NovelToon NovelToon
Aku Masih Normal

Aku Masih Normal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / TKP / Kontras Takdir / Bercocok tanam
Popularitas:822
Nilai: 5
Nama Author: Ruang Berpikir

Anzela Rasvatham bersama sang kekasih dan rekan di tempatkan di pulau Albrataz sebagai penjaga tahanan dengan mayoritas masyarakat kriminal dan penyuka segender.

Simak cerita selengkapnya, bagaimana Anz bertahan hidup dan membuktikan dirinya normal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruang Berpikir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16_Ciuman Pertamaku

Dalam seketika Anz diam, tidak memberontak lagi dan juga tidak merespon.

Sedangkan Enzo berhenti sejenak, membalikkan badannya kembali, berdiri, melihat ke belakang ketika mendengar suara keributan, dan kembali melanjutkan langkahnya kala melihat punggung orang yang dilihatnya tadi masih sibuk dengan kegiatannya sendiri.

Setelah merasakan keberadaan Enzo menjauh, Abi melepaskan pautan bibirnya dari bibir Anz "maaf," ucap lirihnya kembali. "Mari," melangkah kembali.

"Ciuman pertamaku," lirih Anz. "Kenapa kamu tidak memberi aba-aba terlebih dahulu padaku?"

"Sudah," jawab Abi cepat.

"Kapan?"

"Kamu saja yang tidak menyadarinya, mataku yang memberi isyarat."

Satu sikutan siku Anz layangkan tepat pada ulu hati Abi sampai Abi memuncrat air dari mulutnya "mataku lemah dalam kegelapan. Kali ini kumaafkan, lain kali jangan harap. Jangan pernah mengambil kesempatan dalam kesempitan, menatap Abi tajam. Tangan Anz reflek memegang bibirnya sendiri dan kembali mengucao lirih "ciuman pertamaku."

Hembusan napas panjang Abi lakukan yang kemudian ia mengusap bibirnya sendiri dengan jempol jarinya itu tanpa ada kata yang keluar dari mulutnya itu.

Anz berjalan di depan namun entah beberapa kali sudah langkahnya tersandung akar pohon besar dan kadang-kadang badannya itu yang menabrak ranting pohon.

"Bodoh," ucap Abi, berjalan mendekati Anz dan menggenggam erat tangan Anz "yang lemah itu matamu, bukan instingmu. Gunakan insting, nona Anzela Rasvatham."

Hembusan napas panjang kali ini keluar dari Anz, diam memasrahkan tangannya di genggam Abi. Sampai setengah jam lebih mereka baru sampai kembali ke lapas. Langkah mereka langsung menuju ke barak.

"Sayang," panggil girang Albert kala melihat Abi dan Anz yang sudah berada di ambang pintu barak. Mereka berdua sama-sama sedang melepaskan sepatu mereka masing-masing.

"Iyaa," tersenyum. "Sayang sudah makan? Sudah mandi?" Tanya Anz beruntun.

"Sudah," jawab Albert bingung merasakan keanehan sikap Anz saat ini yang tidak pernah bertanya hal sepele seperti ini.

"Aku mau bersih-bersih dulu ya," ucap Anz mengambil keranjang kecil berisi peralatan mandi di bawah kolong tempat tidurnya dan kemudian mencium pipi Albert singkat dan berlalu pergi keluar.

Albert bingung sendiri, berdiam diri menatap kosong Anz yang berlalu keluar begitu saja, yang kemudian satu tepukan ringan mendarat di bahunya yang dilakukan oleh Felix. Arah mata Albert kemudian beralih pada Abi yang juga mengambil peralatan mandi serta baju gantinya dan berlalu pergi keluar barak tanpa ada kata yang terucap dari mulutnya dan tanpa ada reaksi sama sekali seperti biasanya.

Seper demikian menit berlalu Abi dan Anz keluar dari kamar mandi itu bersama dan masuk ke dalam barak juga bersama-sama. Anz memakai celana training panjang berwarna hitam dan baju kaos lengan hitam tanpa menggunakan kain penutup kepala, rambut lebat berwarna hitam nan panjang itu iya gerai karena basah namun handuk lebar yang ia bawa tadi untuk menggelap badannya itu ia letakkan di atas kepalanya.

Sedangkan Abi kelur dari kamar mandi hanya menggunakan celana ponggol di atas lutut, baju sinlet putih dan juga handuk bekas pakainya itu, ia letakkan di atas kepalanya guna mengeringkan rambut cepaknya itu yang masih basah.

"Kalian habis ngapain?" Tanya Albert memandang tajam Abi dan Anz.

