~Berawal dari kesal jadi suka~
Senja Aurelia dan Fajar Mahardika, yang memiliki perbandingan mencolok dari sisi ekonomi. Senja hanyalah seorang anak panti, berbeda dengan Fajar yang terlahir di keluarga kaya. Keduanya juga memiliki kesamaan yaitu sama-sama pintar. Semua murid SMA Cempaka pun tau pasti siapa yang akan jadi juara 1. Siapa lagi kalo bukan Senja ya Fajar. Jika yang memperoleh juara 1 Senja, maka yang meraih juara 2 dapat dipastikan adalah Fajar. Begitu pula sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Jadian
"cepet sembuh ya Zian" ucap Senja sambil mengelus puncak kepala Zian.
"Iya kak Senja. Sekarang badan Zian juga udah enakan kok. Jangan lupa besok ya." Zian mengingatkan Senja tentang kencan mereka berdua.
Senja sih menganggap hal tersebut, sebagaimana menuruti permintaan dari adiknya yang ingin jalan-jalan bersama dirinya. Zian sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri.
"Astaga... masih aja kamu. Oke oke, nggak bakalan lupa kok."
"Iya dong. Lagian kak Senja kan juga udah setuju. Oh iya kak, jangan bilang-bilang Mama ya."
"Iya Zi" Senja terkekeh melihat Zian yang memohon agar tidak adukan pada Mamanya. Entah apa yang direncanakan bocah itu agar bisa lolos dari les privat esok hari.
"Kakak pulang ya kalo gitu" pamitnya
"Hm" Zian merespon dengan tak semangat. Dia tak mau Senja pulang sebenarnya. Kalo bisa, gadis itu harusnya menginap saja. Tapi apa boleh buat, mana bisa dia mencegah Senja untuk tidak pulang.
.
Saat pulang, Senja berpamitan kepada Bu Marta juga Pak Mario. Kedua pasangan yang nampak masih awet muda itu sedang bercengkrama di ruang tamu.
"Kamu mau pulang ya Senja ?" tanya Bu Marta yang dijawab anggukan oleh Senja.
"Kamu ikut makan malam disini aja. Nanti pulangnya sekalian saya antar." ajak Pak Mario yang disetujui Bu Marta. Bahkan istrinya itu begitu antusias.
"Terima kasih Pak, Bu, untuk tawaran makan malamnya. Tapi maaf, lain kali hehe."
"Kamu ini ya, huh. Padahal dulu pernah bilang loh mau diajak makan malam bersama, sekarang nolak lagi. Jadi kapan maunya ?" desak Bu Marta
"Haduh, nggak enak banget kalo nolak lagi. Tapi gue juga belum izin sama bunda. Apalagi biasanya bunda sama adek-adek udah nunggu gue di rumah buat makan bersama di jam-jam segini. Tapi gue juga nggak enak selalu nolak ajakan Bu Marta dan Pak Mario. Apalagi keluarga ini sangat baik sama gue." batin Senja berkecamuk memikirkan jawaban yang tepat.
"Senja ?" panggil Bu Marta yang menyadarkan remaja tersebut dari lamunannya.
"Eh, iya Bu hehe. Itu, bagaimana kalau besok saja saya makan malam bersama dengan Bu Marta, Pak Mario, juga Zian."
"Benar begitu Senja ?" Senja mengangguk mantap merespon pertanyaan Bu Marta.
"Ya sudah deh, yang penting kamu gak nolak lagi."
"Kalau begitu, saya pamit pulang ya Bu, Pak."
"Ayo saya antar" Mario
"Nggak usah Pak, saya sudah dijemput."
"Sama siapa ?" Marta
"Temen saya Bu"
"Mana si orangnya, pengen liat."
Berakhirlah kedua pasutri tersebut mengantar Senja sampai depan. Dan ternyata teman yang Senja maksud adalah pemuda yang pernah mereka jumpai di restoran waktu itu.
"Oh... Ternyata nak Fajar toh."
"Malam Om, Tante." Fajar menyalimi keduanya dan disambut dengan hangat.
"Kalau begini sih, nggak perlu dirisaukan lagi. Tapi nak Fajar, hati-hati ya bawa mobilnya. Jaga Senja nya baik-baik."
"Siap Bu"
"Kenapa rasanya kayak dinasehati sama camer ya." batin Fajar
Senja dan Fajar pun pulang setalah berpamitan. Dan keduanya masih melihat mobil tersebut sampai benar-benar keluar dari pekarangan rumah.
"Mereka keliatan romantis ya Pa"
"Iya Ma, kayak kita."
"Ish Papa, bisa aja."
