Bagimana jika dimasa lalu kalian dikhianatin sahabat kalian sendiri? Akankah kalian memaafkan orang tersebut? Atau kalian akan membalaskan dendam kalian?
Lalu bagaimana dengan hidup Calista yang di khianati oleh Elvina sahabatnya sendiri. Lalu kemudian ada seseorang laki-laki yang mengejar Calista, namun disatu sisi lain laki-laki itu disukai oleh Elvina.
Bagimana menurut kalian? Akankah Calista memanfaatkan moment ini untuk balas dendam di masa lalu? Atau bahkan Calista akan mendukung hubungan mereka?
Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama baj**ngan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.
Kepo? Yuk simak cerita kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. mengerjai Barra
"ngapain kamu disitu?" Ucap mama Elina ketika tau ada Barra yang tengah berdiri sembari tersenyum sendiri. Nggak jelas.
Calista, ia tengah sibuk membuat jus. Ia ikutan menoleh ke belakang ketika mendengar mama Elina berbicara dengan seseorang.
Barra sendiri terkejut, ia gelagapan untuk mencari alasan yang tepat. Ia tertangkap basah sekarang. "Orang cuma lihatin mama."
"Naksir kamu sama Calista?" Tuduh mama Elina. Barra rasanya tidak Sudi di katain seperti itu.
"Ogah ma!" Sahut Barra langsung naik ke kamar atasnya.
"Mau kemana kamu?" Tanya mama Elina.
"Mandi!" Sahut Barra.
Sedari tadi Calista hanya diam dan menyimak. Calista tidak menanggapi apapun. Untuk saat ini dirinya benci Barra.
Sedangkan Barra naik ke atas lantai 2 untuk menuju ke kamarnya. matanya tak lepas melihat Calista yang membuat orange juz.
Senyuman tipis terbit di bibirnya, jantungnya pun berdetak cepat hingga Barra merasakan sedikit mual di perutnya itu.
Sesampainya di dalam kamar, Barra langsung memegangi jantungnya yang terasa amat terkejut itu.
"Nggak, nggak mungkin gue suka sama dia. Dia bukan tipe gue!" Ucapnya menegaskan ke dirinya sendiri. Lalu kemudian Barra melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Disaat yang sama kini Calista tengah berada di meja makan bersama mama Elina. Mereka tengah makan bersiap untuk makan malam.
"Kamu duduk dulu cal, Tante panggilin Barra dulu." Ucap mama Elina. Ia melangkah ke kamar Barra.
Sedangkan Calista kini menunggu di meja makan. Daripada gabut, ia ingin mengecek ponselnya. Ia pun meraih ponselnya yang berada di dalam ranselnya. Lalu kemudian ia melihat ada beberapa grup yang mengumumkan untuk latihan basket malam ini.
Basket putra & putri grup
Pak Anto
Semangat 2 hari lagi kita tanding sama sekolah sebelah
Riana
Gimana kalau malam ini kita latihan aja?
Deolinda
Gue setuju aja sih
Aira
Gas lah jam berapa?
Vicky
Jam 7 sekalian nanggung
Dita
Okay deh.
Rayyan
Setuju, gabut juga kalau malem
Rizal
Makanya cari pacar goblok
Riana
Okay, semuanya tolong menyahut ya...
Calista
Okay setuju
Pak Anto
Jangan terlalu malam pulangnya ya anak-anak. Jam 9 harus sudah sampai di rumah.
Rizal
Siap pak.
Calista semakin semangat untuk segera bertanding melawan sekolah sebelah.
Tak lama dari itu mama Elina telah kembali. Calista pun menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas.
"Kenapa Cal? Kok muka kamu seneng gitu? Habis dapat pesan dari pacar kamu ya?" Tebak mama Elina membuat Calista terkekeh kecil.
"Nggak Kok tante. Nanti habis ini mau Latihan basket di sekolah Tante."
"Wow. Malem-malem begini? Nggak bahaya? Siapa gurunya biar Tante suruh ganti besok aja." Sahut mama Elina ia merasa khawatir. Harusnya besok saja.
"Eh, enggak kok tante. Emang itu rencana kita aja. Pak Anto sebagai guru olahraga nggak nyuruh. Kita yang minta izin pada beliau. Terus di bolehin."
Mama Elina masih ragu. "Emang beneran nggak papa?"
"Iya Tante. Biasanya anak-anak lain kalau latihan juga sampai malem. Kita para cewek-cewek pulangnya nggak terlalu malem juga."
"Yaudah deh, kalau gitu hati-hati ya."
Tak lama dari itu Barra turun dari lantai 2 dengan kaos dan celana pendek nya. Barra bergabung ke meja makan itu.
Mama Elina sungguh kesal dengan Barra. Ia melirik sinis pada putranya itu. Menurut dirinya, Barra malu-maluin aja karena mandi yang terlalu lama.
"Kamu mandi kayak cewek! Lama banget bikin bete!" Kata Mama Elina membuat Calista terkejut, tapi juga senang karena Barra di julidin mamanya sendiri.
