NovelToon NovelToon
Gadis Cantik Milik Jendral Vampire

Gadis Cantik Milik Jendral Vampire

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir / Cinta Terlarang / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kutukan / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: bbyys

Saat Sora membuka mata, dia terkejut. Dia terbangun di sebuah hutan rindang dan gelap. Ia berjalan berusaha mencari jalan keluar, tapi dia malah melihat sebuah mata berwarna merah di kegelapan. Sora pun berlari menghindarinya.

Disaat Sora sudah mulai kelelahan, dia melihat sesosok pria yang berdiri membelakanginya. "Tolong aku!" tanpa sadar Sora meminta bantuannya.
Pria itu membalikkan badannya, membuat Sora lebih terkejut. Pria itu juga memiliki mata berwarna merah.

Sora mendorongnya menjauh, tapi Pria itu menarik tangannya membuat Sora tidak bisa kabur.

"Lepaskan aku." Sora terus memberontak, tapi pegangan pria itu sangat erat.

"Kau adalah milikku!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bbyys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Budak Darah

Berlahan rasa sakitnya hilang. Rasa panas didalam tubuhnya juga tidak terasa lagi, tapi Sora masih merasakan rasa panas di lehernya.

"Ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan." ucap Sora dengan penasaran.

"Apa itu?"

"Karena kau adalah vampire dan aku sudah digigit olehmu. Apa aku akan menjadi vampire juga?" Sora merasa takut kalau ia juga akan menjadi Vampire.

Sebelumnya Sora pernah membaca buku tentang vampire. Dibuku tertulis jika seseorang digigit oleh vampire maka ia akan berubah menjadi vampire ataupun mati karena kehabisan darah.

Sora juga sudah bertanya kepada Flora, mencari tahu semua rumor tentang vampire.

Pria itu tertawa, tawanya seperti sedang meledek. "Darimana kau mendengar rumor itu?"

"Dari temanku. Dia bilang jika digigit vampire kau akan mati atau berubah menjadi vampire." jelas Sora.

"Lalu kau percaya?" ucap Pria itu mengejeknya.

"Aku mendengar banyaknya orang yang sudah digigit vampire rata-rata ditemukan mati dalam keadaan kering. Selain itu sisanya menghilang tanpa jejak. Ada kabar yang mengatakan mereka menjadi vampire dan berkeliaran untuk mencari mangsa. Jika sudah ada banyak saksi mata, mau tidak mau aku akan percaya."

"Jangan khawatir kau tidak akan menjadi vampire." ucapnya dengan nada lembut.

Mendengar kata-kata itu membuat Sora dapat bernafas lega. Dia tidak ingin menjadi makhluk berdarah dingin dan membunuh orang.

"Beberapa orang memang bisa menjadi Vampire tapi itu melalui banyak tahapan. Tidak hanya dengan satu gigitan lalu langsung menjadi vampire." urainya.

"Aku mengerti." ucap Sora paham.

"Jika kau sudah mengerti kau boleh keluar!" perintahnya.

"Tunggu! Ada satu hal lain yang ingin aku katakan." ucap Sora dengan tergesa.

"Kau meminta terlalu banyak. Katakan!" ujarnya mendengarkan.

"Apa kau bisa menghilangkan bekas gigitanmu. Karena letaknya di leher membuatku sulit untuk menutupinya." ucap Sora.

Setiap hari Sora harus memakai syal atau menutupinya dengan rambutnya. Sora juga tidak berani mandi bersama teman-temannya. Sehingga banyak rumor beredar kalau Sora memiliki bekas luka jelek di tubuhnya.

Pria itu menggertakan giginya marah mendengar permintaan Sora. "Kuberitahu kau satu hal penting lagi, bekas gigitan itu adalah tanda kau adalah milikku dan berfungsi sebagai belenggu dan untuk mengendalikanmu. Rasa sakit yang kau rasakan karena bekas gigitan itu. Jika aku menghilangkannya sama saja aku melepaskan dirimu."

"Ka ... kalau begitu kau bisa memindahkannya. Tolong pindahkan ke tempat yang mudah untuk aku sembunyikan." pinta Sora sambil memohon-mohon.

"Pindahkan?" Pandangan Pria itu terus mengarah keleher Sora. "Ya, Aku bisa memindahkannya."

"Apa yang kau lakukan?" ucap Sora ketika Pria itu menggendongnya.

Pria itu membawa Sora ke tengah ruangan. Di lemparnya tubuh Sora ke atas sofa. Pria itu berada diatasnya. la mendekatkan wajahnya ke leher Sora.

Sora memejamkan matanya, dia takut Pria itu akan menggigit lehernya lagi. Rasa sakit tadi masih terngiang dipikirannya.

