Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 33. Terlihat Lebih Manusiawi.
Saat hari mulai beranjak gelap, Ruby dan Amanda sudah kembali ke kediaman keluarga Rykhad. Emer juga baru saja pulang dari perusahaan, ia sudah tahu Ruby pergi bersama ibunya hari ini karena Amanda sempat mengabari putranya itu.
"Di mana Ruby, Mom?" tanya Emer saat melihat ibunya tengah menemani Rain bermain. Ia langsung mencari keberadaan sang tunangan saat tiba di rumah.
"Ruby ada di kamarnya, Son." Amanda berdiri dan mendekat pada putranya itu. "Temuilah dia. Sepertinya dia membutuhkanmu."
Emer mengangkat alisnya, merasa heran. "Apa sudah terjadi sesuatu?" tanyanya mendadak khawatir.
"Tadi kami tidak sengaja bertemu ibunya di mall."
Emer terkejut mendengar ucapan Amanda. Ia lekas menoleh ke lantai atas menatap kamar kakaknya-Riella yang ditempati oleh Ruby.
"Aku akan memeriksa Ruby, Mom." Emer beranjak langsung ingin menemui Ruby. Langkahnya begitu cepat hingga menaiki dua anak tangga sekaligus. Ia khawatir, apa Ruby kembali disakiti oleh keluarga Sanders.
*
*
*
Di dalam kamar yang begitu mewah itu, Ruby berdiri di depan jendela yang terbuka. Ia menatap rintik hujan lembut yang menyirami taman area belakang kediaman keluarga Rykhad.
Pemandangan yang begitu indah. Pemandangan yang berhasil mengunci tatapan Ruby karena kini ia melihat dirinya ada di bawah sana. Berdiri diam di sudut taman dengan tubuh yang menggigil di bawah derasnya air hujan.
Flashback on.
"Selamat ulang tahun!" Suara riang itu terdengar bersambut tawa gembira bocah perempuan yang begitu cantik dengan gaun indah yang ia kenakan.
Area taman sudah disulap dengan begitu cepat. Semua area dipenuhi boneka-boneka, balon berwarna-warni, dan berbagai mainan yang menarik.
"Hari ini aku ulang tahun. Aku ingin kado dari Mommy, Daddy dan juga Kakak!" Rachel kecil berucap pada kedua orang tuanya. Juga Cakra.
Roger dan Shinta tersenyum, mengusap sayang rambut putri kecil mereka dan meminta para pelayan mulai membawa beberapa masuk kado yang memang sudah mereka persiapkan untuk Rachel.
Melihat banyaknya kado untuk dirinya, netra Rachel begitu berbinar. Ia berlari dengan kaki kecilnya menghampiri tumpukan kado kado yang dibungkus dengan kertas yang indah.
Bocah perempuan itu bersorak bahagia, tak hanya di hari ulangtahunnya, kedua orang tuanya pasti akan mengabulkan segala keinginannya.
"Ini kado dariku." Cakra kecil juga datang, ia memberikan Rachel kotak kado berukuran sedang.
Rachel semakin senang. Semuanya tampak sempurna di hari ulang tahunnya.
Namun, saat suara lain terdengar. Senyum manis di wajah bocah perempuan itu seketika menghilang.
"Mommy, kado untukku mana?" tanya Ruby kecil yang memang sedari tadi sudah ada di sana. Hari ini juga hari ulang tahunnya. Tapi ia tidak mengenakkan gaun indah seperti yang Rachel kenakan.
Netra polosnya menatap pada banyaknya tumpukan kado itu. Mengira jika di sana juga sudah terdapat kado untuknya yang dipersiapkan oleh Roger dan Shinta.
Namun sayang, itu hanya harapan Ruby. Karena Rachel langsung berteriak meminta ia untuk menjauh dan mengatakan semua hadiah itu adalah miliknya. Roger segera meminta pelayan untuk membawa Ruby kecil masuk, tapi Ruby menolak.
"Mom, aku juga ingin..." Ruby kecil masih mencoba berbicara, tapi Shinta tidak memperhatikannya. Semuanya fokus pada Rachel. Ruby melihat mereka membimbing Rachel untuk segera memotong kue ulang tahun.
"Rachel sayang, kau sudah besar dan cantik sekali," kata Shinta, sambil memeluk Rachel dengan erat. Begitu juga dengan Roger dan Cakra.
Ruby kecil merasa seperti tidak ada di sana, dan air matanya mulai menetes. Ia hanya menginginkan kado. Satu kado dari banyaknya tumpukan kado yang Rachel dapatkan. Ruby tidak mengerti mengapa ia tidak mendapatkan perhatian yang sama seperti Rachel dan Cakra.
Setelah memotong kue, keluarga Sanders terlihat melakukan foto bersama. Shinta dan Roger memeluk Rachel dan Cakra, sementara Ruby berdiri di pinggir dengan wajah sedihnya. .