"Udah yuk masuk" Mario melingkarkan tangannya pada bahu Marta.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
"Fajar"
"Hm, ada apa ?" Fajar melirik ke arah Senja sebentar sebelum mengalihkan pandangannya kembali ke arah depan. Karena dirinya juga harus fokus untuk menyetir.
"Gue gak enak ih. Lo tadi nunggu dimana ?"
"Di tempat biasanya. Nggak usah ngerasa gak enak, gue seneng malah bisa anterin. Kalo bisa tiap hari aja, biar kita selalu ketemu wkwkw."
Fajar menunggu Senja di sebuah cafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah Zian. Ia malas pulang ke rumah karena ya nanti bolak-balik. Gak papa lah menunggu, demi pujaan hati kan eaaa... 😎
"Di sekolah kan udah"
"Kurang lah" Senja mendengus geli mendengar jawaban cowok disampingnya. Namun setelah itu, ia tersenyum manis.
"Tuhkan, sendirinya juga seneng bisa sama Fajar yang tampan tiada duanya ini."
"Ya ampun Fajar, sejak kapan sih jadi narsis banget." Senja memukul lengan Fajar pelan.
"Sejak gue suka sama lo"
Tak ada sahutan dari Senja setelah Fajar berkata seperti itu.
"Kan kan, pipinya merah. Ciee..." goda Fajar sambil jari telunjuknya menjawil dagu Senja.
"Ihh..... Ngeselin." Senja memalingkan mukanya. Dirinya merasa malu sekaligus kesal.
"Ahahahaha iya maaf. Pokoknya jangan ada pikiran kayak gitu lagi ya. Gue melakukan ini semua pun karena gue suka, dan gue pengen selalu bersama lo. Kata-kata ini klasik sih, tapi gue bener-bener bahagia cuma dengan kehadiran lo disisi gue."
Senja tak tau harus merespon apa, tapi dia tersenyum senang. Hatinya menghangat, mendengar pengakuan dari Fajar barusan.
"Makasih, udah buat gue ngerasain hal kayak gini. Gue awalnya gak ada niatan sama sekali buat suka sama seseorang ataupun jatuh cinta. Gue rasa hal itu buang-buang waktu. Daripada mikirin cinta-cintaan, bukankah lebih baik mempergunakan waktu dengan sebaik mungkin untuk belajar kemudian meraih impian. Namun dipikir lagi, falling in love tuh seru ya. Walapun gak dipungkiri, akan ada saatnya terluka akan cinta. But now, i am ready. Gue nggak mau bikin lo nunggu jawabannya terlalu lama, jadi... Yes."
Fajar terkejut dengan pengakuan Senja, tapi cowok itu segera menormalkan ekspresinya. Ia tidak menyangka saja Senja akan membalas perasaannya. Untunglah, dia tidak akan merasakan bertepuk sebelah tangan. Beruntung juga dirinya mengambil langkah cepat, karena ia tak mau bila Senja diambil orang lain.
"Yes apa nih ?"
"Iya itu..." Senja ragu untuk melanjutkan perkataannya
"Itu apa ?" Fajar terkikik dalam hati, dia berniat menggoda gadisnya. Ehem, gadisnya. 🙂👍👍
"Iya itu pokoknya" pipi Senja makin memerah dan hal itu terlihat memesona sekaligus imut dimata Fajar.
"Iya, itu apa. Jelasin dong, nggak ngerti." Fajar menaikkan sebelah alisnya.
"Dah lah, gak jadi. Bikin kesel tau."
"Ahahahaha iya iya. Hari ini kita jadian yeayyy. Btw, ini juga pertama kalinya buat aku."
"Aku kamu an nih ?" tanya Senja
"Iya lah, harus itu." Fajar menjawab dengan tegas dan pasti.
"Hahahaha"
Senja menghentikan tawanya, kemudian bertanya lagi.
"Masa sih, ini yang pertama kali. Ku kira tampang kamu itu macam tampang playboy."
"Eh enak aja. Tampang aku ini bukan tampang playboy ya, tapi tampang cowok cerdas."
"Iyain deh"
"Ish... Bisa banget si kamu ngebalikin situasi buat aku kesel sama kamu."
"Hahahaha" Senja kembali tertawa dibuatnya.
"Terus bahagia kayak gini ya. Aku mau jadi alasan untuk kamu selalu tertawa." batin Fajar
Dia tak mudah membuka diri dengan orang lain, tapi dengan Fajar hal itu menjadi mungkin. Fajar memberi warna pada hidupnya yang terkesan monoton.
"Aku harap kita bisa selalu bersama Fajar" batinnya