Nafasnya yang berat terasa dilehernya. Pria itu menjilati lehernya, tepatnya di bekas gigitannya.

Rasanya geli dan menakutkan.

"Apa yang kau lakukan? Hentikan!" Sora terus memberontak dan memohon tapi Pria itu tidak mendengarkannya. la terus menjilatinya. Tubuh Sora gemetar hingga Sora menangis.

Sora terus menutup matanya sambil berdoa berharap hal menakutkan ini cepat selesai.

Selang berapa lama, Sora sudah tidak merasakan nafas Pria itu dilehernya. Sora membuka matanya, ia melihat Pria itu masih berada diatasnya.

Pria itu mengulurkan tangannya, mengelus pipi Sora yang basah dengan air mata. Sora menghindari tangan itu. Pria itu terdiam dan menarik tangannya.

Pria itu tersenyum. ia ingin menggoda Sora. "Sekarang dimana aku harus meletakkan tandaku itu. Kau bilang tempat dimana kau mudah untuk menutupinya kan? Apa di lengan tangan? Di perut? Di paha? Dimana ya tempat yang terbaik?"

Tangannya terus menjelajahi tubuh Sora. Tangannya yang besar dan dingin menyentuh tubuh Sora, membuat bulu kuduk Sora berdiri.

"Sepertinya tempat terbaik hanyalah di lehermu." gumamnya. Pandangannya terus mengarah pada Sora. sambil melihat reaksinya. "Aku tahu dimana aku harus meletakannya."

"Hentikan!" ucap Sora ketika Pria itu melepaskan kancing bajunya. Sora memegangi tangan Pria itu menghentikan hal yang ingin Pria itu lakukan.

"Kau bilang kau ingin tandanya diletakkan di tempat yang mudah untuk di tutupi." Tangannya terus bergerak menjalar dari leher Sora terus turun kebawah.

"Disini tempat yang sempurna." ucapnya.

Tangannya terhenti di bawah tulang selangka di atas dada Sora. Pria itu mendekatkan wajahnya, hembusan nafasnya terasa menggelitik Sora.

"Akh! Sakit!" teriak Sora.

Pria itu menggigitnya, rasa sakit dan panas menusuk kulitnya. Darahnya terasa tersedot.

"Hentikan! Bukankah kau hanya ingin membuat tanda kenapa malah meminum darahku juga."

"Darah manismu sangat nikmat dan manis. Mana bisa aku melewatkannya."

Tubuh Sora melemah, pandangannya mulai kabur.

Sora tidak bisa mempertahankan kesadarannya. Pandangannya gelap, ia pun tak sadarkan diri.

.

.

.

"Jendral!"

Terdengar suara yang tak asing. Sora yang baru bangun dari pingsan, melihat Javier masuk ke dalam ruangan.

"Jendral, tamunya sudah datang." ucap Javier.

"Aku akan menemuinya."

"Jendral, gadis ini!" Javier melihat Sora yang tertidur di atas sofa.

Sora langsung menutup matanya lagi, pura-pura tidur.

"Apa anda meminum darahnya?" tanya Javier.

Nada suaranya terdengar seperti terkejut. "Saya tidak tahu anda akan meminum darahnya disini. Jika tahu saya akan membawanya ke tempat biasa."

"Kejadian itu tidak sengaja. Aku sebenarnya tidak ada keinginan untuk meminum darahnya tapi darahnya sangat menggoda. Bagaimana bisa aku menolaknya."

"Iya. Darahnya sangat wangi, wanginya manis. Saya bahkan sulit untuk menahan diri. Saat saya mencium aroma darahnya, rasanya saya ingin segera meminum darahnya." ucap Javier mengingat saat Sora berada didekatnya hingga ia harus menutup hidungnya.

Sora tersentak terkejut. Ternyata Javier juga seorang Vampire! Tentu saja mereka sama. Mana mungkin Jendral menempatkan dia disisinya tanpa tahu identitasnya.

Ketika Jendral mendengar itu ia memperingatkan Javier. "Lebih baik kau tahan keinginan itu karena dia sudah menjadi milikku. Kau tahu jika seseorang manusia sudah memiliki tanda dari Vampire, Vampire lain tidak boleh meminum darahnya. Jika tetap memaksa maka akan terkena racun."

"Iya. Saya tahu. Darah dari budak darah akan menjadi racun jika diminum Vampire lain. Saya akan mengingatnya." ucap Javier santai.

"Ayo kita pergi." Javier berjalan didepan, membukakan pintu.

"Tunggu!" Jendral menghentikan langkah kaki Javier.

Sora mendengar suara berisik, ia seperti sedang mencari sesuatu.

"Ayo pergi!"

