Bagaimana jika jiwa seorang Chef dari dunia moderen abad 25 yang cantik, kaya-raya, berstatus lajang, serta menguasai banyak tehnik beladiri, terbangun ditubuh seorang gadis diera dinasti kuno 3000 tahu lalu.
Liu Liyan, gadis cantik yang amat dimanja oleh ayah & kedua kakak lelakinya. Kadang suka berbuat sesuka hati, keras kepala & juga urakan.
Tapi setelah menikah, ia harus menjani hidup miskin bersama suaminya yang tampan tapi cacat.
Belum lagi ia harus dihadapkan dengan banyaknya konflik keluarga dari pihak suaminya.
Beruntung ibu mertua & adik ipar amat baik serta begitu menyayanginya, mendukung juga mempercayai.
Apakah ia bisa menggunakan keterampilannya didunia modern, untuk membantu keluarga suami juga keluarga kandungnya sendiri..?
Bagaimana lika-liku kehidupannya didunia yang serba kuno tanpa internet & listrik..?
Mari ikuti kisah Chef Claudia diera dinasti Song & menjadi Liu Liyan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delia Ata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sosis, Kaldu dan Abon
Pamor susu kacang makin melejit. Begitu pengiriman sampai diJiao Tong cabang kota lain dan Ibukota pusat Shanghai, pasti akan langsung diserbu pembeli.
Makanya sekarang setiap tiga hari sekali, selalu akan ada gerobak-gerobak yang dikirim Jiang Yulin untuk mengambil susu dan saus.
"Yong dage, apa kau ada teman yang mau bekerja..?" tanya Liu Liyan, yang baru selesai meracik susu.
Sejak malam dimana Wei Jian dan Wang Yu datang berkunjung, Liu Liyan tak lagi berpenampilan ala lelaki.
Dilemari pakaiannya kini sudah banyak menyimpan gaun-gaun sutra, yang kesemuannya hasil desain Liu Liyan sendiri.
Awalnya setelah acara jamuan itu, Liu Liyan kembali kesetelan awal, tomboy. Tapi Liu Dayan menegur tegas.
"Kau itu sekarang sudah menikah dan suamimu calon sarjana, kau harus menjaga reputasinya. Kalau kau tidak perduli akan reputasimu sendiri dan keluarga Liu, fikirkan reputasi suamimu."
Xiao Yun, nama yang menjadi mantra ampun untuk mengembalikan kewarasan Liu Liyan.
Tidak ada perdebatan seperti biasanya jika menasehati wanita itu.
Tanpa banyak protes, begitu kembali kerumah Liu Liyan langsung menyingkirkan semua pakaian lelakinya.
Setiap wanita itu keluar rumah untuk berbelanja, dia akan mampir kepenjahit mengantarkan gambar desain gaun baru.
"Kau mau menambah pekerja lagi..?" tanya bersemangat Xiao Yong.
"Ya, dalam waktu dekat kita akan memproduksi makanan lain."
"Aku masih memiliki banyak teman, tapi ada tiga orang yang ingin sekali aku rekomendasikan padamu. Kondisi mereka lebih menyedihkan dibanding kita dulu saat didesa."
"Apa mereka dari desa Hutong..?"
Xiao Hong menggeleng "mereka dari gang Piminqu (pemukiman kumuh dikota). Mereka berkerja serabutan, kadang dipelabuhan, berburu, apa saja yang bisa menghasilkan uang asal bukan dengan melakukan kejahatan."
"Kepribadian mereka bagaimana..?"
"Sangat baik, jujur dan berhati bersih. Jimin, Baozi dan Jinu juga mengenal mereka."
"Kalau begitu bawa mereka kemari."
Xiao Yong tersenyum lebar sampai menampakkan deretan giginya "baik, mau kapan..?"
"Sekarang juga boleh. Sekalian aku ingin membeli sesuatu, kita pergi bersama."
Keduanya pun pergi, dengan Liu Liyan mengajak Rong, Xie dan Qiu.
Liu Liyan membeli jamur Shitake, per bumbuan dan tiga tong besar garam.
Setelahnya mereka keSheng-chu (pasar ternak)
"Salam San gege..!"
Yan San berbalik dan langsung tertegun kaku. Ini kali pertama pemuda itu melihat penampilan baru Liu Liyan, setelah lebih dari seminggu tak bertemu.
Biasanya jika Liu Liyan butuh sesuatu yang dijual Yan San, dia akan mengirim Yue dan Shi untuk membelinya.
Gaun sutra berwarna peach, dengan make up natural dan konde modern. Membuat penampilan Liu Liyan hari ini terlihat amat manis dan anggun.
"Ah Yan niang..!" jawab gugup Yan San.
Qiu, Rong dan Xie langsung menghunuskan tatapan dingin menusuk. Dalam hati mereka berkata...
"Jaga sikapmu lelaki jalang..!"
Alis Yan San berkedut, dengan kikuk pemuda itu mengusap tengkuknya yang mendadak dingin.
Yan San berdehem "kali ini kau mau mencari apa..?"
"Aku butuh daging sapi, babi dan ayam, masing-masing seratus lima puluh jin. Jika ada lemak aku mau juga."
"Lemak apa..? aku ada babi, sapi, kambing, harimau, rusa, kuda keledai dan angsa."
"Semuanya, berikan padaku."
Yan San mengangguk senang "tunggu sebentar, akan aku siapkan."
