NovelToon NovelToon
Menjadi Simpanan Om Davendra

Menjadi Simpanan Om Davendra

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Romansa
Popularitas:12.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lyaliaa

(35 Bab)
Allea, yang biasa dipanggil Lea adalah seorang siswi kelas 3 SMA. Awalnya dia bukan anak nakal, dia hanya anak manja yang selalu dapat kasih sayang kedua orangtuanya. Dia berasal dari keluarga kaya raya. Namun tak ada yang abadi, keluarga cemaranya hancur. Ayah dan ibunya bercerai, dan dia sendirian. Sepertinya hanya dia yang ditinggalkan, ayah—ibunya punya keluarga baru. Dan dia? Tetap sendiri..
Hingga suatu ketika, secara kebetulan dia bertemu dengan seorang pria yang hampir seumuran dengan ayahnya. Untuk seorang siswi sepertinya, pria itu pantasnya dia panggil dengan sebutan om, Om Davendra.
Dia serasa hidup, dia serasa kembali bernyawa begitu mengenal pria itu. Tanpa dia sadari dia telah jauh, dia terlalu jauh mendambakan kasih sayang yang seharusnya tidak dia terima dari pria itu.
Lantas bagaimana dia akan kembali, bagaimana mungkin ia bisa melepaskan kasih sayang yang telah lama hilang itu...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30

Davendra berdiri di depan jendela kaca apartemen Deon, ia menatap hamparan kota yang bersinar di bawah langit malam. Lampu-lampu gedung tinggi berkedip samar, menciptakan ilusi kilauan yang tak pernah bisa dia genggam.

Tatapannya kosong, pikirannya tenggelam dalam kenangan yang tak mau pudar. Sebuah suara terdengar jelas di kepalanya—suara yang sejak dulu bersemayam dalam pikirannya.

"Dav, kau gila? Aku hanya menganggap kita teman selama ini. Kau juga tahu jelas bagaimana perasaan Monica padamu. Aku akan menganggap aku tak pernah mendengarnya."

Hanya dia, Viona dan Tuhan yang tahu. Penolakan itu masih terasa asing di bibirnya, namun membekas dalam pikirannya. Dia menutup mata, membiarkan bayangan masa lalu menguasainya sejenak.

Viona adalah wanita yang pernah membuatnya jatuh cinta. Wanita yang selama ini selalu bersamanya, terikat dengan kata 'teman'. Cintanya ditolak mentah-mentah, seperti angin yang menampar wajahnya tanpa ampun.

Waktu telah berlalu, namun perasaannya tak pernah benar-benar mati. Dan sekarang, dia melihat Viona dalam diri Allea. Senyum gadis itu, cara dia berbicara, bahkan tatapan matanya—semuanya terlalu mirip.

"Aku gila..." gumamnya pelan.

Beep.

Pintu apartemen Deon terbuka, mengusik lamunannya. Lampu menyala terang di atasnya. Davendra tetap berdiri di tempatnya, tak beranjak sedikit pun. Hanya saat Deon masuk dan menuju dapur untuk mengambil segelas air, dia akhirnya menoleh.

"Paman, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Deon dingin, nada suaranya penuh ketidakpercayaan dengan keberadaan pria itu di apartemennya dalam kegelapan saat dia datang.

Davendra menghela napas, menaruh kedua tangannya di saku celana. "Bisakah aku bertemu dengan Allea?"

Sekejap saja, wajah Deon langsung mengeras. Dia menaruh gelasnya di meja, lalu berjalan mendekat, menarik kerah kemeja pamannya dengan kasar.

“Paman, aku sudah menahannya sejak dulu. Kau pikir aku akan membiarkanmu menemuinya setelah semua yang terjadi?” desisnya.

Davendra tidak meronta, tidak membalas. Dia hanya diam, menerima amarah keponakannya yang berapi-api di hadapannya.

"Dia tidak ingin bertemu denganmu," lanjut Deon, suaranya lebih rendah, tapi penuh ketegasan. "Jadi pergilah." Deon melepas cengkeramannya dan membuat jarak diantara mereka. Meskipun bekas genggamannya masih terlihat di kemeja pria itu.

Kesunyian meliputi Davendra yang tetap diam, sebelum dia akhirnya mengangguk. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang sulit diterjemahkan—kesadaran, mungkin.

“Kau sudah lama menyukainya, kan?” tanya Davendra tiba-tiba.

Deon mengalihkan pandangannya ke sisi lain, tak ingin menatap pria yang berdiri tepat di depannya. "Ya," jawabnya singkat.

"Itu bagus." Davendra melangkah mundur, lalu menatap jendela untuk terakhir kali. Seharusnya dia tak bersamaku sejak awal, batin Davendra penuh penyesalan. Jika saja, hanya saja dia terlambat sedikit saja dari Deon. Mungkin gadis kecil waktu itu tak akan terlibat dengannya. Andai saja dia bisa melepas gadis itu..

Davendra berbalik menuju pintu. Dia sudah selesai, meskipun masih ada sisa keinginan yang belum terwujud. Tapi keberadaannya disana hanya akan sia-sia.

Pintu terbuka, langkah Davendra terhenti diambang pintu. Suaranya terdengar pelan namun jelas. "Jagalah dia. Kuharap kau bisa menggantikan ku untuk menepati janji padanya..."

Dia menghilang, hanya meninggalkan Deon dalam diam.

**

Deon kembali ke apartemen Allea dengan perasaan tak nyaman mengingat kalimat terakhir yang diucapkan Davendra sebelum pergi. Janji—apa..

Namun terlepas dari rasa penasarannya, dia langsung mematung begitu masuk. Apartemen nya berantakan. Sangat berantakan. Bantal sofa berserakan, vas bunga pecah di lantai, dan furnitur terguling seolah ada badai yang baru saja melanda tempat itu.

