menjelaskan semua yang sudah terjadi kepada Fajri nanti. Sungguh sangat tidak mudah mengelabuhi anak kecil nan pintar itu.
"huft...." helaan nafas kasar terdengar sangat frustrasi.
"apa yang harus aku lakukan? bagaimana cara menjelaskan kepada Fajri nanti" gumamnya bingung.
"huh ternyata selama ini aku memiliki anak yang tanpa sadar sangat dekat dengan ku, semoga nanti Aji gak marah sama Ayah ya nak" ucap irfan tersenyum senang
ddrrtt.... ddrrtt.....
Ponsel Irfan berbunyi, terlihat disana Ray tengah memanggilnya.
"halo Ray"
"halo tuan, apa tuan tidak ke kantor hari ini?"
"tidak Ray, nanti tolong jemput Fajri ke sekolahnya dan bawa dia ke rumahku"
"mak-maksud tuan?" ucap Ray terkejut.
"bawa saja, dan kamu akan tau nanti apa yang terjadi"
"baik tuan, segera saya antarkan Fajri menuju rumah anda. Hmm bagaimana dengan jadwal hari ini tuan?"
"jika kamu bisa menggantikan, gantikan saja saya Ray, tapi jika tidak, atur ulang saja waktunya, hari ini saya hanya ingin beristirahat di rumah"
"apa tuan baik-baik saja? apa perlu saya panggilkan dokter?"
"tidak perlu Ray, cukup bawa Fajri nanti kesini"
"baik tuan"
Irfan segera menutup panggilannya dengan tersenyum dan melangkah keluar dari ruang kerja menuju kamarnya.
ceklek..
Irfan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru namun tidak mendapati Fajira di sana. Jantungnya berdetak lebih cepat ketika melihat wanita itu terbaring di lantai yang tertutup oleh sofa, tepat di bawah jendela kamar.
"Fajira" pekik Irfan dan langsung menghampiri perempuan itu.
"Fajira bangun Fajira, sayang bangun" ucap Irfan panik, ia segera menggendong Fajira dan membaringkannya di atas ranjang.
"bi naik ke atas bantu saya" pekik Irfan melalui sambungan telefon rumah.
"sayang bangun. Fajira, bangun sayang " ucapnya sambil menggosok tangan Fajira agar bisa mengalirkan kehangatan di sana.
tok... tok... tok..
"masuk bi" ucap Irfan dari dalam.
"kenapa tu....aan" ucap bibi terkejut.
"bi tolong ini, Fajira pingsan" ucap Irfan panik.
"sini biar bibi bantu. Tuan ada minyak angin?" ucap bibi juga ikut panik.
"ada bi di dalam laci"
Tanpa menunggu lama, bibi segera mengambil minyak angin yang ada di dalam laci lalu mengusapkannya ke hidung mancung milik Fajira dan beberapa titik lainnya. Tak lupa ia memberi penyangga di bagian kaki agar aliran darah segera mengalir ke otak.
"sayang bangun. Fajira" Irfan masih setia mengusap tangan dan kepala wanitanya.
Siapa perempuan ini? kenapa tuan sangat terlihat panik dan cemas seperti itu?. Bathin bibi bertanya-tanya
"apa perlu kita panggil dokter tuan?"
"iya, iya panggil dokter bi. Dokter perempuan"
"baik tuan saya permisi dulu" bibi berlalu dari sana dan segera memanggil dokter agar Fajira bisa mendapatkan tindakan yang lebih baik. Tak lupa ia membuatkan bubur untuk ibu muda yang tengah pingsan itu agar staminanya tetap terjaga.
"sayang bangun. Jangan buat aku cemas. Bangun yuk" ucap Irfan dengan mata yang berkaca-kaca.
"engh... ssshhh" lenguh Fajira ketika tersadar dari pingsannya, perlahan kepalanya terasa berdenyut dan berangsur sakit, di tambah dengan keberadaan Irfan yang sangat dekat, membuat rasa sakit itu bertambah bahkan bercampur dengan rasa takut.
"mana yang sakit sayang? kepala? aku pijat ya" ucap Irfan memijat kepala Fajira dengan lembut dan hati-hati. Sementara perempuan itu hanya membiarkan perlakuan Irfan karna kepalanya sangat terasa sakit saat ini.
Irfan membelai kepala Fajira dengan lembut dan tanpa sadar ibu muda itu terlelap dengan masih menggenggam tangannya. Ia tersenyum melihat Fajira yang tidak menolak perlakuan darinya sedikitpun.
