"Aku akan berusaha melawan badai yang akan menerpaku kapanpun itu. Aku siap menerima serangan badai yang besar sekalipun. Aku tidak takut kepada besarnya badai, aku tidak gentar terhadap ganasnya badai. Aku juga tidak akan menyerah walau badai itu terus menggulungku. Aku akan berusaha berdiri di atas badai itu. Aku akan menghadapi badai itu. Aku akan melawan badai itu. Aku akan menari diatas badai itu pula. Hingga pada akhirnya, badai itu bisa menyatu dengan diriku. Aku adalah badai dan badai adalah aku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nnot Senssei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hutan Tak Berpenghuni?
Setelah selesai menyantap sarapannya, tak lama Shin Shui pergi ke kasir untuk membayar penginapan dan makan selama sehari semalam. Dia berniat untuk melanjutkan perjalanannya kembali, ya … walaupun dia belum tahu pasti akan kemana. Tapi mungkin diluar sana banyak hal menarik, pikirnya.
"Berapa biaya penginapan dan semua makanan yang telah aku santap selama sehari semalam?" tanya Shin Shhi kepada kasir.
"Semuanya 200 emas 55 perak tuan. Karena makanan dan kamar anda merupakan yang terbaik, jadi harganya agak tinggi," jawab sang kasir.
"Tak masalah, ini…" Shin Shui memberikan 201 keping emas kepada kasir. "Sisanya ambil saja," ucap Shin Shui.
"Terimakasih tuan," jawab kasir itu, merasa senang dengan sifat murah hati Shin Shui.
Sebelum pergi, Shin Shui juga bertanya kepada pelayan itu tentang kota mana saja yang mempunyai sesuatu menarik untuk disaksikan.
"Ada tuan, namanya kota Matahari Terbenam. Jaraknya sekitar delapan jam dari sini jika mengambil jalan pintas lewat hutan. Jika tuan berniat berangkat sekarang, mungkin saat sampai di sana tuan bisa menyaksikan keindahan matahari terbenam, sesuai dengan namanya. Di sana juga terdapat banyak tempat hiburan yang menarik," jawab kasir itu.
"Hemm … baiklah aku akan mencoba ke sana, terimakasih," kata Shin Shui.
Setelah mendapat jawaban akhirnya Shin Shui pun pergi meninggalkan tempat itu dan berniat menuju kota Matahari Terbenam yang disebut sang kasir tadi.
Dia mengikuti sesuai petunjuk yang diberikan oleh pelayan itu kepadanya, dia akan melewati sebuah hutan untuk sampai disana dengan cepat. Baginya hutan bukanlah tempat yang menyeramkan, karena dia sudah terbiasa hidup didalamnya.
Dia berjelan melewati berberapa tempat yang lumayan ramai sebelum memasuki hutan. Hutan yang dimaksud berlokasi tidak jauh dari perkotaan, jadi tak perlu lama Shin Shui sudah memasuki hutan itu.
"Hutan ini ternyata menghubungkan kota Bunga Perak dan Matahari Terbenam. Hutan ini luas sekali, pasti yang berani melewati hutan ini hanyalah pendekar. Atau setidaknya mereka yang mempunyai bela diri, meski dasarnya saja. Kelihatannya disini memang jarang siluman tingkat tinggi, tapi itu bukan berarti tidak mungkin. Aku yakin hutan ini ada yang menjaganya." gumam Shin Shui yang mulai memasuki hutan. Dia mengamati setiap sudut dan mempelajari keadaan di sana.
Dia terus berjalan tanpa ada gangguan yang berarti. Suasana di sana begitu sepi, di hutan itu seolah tidak ada binatang satu pun. Benar-benar seperti hutan tak berpenghuni.
Namun tak lama, ketika Shin Shui sedang asyik berjalan menyusuri hutan itu semakin dalam, sebuah cahaya emas nampak melesat dan jatuh di depannya. Ketika menghantam tanah, cahaya itu bukannya redup, yang ada malah nampak membesar seperti akan terjadi ledakan.
Melihat hal itu Shin Shui sedikit kaget, dia mundur beberapa langkah. Tak lama setelah itu, sebuah sosok nampak keluar dari cahaya emas yang menyilaukan tersebut.
Perlahan cahaya itu mulai redup, dari balik cahaya itu nampak seorang pria tua dengan seragam berwarna kuning emas, pria tua itu terlihat seperti seorang prajurit, tidak, mungkin jenderal perang.
Kumisnya panjang dibelah dua, mirip seperti kumis naga. Bola matanya berwarna kuning. Setiap tatapannya seolah bisa membuat orang yang dipandang langsung berkeringat dingin. Dia masih berdiri dalam diam, tidak ada kata-kata keluar dari mulutnya. Hanya sorot matanya saja yang tajam mengarah tepat kepada Shin Shui.
Melihat sosok pria tua yang berada di depannya terus menatap dengan tajam. Shin Shui mengambil langkah sedikit waspada. Dia jelas tidak tahu siapa pria tua itu, jadi tidak ada salahnya bersiap siaga karena khawatir sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
Pria tua itu mulai melangkahkan kaki keluar dari tanah yang sedikit berlubang karena efek dari cahaya emas tadi. Setiap langkahnya menghasilkan sedikit retakan pada tanah.
"Apakah kau pemuda yang kemarin ikut berperang saat Istana Kekaisaran di serang aliansi aliran hitam yang dibentuk oleh sekte Lembah Beracun?" pria tua itu membuka suara. Setiap katanya sangat berwibawa, angin semilir mulai bertiup saat dia bersuara.
"Benar senior, mohon maaf apakah aku telah berbuat kesalahan dan menyinggung senior?" tanya Shin Shui yang penasaran kepada sosok itu.
"Tidak. Kau tidak memiliki kesalahan apapun. Kau melakukan sesuatu yang memang harus kau lakukan. Aku hanya penasaran kepada dirimu anak muda," kata sosok itu dengan senyum yang lebih arti.
"Penasaran …?
semoga utk cerita2 lain penulis bisa insaf 🤣🤣🤣
kasian Thor membuat cerita seperti ini 🤣🤣🤣
katanya belajar dan mencontoh Kho Ping Ho,,,, jaaaaauuuuhhh thor