"Aku ingin ikut foto," kata Ruby dengan suara polosnya yang terdengar begitu lembut. Ia ingin bergabung, ia ingin merasakan dekapan hangat itu dan berada di antara keluarganya lalu berfoto bersama.
"Kemarilah," pinta Shinta yang membuat wajah Ruby seketika berbinar. Ia tersenyum, kaki kecil telanjangnya sudah ingin berlari. Namun, urung saat mendengar perkataan Shinta selanjutnya. "Tapi kau harus berdiri di belakang, karena Rachel dan Cakra yang penting hari ini."
Ruby kecil tak jadi mendekat. Wajahnya yang mungil seketika berubah ingin menangis. Air matanya menetes tanpa bisa dicegah, anak kecil itu menahan kuat isakannya, dengan mata basah yang terus menatap ke arah di mana keluarga Sanders tengah melakukan foto bersama tanpa dirinya.
Ruby merasa seperti tidak termasuk di dalam keluarga Sanders, ia tidak tahu mengapa dirinya tidak dicintai. Hati kecil bocah perempuan itu seakan bisa tenggelam dalam kesedihan yang ia rasakan. Ia terus menangis tanpa suara.
Dan seakan alam bisa merasakan perih hati kecilnya, hujan deras tiba-tiba mengguyur taman. Semuanya berlarian masuk ke dalam rumah, para pelayan pun terlihat sibuk mengamankan kado milik sang anak majikan.
Ruby tetap tinggal. Ia hanya menangis, berdiri di taman dan membiarkan seluruh tubuh kecilnya basah karena air hujan.
Ruby kecil tampak tak perduli dengan dinginnya, tangisnya kian kencang, bersaing dengan suara gemuruh derasnya air hujan. Ruby terus berdiri di sana, menangis sendirian sementara dunia di sekitarnya berlarian mencari perlindungan dari hujan.
Flashback off.
Ruby tersentak ketika tiba-tiba selimut hangat terpasang di pundaknya. Emer pelakunya, tunangannya itu bergerak menutup jendela kamar yang terbuka.
"Kenapa jendelanya dibiarkan terbuka? Hujannya memang tidak deras, tapi anginnya terlalu kuat. Kau kedinginan," gerutu Emer dan setelahnya ia berbalik menghadap Ruby.
Emer bisa melihat ada yang lain dari Ruby. Netra wanita itu merah dan Ruby bergegas mengusap wajahnya.
"Kau menangis?"
"Tidak."
"Jangan berbohong padaku."
"Emer!" Ruby mendorong tubuh tunangannya itu yang mendekat dan langsung memeluknya, tapi tak berhasil.
"Ibumu melukaimu?"
"Tidak..." jawab Ruby menggigit bibirnya.
Emer tak lagi bertanya. Ia bisa mendengar suara Ruby menjawab dengan bergetar. Pria itu semakin memeluk Ruby dan terus mengusap punggung yang sudah berbalut selimut itu.
"Menangis saja. Aku sudah melihatmu menangis tadi," ucap Emer pelan. Dan akhirnya Ruby kembali menangis dalam pelukan hangatnya.
Dengan sabar, Emer membiarkan Ruby menangis dalam pelukannya. Ruby menyembunyikan wajahnya di dada Emer, dan menggunakan dasi pria itu sebagai tisu untuk membuang ingusnya.
Melihat itu semua, Emer hanya tertawa. Ruby seperti anak kecil di matanya.
"Aku tidak perduli dasimu, aku hanya butuh tempat untuk membuang ingus," kata Ruby dengan suara yang tercekat. Ia tahu Emer sedang mentertawakannya.
Emer tersenyum. "Tidak apa-apa, dasi ini memang untukmu. Aku tinggal minta agar Nyonya Emer ini untuk membelinya lagi nanti"
Ruby mendengus mendengar Emer menyebutnya sebagai Nyonya dan tersenyum kecil di antara air matanya, "Maaf."
Emer memeluk Ruby lebih erat, "Tidak perlu minta maaf, aku suka melihatmu seperti ini. Kau terlihat lebih manusiawi, tidak memendam semuanya sendiri."
***
Emer, Author nak numpang buang juga, bukan buang ingus, tapi buang beban kehidupan. Maukah kau menanggungnya, Emer? Huwakkkkkkk 😭🤧
jd saat tau laki selingkuh gk akn gila tp malah bisa berdiri tegak.
Ruby juga beruntung. Setelah penderitaan yang dia alami selama ini, akhirnya dia dapetin suami, mertua, ipar yang baik ....
Semoga mereka selalu bahagia.
Juga yang jahat-jahat harus mendapatkan karma yang setimapal/Determined//Angry/
Dan satu lagi, jangan lupakan Rexi untuk aku/Slight//Facepalm/
Semangat Kak Di. Semangat untuk nulisnya, sehat-sehat selalu, dan sukses terus untuk ceritanya💪🥰😘😘❤❤❤
Cakra tidak menjaga adiknya dengan baik Mom Safira😭😭😭
ngomen othor tantik aja biar dapet balesan surat cinta/Silent//Silent/