Langkah kaki terdengar menjauh serta terdengar suara pintu yang tertutup. Tinggal keheningan yang terdengar.

Sora mengintip dari celah matanya yang terbuka sedikit, melihat keadaan di sekitar. Tak ada siapapun disana. Ia pun membuka matanya.

"Ukh!" Rasa sakit di dadanya tidak hilang "Kenapa dia harus minum banyak sih?!" Sora marah.

Karena dirinya tubuhnya jadi terasa lemah tak bertenaga. Padahal masih ada pekerjaan yang harus ia lakukan. Sora tidak yakin bisa mengerjakannya dengan kondisi tubuhnya yang seperti ini.

Sora melihat keluar jendela, langitnya sudah gelap. Sepertinya sudah malam. Entah sudah berapa lama ia tak sadarkan diri.

"Dibuku tertulis vampire hanya minum darah saat bulan purnama tapi apa ini padahal bulan purnama masih seminggu lagi tapi ia malah meminum darahnya."

Tidak banyak hal yang Sora ketahui tentang vampire. Dari buku ataupun informasi yang ia dapatkan dari Flora tidak ada satupun yang benar. Sora jadi meragukan semua yang ia ketahui.

"Aku harus mencari tahu lebih banyak lagi." ujarnya.

Sora pun beranjak pergi. Dengan tubuh yang masih lemas, ia melangkahkan kakinya.

"Apa ini?"

Langkahnya terhenti. Sora melihat sebuah botol kecil berisi cairan berwarna merah. Dibawahnya terlihat secarik kertas.

"Minumlah. Obat ini bisa membantu pemulihan tubuhmu."

Sepertinya surat ini ditulis oleh Jendral. Sora mengambil botol itu, dibuka tutup botolnya. Aroma tak sedap keluar dari dalam botol. Bau obatnya sangat amis, warnanya yang merah pekat seperti warna darah.

"Aku harus minum obat ini?"

Sora tidak yakin apakah obat ini aman mengingat warna serta baunya yang aneh. Sora memberanikan diri meneguk cairan itu, belum sampai di tenggorokan Sora langsung memuntahkan nya.

"Obat apa ini? Rasanya tidak enak."

Seperti baunya, rasanya sama sekali tidak enak. Rasanya sangat pahit dan amis. Rasanya seperti benar-benar rasa darah. Sora mengembalikan botol obat ke atas meja. Dan segera mencari air. Sora melihat ada secangkir teh di atas meja. Diteguknya teh itu tapi rasa pahitnya tidak mau hilang juga. Segelas penuh Sora habiskan tapi tidak hilang juga.

Sora pun memutuskan untuk ke ruang makan. Mungkin jika mengunyah sesuatu rasa pahitnya akan hilang.

Sora beranjak pergi meninggalkan ruangan itu. Berjalan menuju ruang makan yang sudah di penuhi banyak orang. Sudah waktunya makan malam.

"Sora!" Flora memanggilnya dari kejauhan. "Kau darimana? Aku cari kemana-mana tapi tidak menemukanmu."

"I ... itu." Sora tidak tahu harus memberikan alasan apa.

"Kudengar kau menggantikan ku membersihkan ruang kerja Jendral."

Tiba-tiba seorang pria datang menghampiri mereka. Tangan kanannya terbalut, sepertinya tangannya terluka.

"Aku berkata kepada Wakil Jendral kalau aku tidak bisa membersihkan ruangan Jendral, sepertinya jendral langsung mencari penggantiku." ucapnya.

Sora langsung menyetujui perkataan Pria itu. "I ... iya itu benar. Kebetulan aku lewat sana, Wakil Jendral langsung memanggilku."

Tiba-tiba suasana ruangan menjadi berisik, orang-orang saling berbisik. Sepertinya mereka sedang membicarakan gosip orang.

"Sepertinya Elena kalah lagi kali ini."

"Bukankah itu sudah jelas. Gadis itu lebih cantik darinya. Para pelayan pria bahkan ksatria saja tertarik padanya."

"Sepertinya rayuan gadis itu sangat hebat."

"Elena pasti kesal setengah mati jika dia harus kalah."

Orang-orang saling berbisik. Sora bisa mendengar omongan mereka. Dia tidak mengerti, hanya karena alasan ia membersihkan ruang kerja Jendral kenapa mereka jadi benci seperti ini.

"Flora, kenapa mereka semua jadi membicarakan ku?" tanya Sora bingung.

"Tentu saja mereka pasti begitu. Mereka itu iri kepadamu." ucap Flora.

"Iri?"

Sora tidak mengerti. Hanya membersihkan sebuah ruangan. Apa istimewanya? Sora benar-benar tidak mengerti.