Bapak satu anak itu masih memandang wajah cantik nan Ayu milik Fajira dengan lamat, tersenyum membayangkan bagaimana malam pertama mereka nanti.
Cup....
Irfan mengecup kening Fajira dengan lembut. Mengalirkan kehangatan dan cinta, berharap Fajira bisa merasakan apa yang tengah ia rasakan saat ini.
"tidurlah sayang aku di sini"
Irfan masih setia menemani Fajira di sana hingga dokter tiba dan memeriksanya.
"kondisi Nona cukup lemah tuan, saya rasa dia baru pulih dari sakitnya. hmm saya mohon maaf sebelumnya apa tuan dan nona bertengkar tadi? soalnya melihat keadaan Nona saat ini ia merasa sangat tertekan" jelas dokter itu setelah memeriksa keadaan Fajira
"apa itu bahaya bagi kondisi psikologisnya?" tanya Irfan tanpa mengalihkan pandangannya dari Fajira.
"iya cukup berpengaruh tuan, dari hasil analisa saya nona juga mengalami traumatik yang cukup memprihatinkan. Saya menyarankan agar Nona bisa di bawa ke psikiater untuk tindakan selanjutanya"
"apa ada lagi?"
"tidak tuan, selebihnya keadaan Nona sangat baik. Ini saya berikan resep obat, silahkan di tebus nanti di apotek"
"ia terima kasih, silahkan"
"mari tuan"
Bibi mengantarkan dokter itu keluar dan Irfan segera mengirimkan resep itu kepada Ray untuk di tebus di apotek terbaik yang ada di kota itu.
Irfan kembali menghampiri Fajira dan duduk di samping wanita yang sangat ia cintai. laki-laki itu tersenyum manis menatap wajah pucat namun masih memancarkan aura yang menenangkan dari wajahnya. Perlahan Irfan naik ke atas tempat tidur dan berbaring di samping Fajira lalu memeluknya erat.
"kita sudah bersama sayang, jangan takut kan apapun. Sungguh aku mencintaimu dengan seluruh jiwa dan raga ku. Semoga ketika bangun nanti kamu tidak histeris atau menangis pilu seperti kejadian beberapa tahun silam"
Cukup lama Irfan memandangi wajah cantik itu hingga akhirnya ia terlelap sambil memeluk Fajira dalam dekapanya. Mungkin karna terlalu lelah atau memang ia kurang tidur atau Irfan memang merasakan kenyamanan yang sudah lama ia cari. Hanya Irfan yang mengetahui apa yang ia rasakan sesungguhnya.
💖💖
Sementara di kantor, Ray tengah mengernyit saat ini mencerna apa yang tengah di sembunyikan oleh Irfan. Namun sepanjang fikirannya berkelana tidak ia temukan satupun jawaban yang tepat.
"apa sebenarnya yang tuan sembunyikan? Dan apa hubungannya dengan Fajri? jangan-jangan..." mata Ray membola membayangkan kemungkinan yang ada.
deg....
"apa Fajira ketahuan oleh tuan Irfan? makanya tuan meminta saya untuk menjemput Fajri ke sekolah?"
Ray segera mengambil ponselnya dan menelfon Fajira, namun ia mengurungkan niatnya agar tidak menambah bencana baru. Ia memilih untuk menelfon ART di rumah mewah Irfan.
tuut... tuut...
"halo bi"
"halo tuan Ray" ucap bibi di sebaliknya telefon.
"bibi apa ada kejadian yang aneh di rumah?"
"iya tuan, tuan Irfan membawa seorang perempuan ke rumah"
deg...
"perempuan bi? apa bibi tau siapa namanya?"
"hmm siapa tadi ya tuan, saya lupa kalau gak salah Ji, Jia apa tadi saya lupa"
"Fajira?"
"Hah iya Fajira tuan, tadi dia pingsan barusan"
"oke bi terima kasih informasinya"
"sama-sama tuan"
tut... Ray mematikan panggilan itudan kembali menatap tajam ke sembarang arah.
"Fajira kau ketahuan oleh tuan Irfan! bagaimana bisa kau seceroboh ini. Aaarrgghhh... semoga saja dia tidak mengatakan jika aku tau keberadaannya selama ini"
Ray segera keluar dari ruangan dan langsung pergi menjemput Fajri di sekolahnya, tak lupa ia mampir terlebih dahulu untuk menebus resep obat untuk Fajira nanti.
💖💖💖
TO BE CONTINUE
ini sudah up ya ke tiga, besok lagi ya gens, Yuk dukuuhng terus author dengan cara terbaik dari para readers semua terima kasih banyak