Terbelenggu Cinta Om Daddy

Jims membelai lembut lengan Syakira, “Itu jawaban yang ingin aku dengar dari mu, Kira! Hanya aku yang boleh menyentuh mu! Kau hanya milik ku! Jadi lah wanita yang penurut.”

Syakira mengagguk patuh, dengan netranya yang memancarkan keterpaksaan.

‘Maafkan Kira, pah! Kira harus melakukan ini, demi kesembuhan papa, demi mendapatkan perawatan terbaik untuk papa, menyerahkan kehormatan dan tubuh Kira pada pria kejam seperti Jims.’ batin Syakira.

“Aku siap Jims!” ucap Kira dengan senyum yang terpaksa ia perlihatkan pada Jims.

“Kamu memang harus selalu siap Kira, kapan pun dan di mana pun aku menginginkan mu. Kamu harus senantiasa bersedia melakukan nya. Lakukan lah tugas mu dengan baik!”

Brugh.

Dengah sekali gerakan, Jims berhasil membuat Syakira berbaring di atas sofa. Seakan gak ingin membuang waktu. Jims mendekatkan kepalanya, dengan tatapan penuh nafffsu. Jims menjelajahi goa sempit yang Syakira miliki dengan lidahnya.

Syakira tersentak kaget, “Akkkhhhhh cukup, Jims! A- aku gak kuat! Itu enak! Itu engggh…”

Syakira kehilangan kata kata, wanita itu hanya bisa mengikuti permainan yang Jims lakukan padanya.

Di bawah kungkungan Jims, Syakira mencengkram erat bahu Jims. Tubuh Syakira menggeliat seakan melayang dengan kenikmatan demi kenikmatan yang ia rasakan.

Dengan pasti Jims mengarahkan adik kecilnya, kembali menjelajahi goa sempit namun mampu membuat Jims melayang. Dengan sekali hentakan, Jims berhasil menerobos hutan rimbun yang menghalangi mulut goa untuk ia jelajahi.

Syakira mendeeesah panjang, dengan tubuh menggeliat. Sesekali wanita itu membusungkan dadanya.

Tatapan Jims di penuhi dengan kilatan penuh nafsu, pria beruban dengan fisik prima itu gak bisa lagi menahan dirinya.

‘Ini yang aku nanti, Kira menikmati permainan ku! Dengan begini, aku mau pun Kira, kami sama sama dapat merasakan kepuuuasaan dalam berbagi peluh, mengecap indahnya surga dunia dengan kewaran yang Kira miliki tanpa bantuan obat perangggsang.’ batin Jims.

Bulir bening meluncur bebas dari pelupuk mata Syakira, ada kenikmatan yang ia rasakan. Dengan hati yang terluka, melayani Jims di depan sang ayah yang masih dalam keadaan kritis tanpa alat bantu yang harusnya terpasang pada tubuh lemah bayu.

Di luar rumah, di bawah langit yang cerah. Semilir angin berhembus menyapa pepohonan. Gak menyurutkan rasa keingin tahuan 4 orang pria berbadan tegap.

Ke 4 pria dengan badan kekar, dengan rata rata berwajah menyeramkan itu berjaga di depan gerbang, dengan Danu yang ikut bergabung bersama mereka.

“Apa kau tau, Danu! Apa yang Tuan Yoga lakukan di dalam sana?” tanya Nusi.

Danu mengerdikkan bahunya, “Entah lah, aku bukan Tuan yang berada di dalam sana.”

“Wanita yang bersama Tuan Yoga itu, apa dia orangnya, Danu?” timpal Agus.

“Gak usah kepo dengan urusan Tuan. Apa gak ada kopi? Ngantuk ini mata! Butuh yang nyegerin!” kilah Danu, mengalihkan pembicaraan.

Rudi mendorong bahu Danu, “Alah kamu itu! Ngeles aja kaya bajai. Jawab tuh pertanyaan Agus!”

Danu terkekeh, melihat Rudi yang beranjak dari duduknya lalu meninggalkan rekan rekannya, “Gak ada bajai sekarang, Rud!”

“Aku jamin, mereka berdua pasti sedang membuat adonan. Calon calon bos cilik!”tebak Agus.

Danu menghembuskan nafas kasar, “Kita lihat saja kedepannya. Gak usah di bawa ribet dengan tebakan tebakan yang belum pasti benar kenyataan nya.”

Langit yang semula berwarna biru cerah dengan paduan warna putih yang mendominasi. Kini berganti dengan langit keemasan, seolah memberi tanda. Jika matahari akan meninggalkan peraduannya dan berganti malam.

Kreeeek.

Bersambung…