Flora gregetan melihat temannya ini yang terlalu polos. "Tentu aja mereka iri. Mereka berusaha keras agar bisa mendapatkan tugas untuk membersihkan ruang kerja Jendral. Mereka berharap bisa bertemu Jendral dan dapat mengambil perhatiannya."

"Untuk apa mengambil perhatian pria berdarah dingin sepertinya?" ucap Sora.

Ruangan yang tadinya berisik karena ocehan para gadis kini menjadi sunyi setelah mendengar perkataan Sora. Pandangan mereka tertuju kepada Sora. Pandangan matanya tajam, seperti ingin menguliti setiap inci kulit Sora.

"Padahal memang itu kenyataannya kan?" gumam Sora.

Jendral adalah seorang vampire berdarah dingin yang selalu minum darah manusia. Apa bagusnya mendapat perhatian dari orang yang kapan saja bisa membunuhmu.

"Sepertinya kau jadi besar kepala karena mendapat kesempatan yang orang-orang inginkan."

Tiba-tiba Elena datang menghampiri Sora. Diikuti kedua pengikutnya, mereka berdiri di depan Sora.

"Bukankah aku sudah memperingatimu untuk menjaga sikap. Aku sudah bilang jangan seenaknya tebar pesonamu itu."

Elena sangat marah, alisnya terlihat terangkat dan memandangi Sora dengan tatapan tajamnya.

Sora menyangkal ucapan Elena. "Aku tidak pernah tebar pesona ataupun menggoda siapapun. Aku hanya menjalankan apa yang di perintahkan!"

"Jangan berbohong! Jendral tidak pernah mengizinkan pelayan wanita masuk ke dalam ruangannya, jika bukan karena kau yang menggodanya tidak mungkin kau bisa masuk ke ruangannya!" Elena berteriak marah.

"Bukankah sudah aku katakan. Itu karena aku yang kebetulan lewat dan sepertinya Wakil Jendral sedang terburu-buru jadi tidak memiliki waktu untuk memanggil pelayan lain. Makanya Jendral menyuruhku."

Sora berusaha menjelaskan meskipun apa yang ia katakan tidak sepenuhnya benar. Jika dia berkata hal yang sebenarnya gadis berambut merah yang ada di hadapannya ini pasti akan sangat marah hingga membuat darahnya mendidih.

"Kuperingatkan sekali lagi, jangan tebar pesona kalau bisa sebaiknya kau diam saja layaknya orang mati!" ancamnya lalu langsung pergi diikuti temannya.

"Aku tidak mengerti kenapa Elena sangat marah hanya karena ini?" tanya Sora.

"Itu karena Elena menyukai Jendral." ucap Flora santai.

"Suka? Kenapa?"

Flora berkata, "Tentu aja karena jendral itu tampan dan kaya."

Gelar jendral adalah duke. Hampir semua pelayan wanita mengagumi jendral, bahkan aku dengar para bangsawan wanita juga menyukai jendral." Jelas Flora.

"Jika memang suka kenapa dia tidak bilang langsung tapi malah mengancam banyak orang?" ucap Sora bingung.

Flora menjelaskan dengan mengecilkan volume suaranya. "Itu karena sekeras apapun yang Elena lakukan, Jendral tidak pernah sekali pun meliriknya. Lagipula mana mungkin seorang bangsawan akan melirik rakyat biasa seperti kita apalagi seorang pelayan. Tapi Elena tetap kekeh untuk mendekati Jendral, dia berharap dapat mengubah takdirnya dan menjadi seorang bangsawan."

"Apa enaknya menjadi bangsawan?" ucap Sora heran.

Flora berkata, "Bukankah memang enak jadi seorang bangsawan yang memiliki banyak uang. Tidak perlu bersusah payah untuk bekerja."

Sora mengerutkan kening nya tak mengerti. "Bukankah kau bilang bahwa ada juga bangsawan yang tidak memiliki kekayaan hanya memiliki gelar dan tetap harus bekerja seperti kita. Mau jadi bangsawan atau rakyat biasa sepertinya sama saja."

Setelah mendengar ucapan Sora, Flora merasa itu masuk akal. "Sepertinya kau benar. Tapi ... tetap saja aku ingin memiliki banyak uang dan tidak perlu susah payah bekerja keras." ucapnya.

Sora tahu kehidupan mereka jauh dari kata layak. Uang mereka digunakan hanya untuk makan serta membeli pakaian. Mereka sulit untuk membeli perhiasan atau barang lain.

Tapi, itu membuat Sora yang tak memiliki siapapun di dunia asing ini bersyukur. Kehidupan menjadi seorang pelayan tidak buruk juga.

1
Aksara_Dee
sampai sini dulu ya Thor, nanti lanjut lagi..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!