Pasalnya mama Elina ceplas ceplos saat berbicara dengan Barra. Mama Elina seolah tidak mendukung Barra.
"Ya emang yang mandi lama cuma cewek? Cowok juga wajar kok!"
"Sudah-sudah ayo makan? Udah laper ini? Kebiasaan banget." Ucap mama Elina. Kini wanita itu mulai memberikan nasi pada Calista.
"Makasih Tante."
"Sama-sama."
Barra pun duduk di samping Calista. Bau aroma jeruk yang manis itu membuat Barra merasa tenang.
"Lagi-lagi orange juz." Ucap Barra dalam hati.
Ia pun meneguk orange jus tersebut. Barra tersenyum sangat tipis bahkan hampir tak terlihat. Orange jus itu sangat manis hingga membuat dirinya menjadi lebih semangat.
Lalu kemudian Barra menyuapkan sesendok nasi yang telah di guyur saos Padang itu. Untuk sesaat Barra tertegun.
"Anjir ini pedes banget! Tapi, enakkk." Ucapnya lagi dalam hati.
Mama Elina yang tau reaksi Barra pun tertawa dalam hati. Ia tau putra nya itu tidak menyukai makanan pedas. namun untuk sesekali tidak apa-apa. Ia membalas dendam Calista.
Flashback on
"Cal, kamu suka pedas nggak?"
"Suka kok tante. Suka banget malah."
"Yaudah kita sama berarti. Di rumah ini yang nggak suka pedas cuma Barra. Ayo kita kerjain dia, kita buat yang super pedas."
Jujur, Calista senang mendengarnya. Karena Calista sendiri saat ini juga kesal sama Barra.
"Emang nggak papa tante? Kalau dia kenapa-kenapa gimana?"
"Halah anak cowok kok. Nggak papa dia kan kuat. Malah malu kalau nggak bisa makan pedas."
"Pffttt..."
Flashback off
Sedangkan Calista sendiri. Ia berpura-pura biasa saja. "Enak kan?"
"Lo ngerjain gue?" Ucap Barra sewot.
"Ngerjain apaan?" Tanya Calista sinis, kemudian ia kembali fokus untuk mengupas kepitingnya itu.
Barra melirik Calista dan mama Elina secara bergantian. Ia curiga dengan kedua wanita ini.
"Kenapa? Ini semua Calista yang masak? Enakkan? Pinter! Dia multitalenta. Nggak kayak kamu, cuma bikin ulah aja!" Lagi-lagi ucapan mama Elina terdengar jahat untuk ukuran ibu dan anak. Namun semua itu hanyalah bercanda.
Barra pun juga tau jika mama nya sangat menyayanginya. Hanya saja kelakuan Barra terkadang membuat mama Elina kesal.
"Awas aja mama. Ntar kalau Barra lebih dari Calista gausah Drama sok bangga sama Barra!"
"Okay siapa takut. Tunjukkan dirimu boy!" Kata mama Elina. Wanita itu juga sibuk mengupas udang.
Barra fokus pada makanan sendiri. Ia terus melanjutkan nasi dan seafood saos Padang itu. Memang pedas sih, bahkan Barra kini sudah berkeringat, serta matanya itu terlihat berkaca-kaca. Ia terlihat seolah menahan panas di mulutnya.
Baru kali ini rasa pedas itu membuat Barra tidak berhenti untuk makan. Biasanya jika Barra menemukan makanan yang pedas, ia tidak akan mau makan. Namun, untuk yang satu ini pedas tapi nagih. Ada rasa asam dan manisnya juga.
"Maaf Tante kalau boleh tau suami tante kemana? Kok nggak ikut makan? Maaf kalau lancang."
"Oalah, suami saya lagi ketemuan sama papa kamu. Katanya ada janji."
Calista terkejut dengan ucapan mama Elina. Apakah orangtua mereka saling mengenal? Kenapa papa nya tidak bilang?
"Berarti orangtua saya kenal dengan om sama tante?"
"Enggak juga Calista. Saya tidak kenal orangtua kamu. Dan bahkan suami saya hanya mengenal papa kamu saja. Oh, kalau boleh saya juga ingin bertemu dengan mama kamu."
"Boleh kok tante, nanti saya kasih tau mama ya."
Makan malam telah selesai, Calista membantu mama Elina untuk mencuci piring di dapur. Mama Elina sudah menolak berkali-kali namun Calista tetap kekeuh ingin membantunya. Mau bagaimana lagi?
Tak lama dari itu, dapur kembali bersih. Calista pun tidak basa basi ia segera berpamitan pada mama Elina untuk pergi ke sekolah.
"Tante, kalau begitu saya pamit ya mau ke sekolahan."
"Yaudah. Biar Tante bilang sama Barra."
"Eh, enggak usah Tante."
"Eh, nggak bisa kalian kesini bareng, pulang juga harus di anter Barra."
"Beneran Tante enggak---"
"Gue anterin!" Potong Barra. Kini laki-laki itu sudah siap dengan Celana pendek selutut dan kaos hitam lengan pendek dan membawa kunci motornya.