NovelToon NovelToon
Sang Manager : Cinta Orang Kantoran Part 3

Sang Manager : Cinta Orang Kantoran Part 3

Status: tamat
Genre:Bullying di Tempat Kerja / Office Romance / Tamat
Popularitas:392k
Nilai: 4.9
Nama Author: Septira Wihartanti

Mencari-cari kesalahan karyawan dengan tujuan dipecat adalah pekerjaan Regi Einar. Ia menerima daftar Karyawan Bermasalah di Garnet Bank, dan tugasnya adalah mencari alasan masuk akal yang bisa dijadikan senjata untuk mengeluarkan 'penyakit' di perusahaan. Pekerjaan itu tidak mudah. Bahkan beberapa karyawan seakan tidak berdosa dan sudah mengabdi lama di sana.

Regi bisa menyelesaikan setengah dari daftar bermasalah, namun ia tiba-tiba tersendat akan sesuatu yang datang pertama kalinya dalam hidupnya.

Kenapa Ratu Arumi harus begitu cantik di matanya?! Dan kenapa ia harus jatuh cinta saat sedang di tengah proyek penting?! Selama 28 tahun ia single, kenapa harus sekarang?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gembong

Regi terbangun dengan perasaan aneh. Rasanya seperti ia dipaksa bangun. Bukan jenis bangun yang biasanya, ini jenis tidur ala militer yang mau tak mau ia harus sadar sepenuhnya dalam beberapa detik.

Tangan dengan jemari lentik memeluk lehernya, dan gumaman lembut di samping telinganya.

Regi menoleh dan tersenyum.

Ada peri cantik tidur di sebelahnya. Tersenyum kecil sambil memejamkan mata, wajah manis nan halus mengundang untuk dielus pipinya dan dicium dahinya.

Regi merasa menjadi pria seutuhnya.

Tapi saat ini, hatinya tidak tenang. Ada rasa berdebar tak enak yang meliputi perasaannya. Tapi ia belum bisa mengidentifikasi rasa ini.

Biasanya, perasaan ini timbul kalau…

Ponselnya berdering.

Ada nama Rahwana. B di layarnya.

Iya, perasaan semacam gundah gulana gusar dan mengganggu membuat emosi meningkat ini timbul kalau ia akan dihubungi dengan si pemuda setengah ‘raksasa’ ini.

Regi menarik nafas dan memandang ke arah ponselnya dengan cemberut.

Ini masih pukul 5.30.

Apa orang ini tak punya kehidupan selain bekerja?! Atau memang begini kehidupan seorang pengusaha multibillionaire? Keluh Regi dalam hati.

“Pagi, Mas.” Sapa Regi.

“Mas Regi, maaf ganggu, aku terpaksa. Bisa aku minta tolong Mas?” itu kalimat pertama Rahwana, diucapkan agak terburu-buru.

Nah, ini baru tidak biasa.

**

“Ugh...” Yoga berusaha tidak kehilangan kesadarannya. Sementara rasa sakit yang teramat sangat mendera sepanjang tubuhnya. Ia baru saja dipukuli dan disiram air supaya selalu sadar. Di lain pihak orang-orang di depannya ini mengancamnya untuk berbicara mengenai dirinya.

Yoga masih tutup mulut, tapi mereka semua mulai memukuli Yoga secara bergantian.

Rasanya lebih baik pingsan saja...

Yoga terbatuk dan memuntahkan darah dari mulutnya.

Sait sekali rasanya, kepalanya sangat pusing.

“Ngomong, heh! Sebelum kamu kug0rok.” Desis salah satu pria besar yang menjambak rambut Yoga dan menengadahkan wajah anak itu.

“Dia kayaknya masih muda Bang, anak sekolah yang nyusup mau ketemu pacarnya ke sini, kali.”

“Kayaknya yang kemarin dua orang temannya itu tanya-tanya rumah pasti ada maksudnya. Ngapain ketemu pacar kok tanya-tanya rumah dijual segala. Kenapa mereka pura-pura ke sini.”

Samar-samar Yoga mendengarkan obrolan mereka.

“Gudang nggak ketahuan kan?” bisik salah satunya.