"Mandi," jawa serentak mereka berdua.

"Kalian gak habis ngapain-ngapainkan?"

"Ngapain apanya yank?" Tanya Anz menatap Albert datar.

"Kami tidak cukup waktu untuk melakukan sesuatu yang kamu pikirkan itu," jawab panjang kali lebar Abi sambil meletakkan kembali peralatan mandinya yang kemudian mengambil bukunya yang lain dan merebahkan badan di atas ranjang dan mulai tenggelam dalam bacaannya itu.

Sedangkan Anz tersenyum kecut menatap Albert.

"Sayang," lirih Albert pelan, merentangkan tangan.

Anz berhambur memeluk Albert "jangan berpikiran macam-macam. Aku hanya akan menjadi milikmu. Tidak akan ada yang bisa menggantimu dalam hatiku. Kamu adalah segalanya untukku."

"Preeettttttttt," ucap serentak mereka semua yang mendengarkan kecuali Abi dan Albert. Abi hanya melihat sekilas dan kembali fokus pada bukunya sedangkan Albert tersenyum lebar yang kemudian menciumi pucuk kepala Anz sayang.

"Tidur yuk. Capekkan?"

Anz menganggguk yang kemudian melangkahkan kaki mendekati ranjangnya dan mengambil buku Abi yang ia pinjam tadi dan belum habis di pelajarinya tadi.

Malam semakin larut, keheningan semakin menguasai dan kedinginan terus menyerang tiada henti.

Abi belum terlelap tidur masih sibuk dengan buku bacaannya namun suara gorok yang begitu keras terdengar dari salah satu rekannya yaitu Will. Abi meletakkan buku dan beralih duduk. Pandangan matanya melihat satu persatu rekannya yang tidur dengan gayanya masing-masing yang begitu acak-acakan.

Pandangan mata Abi terfokus pada Anz. Anz dan Albert memilih tidur satu ranjang berdua, posisi mereka kini saling membelakangi. Albert menghadap dinding dan An menghadap dirinya.

Lama pandangan mata Abi terfokus pada Anz, rambut panjangnya terulur jatuh ke bawah. Handuk yang menutupi kepalanya sekarang sudah tergeletak di lantai.

Hembusan napas panjang ia lakukan, padahal ranjangnya sudah di sediakan per individu, kalian berdua malah rela berbagi, dan membiarkan satu ranjang kalian kosong. Dasar, monolog Abi panjang kali lebar dan pandangan matanya yang tidak terlepas pada wajah cantik nan manis Anz.

Abi memilih tidur kembali, Abi tidur telentang, kedua tangan ia letakkan di bawah kepala dan matanya menatap loteng yang berwarna putih itu. Sesekali kelopak mata Abi terbuka dan menutup, pikirannya melayang pada adegan yang ia lihat tadi.

Abi menggeleng-geleng kepalanya tidak habis pikir.

Perlahan Abi terlelah dalamm tidurnya mengikuti rekan, terbawa dalam mimpi.

Anz terbangun dari tidurnya, melihat ke samping kiri Albert yang tidur membelakanginya dan melihat sisi kanan, terdapat satu ranjang kosong milik Albert yang kemudian ranjang selanjutnya terdapat Abi yang tidur terlentang dan kedua tangan ia letakkan di atas perut dengan jari jemari tangannya yang saling terpaut.

Anz mengambil hp nya yang ia letakkan di dalam lemarinya dan melihat jam di sana "hampir pagi," lirihnya. Anz melihat jaringan di hp nya itu "krisis," lirihnya lagi dan kembali melihat baterai hpnya itu, hampir lowbat, monolognya.

Hembusan napas panjang ia lakukan "ada atau tidaknya hp ini, sekarang gunanya untuk apa? Orang yang aku harapkan juga tidak sudi mendengarkan keadaanku."

Anz meletakkan kembali hp nya itu dalam lemari yang kemudian mengambil buku Abi dan berpindah tempat, tidur di ranjangnya Albert, setelah sebelumnya menyelimuti Albert dengan benar.

Entah sudah berapa jam Anz sibuk dengan bukunya itu dan ia habis mempelajari semua isi buku itu dalam jangka waktu dua hari.

Suara alarm khusus terpasang di dalam barak mereka. Suara alarm itu bagaikan suara sirene berdurasi panjang sampai tiga menit lamanya.

1
Không có tên
Ceritanya bikin merinding, ga bisa lepas ya!
_Sebx_
Seneng banget nemu cerita sebaik ini, terus berkarya thor!
AcidFace
Jangan tinggalkan aku bersama rasa penasaran, thor! 😩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!