Follow ig author yuk🙌🏻 @hhnsaaa_
___
Dijodohkan memang tidak enak, maka dari itu Bella memilih jalan nya sendiri, dan untung nya Gevano menerima kenyataan itu dan memilih membantu Bella untuk menikah dengan lelaki pilihan nya.
Saat usai menikahkan Bella dengan lelaki yang di mau nya, Gevano pun mendapat keberuntungan yang begitu berharga dan sangat bernilai. Andina Putri.
Wanita 22 tahun, yang menjadi pelampiasan lelaki pilihan Bella, memilih untuk pasrah dan menerima takdir nya yang ditinggal pergi.
Tetapi tak berselang lama, datang bak pangeran berkuda, Gevano melamar nya.
Akankah mereka hidup bahagia? Sanggup kah Gevano dengan tingkah laku Andin yang begitu di luar kepala?
___
Cerita ini berdasarkan khayalan author semata jadi jangan baca deskripsi, cukup baca tiap bab dan jangan lupa tinggalin jejak berupa like & komen.
Mohon pengertiannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Gevano bersandar di dinding koridor aula tempat pernikahan Bella dan Mahardika berlangsung.
Hingga terdengar bunyi SAH menggema di aula itu lalu sorakan tepuk tangan dan lain sebagainya mulai terdengar.
"Tuan.." Asisten Gevano datang menghampiri Gevano yang masih dalam posisi bersandar.
"Beri Mahardika kartu ini, dan katakan pada mereka untuk menggunakan nya sebaik mungkin dan harus di terima" ucap Gevano sembari memberikan kartu berwarna emas.
"Kenapa anda melakukan ini Tuan? Harus nya Tuan yang menikah dengan Nona Bella, bukan nya dia.." tanya Asisten Milo dengan kepala menunduk.
Gevano menghela nafas. "Aku hanya bersalah pada Bella, mungkin memang sekarang bukan waktu nya aku menikah" jawab Gevano sangat berbanding terbalik dengan penjelasan nya pada Bella dan Mahardika tadi.
"Anda layak mendapatkan yang setara Tuan" balas Asisten Milo di angguki Gevano.
Tak perlu setara kedudukan nya, setara cinta nya juga tak apa.
"Aku pulang duluan, kau urus mereka terlebih dahulu" titah Gevano di angguki patuh oleh Asisten Milo.
Gevano mengendarai mobil sembari menghirup rokok yang dia simpan di dashboard mobil.
"Bagaimana sekarang aku mendapatkan istri? Mama sudah meneror ku habis-habisan" gumam Gevano berpikir.
Karena Gevano sibuk dengan pikiran nya tentang cara mendapatkan istri hingga tak sadar ia menyetir mobil sedikit oleng ke pinggir.
Bruk!
Gevano tersentak dan langsung mengerem mendadak. "Apa yang terjadi? Apa aku menabrak seseorang?" gumam Gevano bermonolog sembari melirik spion.
"Astaga!" pekik Gevano langsung keluar dari mobil saat mendapati seorang gadis yang terkapar di jalan.
Saat itu jalanan sedang sepi dan hanya ada mereka berdua di jalanan itu.
"Aku harus bagaimana? Tidak ada yang melihat nya kan?" Gevano mendadak seperti orang tak berilmu.
Segera Gevano mengangkat tubuh gadis itu masuk ke dalam mobil nya. "Ringan sekali" sempat-sempatnya Gevano mengomentari bobot tubuh gadis yang dia angkat itu.
Setelah memasukkan nya ke dalam mobil, Gevano tak langsung menjalankan mobil nya dia sejenak menatap tubuh gadis itu mencari tau nama nya atau apapun tentang gadis itu.
"Harus nya aku memasukkan nya ke kursi tengah, kenapa kesini?" monolog Gevano protes pada diri nya sendiri.
Lagi-lagi Gevano keluar dan mengangkat tubuh gadis itu dan ia pindahkan ke kursi tengah agar gadis itu bisa lebih leluasa.