Liu Liyan, nama yang membawa keberuntungan bagi Yan San. Setiap kali wanita itu berbelanja, tidak pernah dalam jumlah sedikit.
Benda yang selama ini tidak laku dan dianggap tak berharga, malah dicari wanita itu dan kedepannya menjadi sebuah keberkahan untuk Yan San.
Contohnya susu.
Berkat Liu Liyan juga, Yan San bisa bekerja sama dengan Jiao Tong.
Yan San datang, membawa semua pesanan Liu Liyan.
"San gege ada jeroan babi, kuda dan sapi..?"
Alis Yan San merajut, semua pekerja lapak pemuda itu kompak mengangkat kepala, menatap aneh wanita cantik itu.
Liu Liyan terkekeh "aku tahu apa yang kalian fikirkan, tapi bagiku jeroan adalah benda berharga. Berikan padaku kalau ada..?"
Yan San patuh. Dengan dibantu karyawannya, ia mengumpulkan semua jeroan babi, kuda dan sapi.
Berbeda dengan harimau, yang jeroannya akan laku dijual. Kalau hewannya lainnya berujung dengan dibuang kelubang sampah.
"Lain kali jangan dibuang jeroannya ya..? simpan dalam keadaan sudah dibersihkan, agar jeroan-jeroan itu tidak cepat rusak."
"Iya baik, lain kali aku kumpulkan." jawab Yan San meski masih merasa bingung dan rasa jijik menggelitik perutnya.
Liu Liyan membayar semuanya, lalu pergi ketoko percetakan untuk memesan kertas minyak.
"Bisa membuat seperti ini..?" Liu Liyan memberikan contoh kertas yang ia mau, berikut dengan tingkat ketebalan dan ukuran.
"Bisa, mau seberapa banyak..?" tanya pemilik toko.
"Lima ribu lembar untuk masing-masing ukuran." jawab Liyan menyerahkan dua tahil perak.
"Dua hari lagi kami akan mengantarkan pesanan nyonya."
Liu Liyan pulang bersama tiga pelayannya dan ternyata dirumah teman Xiao Yong sudah menunggu.
Yance 19 tahun, Shun 18 tahun dan yang paling muda Boqin 17 tahun.
Liu Liyan menjelaskan job desk ketiga pemuda itu dengan terperinci.
"Mendapatkan makan dua kali sehari, upah satu liang perak. Jika pekerjaan gege semuanya bagus, bulan depan aku naikkan upahnya."
Tugas pertama, Liu Liyan meminta ketiga orang itu membersihkan jeroan kesungai dibelakang kota.
50 jin daging sapi, ayam dan babi Liu Liyan iris setipis mungkin lalu dipanggang sampai kering kriuk.
Untuk sisa yang 100 jin dicincang halus.
Jamur Shitake juga diiris tipis lalu dipanggang hingga benar-benar kering.
Sedangkan untuk lemak, Liu Liyan panaskan sampai menjadi minyak. Setelahnya Liyan memasukkan bawang putih dan merah, goreng hingga kering, angkat dan tiriskan.
Bawang putih dan merah goreng itu kemudian dihaluskan, kembali dicampurkan keminyak tadi, aduk terus hingga minyak dingin dan setengah mengental.
Cetak dalam loyang, diamkan sampai mengeras dan jadilah minyak bawang beku.
Lima puluh jin daging cincang Liu Liyan olah menjadi tiga varian abon.
Untuk 50 lagi dicampur dengan jeroan bagian hati dan jantung, yang sudah digiling halus. Diberi bumbu garam, bawang putih bubuk dan lada halus.
Setelahnya diisi kedalam usus, sedikit ditekan agar padat. Setiap satu jengkal diikat dengan benang domba, kemudian diasapi semalaman.
Untuk paru dan babat Liu Liyan masak bersama saus dauban.
Satu kendi garam Liu Liyan haluskan sampai menjadi bubuk , lalu disangrai sebentar untuk mengurangi kadar airnya.
Daging dan jamur kering panggang digiling halus, untuk kemudian dicampur dengan garam bubuk sangrai, bawang dan lada bubuk, serta beberapa bumbu rahasia.
Jadilah kaldu ayam, sapi, babi dan jamur.
Liu Liyan memasak mie ubi gajah, tanpa menggunakan bumbu, cuma pakai kaldu sapi dan minyak bawang.
"Yaa, hanya begini saja sudah enak..?" pekik bibi Ying dan bibi Tang kagum.
"Ini namanya kaldu atau penyedap rasa, bisa untuk semua jenis masakan. Praktis digunakan dan awet hingga lima tahun."
"Apa ini yang nanti akan menjadi bisnis barumu..?" tanya bibi Ying.
"Abon itu yang akan menjadi bisnis baru, untuk kaldu sementara khusus kita pakai sendiri." sahut Liyan terkekeh.
Tiga jam pengolahan, abon akhirnya matang. Liu Liyan langsung membuat roti dan meminta bibi Su memasak nasi.
Semangkuk nasi hangat dicampur abon dan satu roti abon dengan tambahan semangkuk sup paru babat saus dauban, Liu Liyan bagikan kesemua penghuni rumah tanpa terkecuali.
Sudah pasti komentar yang didapat adalah enak dan lezat.
Minyak bawang yang sudah benar-benar mengeras. Liu Liyan potong kotak-kotak, kemudian dibungkus dengan kertas minyak dan disimpan dalam kendi batu pelangi.