Gudang... mungkin itulah target GSA selama 3 tahun ini. Menurut sumber terpercaya, yaitu Ratu Arumi, ada gudang berisi tanaman hidroponik, bukan tanaman biasa, tapi Gan ja.

“Hey...” salah satu pria yang berwajah ramah, senyum tipis, tampak melihat Yoga dengan prihatin. Tapi Yoga merasa pria ini begitu mirip Rahwana. Sudah pasti orang seperti ini memiliki sifat manipulatif yang tidak jauh berbeda dengan sepupunya itu. Senyum jahat yang sering dilihat Yoga, digunakan sebagai kamuflase kemarahan terbesar manusia. “Bilang saja kamu itu siapa, apa susahnya sih Nak? Atau kamu mau badan kamu kami pisah-pisah dan kami buang per bagian?”

Tuh kan... tepat sekali perkiraan Yoga. Yang paling ramah adalah yang paling berbahaya. Dan mereka bukan sekedar Mafia Tanah. Pekerjaan utama mereka adalah pemasok tanaman Gan ja. Dan sudah pasti bukan untuk bahan baku obat tapi untuk kegiatan ilegal. Kalau sudah begini, biasanya mereka memasok ke orang-orang berpengaruh.

Tapi ada satu hal yang dari kemarin mengganggu Yoga.

Wajah sinis Regi.

Tersenyum padanya dengan tatapan menghina.

Kalau dia tahu Yoga ditangkap begini, bisa jadi Regi akan bilang : “Sudah saya bilang, kan? Dasar anak bayi, masih pakai Mamipoko saja sudah sok-sok’an jadi jagoan.”

Nyatanya membayangkan wajah Regi yang julid padanya malah menjadikan semangatnya membara.

Kenapa sih ia benci sekali dengan Pria itu?

Ia benci Regi sejak Rahwana bilang kalau “Yoga, kalau sudah saatnya, aku akan melepas jabatanku di Garnet Bank dan menduduki posisi Presdir di Garnet Grup. Kamu yang akan menggantikanku. Nah, orang ini yang akan mendampingi kamu 24 jam 7 hari. “

“Apa istimewanya dia, Mas?” tanya Yoga saat itu.

“Kalau Beaufort bilang dia istimewa, percayalah, dia memang se-istimewa itu.”

Tapi Yoga tidak begitu saja mau menerima pendapat Rahwana. Ia berpikir bisa saja Beaufort dan sepupunya itu salah menilai. Namanya juga manusia.

Sejak itu, sambil menunaikan pekerjaannya di GSA sekaligus berkuliah untuk double degree-nya, Yoga pun mulai mengamati regi. Dan benar saja, semakin ia mengamati Regi, semakin benci Yoga padanya.

“Dasar jahat...” gumam Yoga.

“Heh? Kami jahat? Kamu yang salah sudah menyusup ngintip-ngintip ke property kami, kamu melanggar aturan, masa bilang kami jahat!” sahut si penyekap.

Yoga kembali ke masa kini, ia menghela nafas.

Oh iya, aku kan bakalan mati sekarang ya. Masa di waktu terakhir hidupku aku malah membayangkan wajah si picik itu. Rugi bandar. Pikir Yoga.

“Kalau sampai siang dia tidak bicara siapa dia, mutilasi saja hidup-hidup.” Sahut salah satu pria di sana.

Saat itu di benak Yoga terpikir macam-macam. Dimutilasi hidup-hidup benar-benar tidak ada dalam benaknya selama ini. Dia pikir menjadi anggota GSA ya paling tembak langsung mati, tidak harus terlibat dalam berbagai penganiayaan. Selama ini target yang mereka tangkap atau tembak juga langsung diserahkan ke aparat, untuk selanjutnya pemerintah yang menangani dengan mengaku kalau mereka yang menangkap, padahal semua itu hasil kerja GSA.

Yoga diam-diam ingin menangis, bagaimana raut wajah ibu dan ayahnya saat melihatnya sudah dikembalikan dalam potongan-potongan random?  Mudah-mudahan sampai saat terakhir, identitasnya sebagai seorang Bataragunadi tidak ketahuan sama gembong-gembong ini. Karena kalau ketahuan, akan sangat menyusahkan dengan berbagai tuntutan pemerasan, dan bisa jadi karena tahu yang ditangkap adalah anak seseorang yang berpengaruh, semua gembong akan langsung melarikan diri takut diusut. Itu berarti GSA harus memulai pencarian dari awal lagi. Hasil kerja keras 3 tahun ini sia-sia saja.