"Nah, aman deh" ucap Gevano kembali masuk ke dalam mobil nya dan mulai menjalankan mobil nya.
Gevano membawa gadis itu ke rumah sakit terdekat yang di tunjukkan di maps.
Setelah mengurus pemeriksaan gadis itu. Gevano tak langsung pergi, ia menunggu sampai gadis itu terbangun dari pingsan nya.
Luka di sikut dan kening gadis itu sudah di obati dan di beri plaster, jadi Gevano tak perlu khawatir yang berlebihan.
"Enmh.." Tak lama gadis itu bergumam sembari membuka mata nya secara perlahan.
"Dimana ini?" lirih gadis itu mata nya menelisik ke semua arah yang warna hanya putih.
"Udah sadar?" tanya Gevano basa-basi dan membuat gadis itu mengalihkan atensi sepenuhnya pada Gevano.
"Kamu siapa?" tanya gadis itu menatap tajam Gevano yang duduk di kursi samping brangkar.
"Aku Gevano. Maaf telah membuat mu luka dan pingsan saat di jalan tadi" jawab Gevano sembari meminta maaf.
Gadis itu mengedip kan mata beberapa kali. "Kenapa nggak kamu tabrak aja tadi? Kenapa cuma serempet" gadis itu protes yang membuat Gevano bingung.
"Aku sengaja ke tengah jalan buat di tabrak malah kamu nya ke pinggir jalan" omel gadis itu.
"Kamu kenapa sih? Bosan hidup? Masih untung ku selamatin dan ku bawa ke rumah sakit" balas Gevano ikutan mengomel.
"Nggak ada yang nyuruh kamu selamatin aku" balas gadis itu tak mau kalah.
Gevano menghela nafas pelan. "Kenapa?" tanya Gevano. Gadis itu terdiam.
"Calon suami ku nikah sama orang lain di depan mata ku" jawab gadis itu menunduk kepala nampak bersedih.
Gevano tertegun. "Nggak kamu jaga sih calon suami mu itu" ucap Gevano membuat gadis itu mencebik.
"Aku kan cuma pelampiasan selama ini karena calon suami ku itu udah ada pacar tapi pacar nya itu di jodohin sama orang lain" jelas gadis itu dengan mengoceh.
"Terus?" tanya Gevano dengan sabar dan menatap lekat gadis itu yang tatapan gemas.
"Eh ternyata tadi aku ngelihat calon ku sama pacar nya itu di KUA di daerah tempat tinggal ku" lanjut gadis itu membuat Gevano tertegun.
"Siapa nama calon mu?" tanya Gevano mulai menaruh curiga.
"Mahardika, dia laki-laki yang penuh sejuta janji pada ku, bahkan dia sempat janji sama Bapak ku buat nikahin aku" jawab gadis itu menatap ke sembarang arah.
Deg
"Dunia begitu sempit ya?" lirih Gevano samar di dengar oleh gadis di hadapan nya.
"Hah apa? Kamu ngomongin aku? Pasti kasian ya sama aku" sinis gadis itu melirik tajam Gevano.
"Nggak. Nama kamu siapa?" balas Gevano memilih mengalihkan topik ke yang lain.
"Andina Putri, panggil aja Andin" jawab gadis cantik nan mungil itu bernama Andin.
"Kenapa nggak Dina atau Andina aja tanggung banget hilangin satu huruf" tanya Gevano bingung.
"Nama ku sama Ibu ku itu sama, makanya di bedain. Ibu ku Dina, aku Andin" jelas Andin seakan sudah begitu akrab dengan Gevano.
"Kamu bikin aku sedih" ujar Andin dengan bibir melengkung ke bawah.
"Eh hah kenapa?" tanya Gevano panik tapi segera mencoba untuk tenang.
"Kamu bikin aku inget Ibu ku, kan aku jadi kangen" jawab Andin mulai meneteskan air mata nya.