Jantungnya berdegup kencang. Pikirannya langsung tertuju pada satu orang. Penghuni apartemen itu. "Allea?" panggilnya, suaranya nyaris bergetar.

Tak ada jawaban. Dia juga tak menemukan siapapun disana.

Dia bergegas menuju kamar, dan pemandangan yang dia temukan di sana membuat dadanya semakin sesak. Selimut kusut, meja rias berantakan, cermin retak dengan pecahan kaca berserakan di lantai.

Dan Allea juga tidak ada di sana.

Tapi suara air yang mengalir dari kamar mandi membuatnya tersentak. Dengan langkah cepat, dia mendekat dan membuka pintu.

Allea terduduk di bawah shower, air mengalir membasahi tubuhnya. Rambutnya tergerai berantakan, wajahnya kosong tanpa ekspresi. Dia memeluk lututnya erat, tubuhnya bergetar ringan di bawah pancuran air yang dingin.

"Lea!" Deon langsung berjongkok di hadapannya, menggenggam bahunya. "Apa yang terjadi?"

Allea diam. Lama. Napasnya terdengar berat, seolah menahan sesuatu yang sangat amat menyiksanya.

"Aku... hamil," suaranya akhirnya pecah, hampir tak terdengar di antara suara air yang masih mengalir. "Dua minggu."

Dunia Deon seakan berhenti. Dia membeku.

Namun Allea tidak memberinya waktu untuk mencerna. Dia menatapnya dengan mata yang penuh ketakutan, seolah ingin mendengar jawaban yang bisa membuatnya merasa lebih baik.

"Ini bukan anaknya, kan?" bisiknya, suaranya bergetar. "Bukan, kan?"

Deon menatapnya dalam, hatinya terasa tercabik melihat ekspresi gadis itu. Frustrasi, takut, putus asa—semua tergambar jelas dalam tatapan kosongnya.

Tanpa berpikir panjang, Deon menarik Allea ke dalam pelukannya, mendekapnya erat. “Tenanglah, aku di sini.” Tapi, pelukan itu tak cukup. Hanya dengan satu dorongan keras, Allea melepaskan diri dari dekapannya.

"Pisau. Aku butuh pisau..." gumamnya, berjalan keluar kamar mandi dengan langkah cepat.

Deon tersentak. "Allea!" Dia segera bangkit dan mengejarnya, tapi dia terlambat. Hanya beberapa detik keterlambatan nya membuat situasinya semakin runyam.

Allea sudah berdiri di dekat tempat tidur, menggenggam pecahan kaca yang tajam di tangannya. Darah mulai menetes dari telapak tangannya, jatuh ke lantai. Dia menggenggam nya erat.

"Lea, lepaskan!" seru Deon panik, mendekatinya perlahan.

Ucapan pria itu tak diindahkan, Allea tetap diam, tubuhnya bergetar. Deon tahu dia sedang berada di ambang batas, dan satu kata yang salah bisa menghancurkannya lebih jauh.

Deon menarik napas dalam. "Anak itu bukan anaknya," lanjutnya, suaranya penuh keyakinan. "Dia anakku, Lea. Dia anak kita."

Allea terdiam. Napasnya memburu, tapi ada sedikit kelegaan di matanya. Namun, itu masih belum cukup untuk membuatnya melepaskan pecahan kaca di tangannya.

Deon berpikir cepat. Ingatannya kembali pada beberapa saat yang lalu di kamar mandi. Dua minggu..

"Kau datang bulan, bulan lalu, bukan?" lanjutnya, mencoba membuatnya berpikir lebih jernih. "Dan pria itu tidak datang menemui mu selama tiga bulan. Jadi tidak mungkin kau hamil anaknya. Percayalah padaku.. Lea tenanglah, dan lepaskan itu."

Tatapan Allea menunduk, pikirannya mulai mencari-cari kepastian. Tapi keadaannya tidak memungkinkan untuk berpikir jernih.

Deon melihat kesempatan itu. Dalam hitungan detik, dia meraih Allea ke dalam pelukannya, menggenggam tangannya erat dan mengambil pecahan kaca itu. Tak peduli jika tangannya juga terluka.

Anaknya atau bukan, Deon tak peduli. Tapi meskipun begitu, dia sangat yakin jika itu adalah anaknya. Allea mengandung benihnya.

Wanita itu mulai tenang. Dia tak berkata apa-apa lagi, hanya membiarkan air matanya jatuh dalam diam. Namun, sebelum Deon bisa merasa lega, tubuh Allea tiba-tiba melemas.

"Lea!" Deon menahannya sebelum tubuh gadis itu jatuh ke lantai. Dia kembali tak sadarkan diri dengan darah yang masih mengalir dari tangannya.

...----------------...

1
sunshine wings
Apa benar anaknya Deon? 🤔🤔🤔🤔🤔
sunshine wings
😭😭😭😭😭
Siti Amyati
serakah ,TPI tetep kalah semuanya pergi kasihan
Jung Hasanah
ribet allea. paling bener sama deon
Jung Hasanah
Deon ini pria yg sangat langka
Jung Hasanah
bingung kan
allea cocok sama davendra tp jg cocok sm deon
sunshine wings
Duh aku kepikiran author..
Gimana caranya Om Darendra menjaga dan melindungi Allea seperti janjinya pada Viona sedangkan dia sendirilah yg memakainya..
Rangkaian puzzle² ini masih blom bisa disusun.. huh!
sunshine wings
Gimana bilangnya ya.. akan sampe kemana hubungannya Om Dav sama Lea?
sunshine wings
Luar biasa
Elvinzam 2322
lanjut kak upnya tambah banyak lgi 🤗🤗🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!