Beberapa saat kemudian, seseorang dari luar masuk ke dalam dan menemui mereka. “Ada orang dari Bank di luar. Katanya mencari salah satu karyawannya yang kemarin datang ke sini.”

“Orang... Bank?”

“Iya. Garnet Bank. Si Yanto kerja di sana juga kan?”

“Ssssst!” desis salah satu pria. Lalu menunjuk Yoga yang sudah setengah sadar. “Heh, kau...”

Yoga tak menyahut. Ia hampir pingsan rasanya.

“Kamu orang Bank?”

Yoga akhirnya mau tak mau mengangguk.

“Wah, kami pikir kamu cepu. Salah tawan kita.” Desis salah satu pria.

“Siapa orang Bank yang datang di luar?” tanya mereka.

“Namanya Regi Einar. Dia manajer Kredit di sana.”kata si penjaga pinti.

“Ya Ampun...” gumam Yoga setengah mengeluh.

“Dia datang bersama beberapa Satpol PP dan Orang dari Kejaksaan. Dia bilang akan segera memproses tanah ini karena merupakan agunan Bank.”

“Si Yanto gimana sih, bukannya diproses. Dia kan tugasnya beking kita dari internal!”

“Yanto dalam perjalanan ke sini.” Kata salah satunya.

“Kamu hadapi dulu si Pegawai Bank itu, ini bocah gimana nih?”

“Kalau kita tawan di sini ya kita terancam di-grebek. Bilang aja dia ketahuan mau nyuri di salah satu rumah. Kita nggak tahu kalau ternyata dia orang bank kita pikir rampok makanya dipukulin.” Bisik salah satunya. “Heh, bocah. Kalau kamu tidak bekerja sama dengan kami, kami akan datang ke tempat kamu dan kamu bakal kami bunuh. Jelas ya?”

Yoga hanya bisa diam saja.

**

1
Risma Wati
gak banyak bab,tapiiiiii baguuus bgt,gak bertele2 ceritanya,semua karyanya ga ada yg gagal...i love u Thor,semangattt selalu🥰💪💪💪
Resti Liani
judes + nyinyir dr emaknya, , tegas dr bapkny
Niè
sampai sdh lupa urut2an nya madam..........
Endang Sulistia
selalu keren madam...
ayu irfan
😘😘😘
Vlink Bataragunadi 👑
bjiiiiir mantaaaaap/Facepalm/
Vlink Bataragunadi 👑
buahahahaha... adoodooo eeeee/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Vlink Bataragunadi 👑
dih gayanya ky bapake buanggeedh, minus sepatu boots buaya albino ya, Iwan/Chuckle/
Vlink Bataragunadi 👑
iiiih si mas Yaaaaaan mani gituuuuu
Vlink Bataragunadi 👑
David Yudha itu kata2nya lembuuuuuut ya tapi, duuuuh /Cry//Cry/
Vlink Bataragunadi 👑
aduh madaaaaaaaaam/Sob//Sob//Sob/
Vlink Bataragunadi 👑
ga mudeng madam/Sob/
Vlink Bataragunadi 👑
iiiih kenapa aku mewek/Sob/
aku juga mauuuu ada yg ngrginiin akuuuu/Sob//Sob/
Vlink Bataragunadi 👑
mauuuu ditendang ampe Singapore langsung shoping/Chuckle/
Vlink Bataragunadi 👑
hwoaaaaaaa kereeeeeeen/Angry//Angry//Angry/
Vlink Bataragunadi 👑
laaah ditembak langsung malah kiceup si neng mah wkwkwkw
Vlink Bataragunadi 👑
serius madam, cuma seginiiiii?
Vlink Bataragunadi 👑
pak Banda/Sob//Sob/
Vlink Bataragunadi 👑
alaaah ada Meo juga/Chuckle//Chuckle/
Vlink Bataragunadi 👑
bukannya diangkay ama Bataragunadi?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!