NovelToon NovelToon
Ooh, HOT UNCLE

Ooh, HOT UNCLE

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO
Popularitas:19.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Clarissa icha

Arumi, gadis yang hampir berusia 18 tahun itu sangat tertarik ketika di jodohkan dengan pria dewasa berusia 32 tahun yang merupakan seorang duda tanpa anak.
Sungguh perbedaan usia yang sangat jauh, 14 tahun.

Kepribadian Arumi yang ceria, manja serta centil, membuat gadis itu terus menggoda calon suaminya hingga pria dewasa itu kewalahan menghadapi godaan bertubi-tubi setiap kali bertemu dengan Arumi.


"Om, kiss me pleaseee,,," Tanpa ragu Arumi mencondongkan tubuhnya ke hadapan pria tampan yang sedang duduk di kursi kemudi.
Bibir gadis berusia 18 tahun itu sengaja di majukan, kedua mata indahnya terpejam dengan bulu matanya yang lentik dan panjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

"Maaf, sepertinya aku sudah mengganggu waktu kalian." Lirih Livia dengan pandangan tertunduk. Wanita itu jelas merasa malu sekaligus terluka dengan situasi di hadapannya.

Pria yang sejak dulu dia cintai, kini sedang duduk bersebelahan dengan seorang gadis cantik yang selalu menggenggam tangannya.

1 tahun menjalani hubungan dengan pria itu, memang terbilang singkat. Tapi cinta yang begitu besar sulit untuk pudar meski sudah bertahun-tahun lamanya. Terhalang restu dan sebuah kesalahpahaman yang sampai detik ini tidak diketahui oleh Agam.

Livia sadar jika Agam jadi membencinya akibat kesalahpahaman itu. Pria yang dulu menatapnya teduh dan penuh cinta, sejak hari itu berubah menatapnya penuh kebencian dan jijik.

"Santai saja. Lagipula aku juga ingin mengenalkan calon istriku padamu." Agam bicara santai, tapi tatapan matanya tak bisa di bohongi. Ada kebencian dalam sorot matanya saat menatap Livia.

5 tahun berlalu, kejadian itu masih membekas dan menciptakan kebencian yang mungkin sudah mendarah daging.

Agam mengabulkan permintaannya Livia untuk bertemu, semata-mata hanya untuk menunjukkan pada Livia kalau dirinya sudah mendapatkan pengganti setelah Karina.

Dulu Agam menerima perjodohannya dengan Karina hanya untuk membalas rasa sakit hatinya pada Livia. Mantan kekasih yang ketahuan menghabiskan malam di hotel bersama laki-laki lain, tepat di hari anniversary mereka yang pertama.

"Apa kalian butuh waktu berdua untuk bicara empat mata.? Aku bisa menunggu di kamar Kak Agam kalau memang kalian perlu bicara berdua." Tawar Arumi. Gadis itu menahan diri agar bisa bersikap tenang dan bicara dengan hati-hati agar terlihat elegant. Dia tidak mau harga dirinya jatuh di depan wanita yang Arumi yakini sebagai rivalnya.

Agam menatap Arumi. Pria itu heran setengah mati dengan tutur bahasa dan gaya bicara Arumi yang tiba-tiba berubah 180 derajat. Jika tidak ada Livia di sana, Agam berniat mengecek suhu tubuh Arumi. Mungkin saja gadis itu demam hingga membuatnya jadi aneh seperti itu.

"Nggak perlu, Livia hanya sebentar disini." Ucap Agam kemudian. Sedangkan Livia terpaksa diam, meski sebenarnya ingin bicara empat mata dengan Agam.

"Terimakasih Arumi, Agam benar. Aku juga akan pamit setelah ini." Livia tersenyum tulus pada Arumi. Gadis itu sampai menatap intens, semakin penasaran pada sosok Arumi dan ada hubungan apa Livia dengan Agam di masa lalu.

"Aku cuma ngasih ini." Arumi menyodorkan paper bag kecil kehadapan Agam.

"Maaf Arumi, aku hanya bawa satu. Nanti kalau aku kembali ke Indonesia lagi, aku akan bawakan satu untuk kamu." Tuturnya yang tampak tidak enak hati pada Arumi.

Agam hanya menatap sekilas paper bag itu di atas meja. Sedangkan Arumi berusaha tersenyum santai.

"Nggak masalah Kak Livia, kita bahkan baru bertemu disini. Terimakasih banyak atas niat baiknya, aku bisa meminta pada Kak Agam kalau ingin jam dangan merk yang sama." Tutur Arumi dnegan ekspresi penuh kebanggaan dan sesekali melempar senyum manis pada Agam.

"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu." Livia beranjak dari duduknya. Hatinya tidak sanggup lagi berlama-lama melihat kemesraan Arumi pada Agam.

"Kak Livia pengertian sekali. Kami berdua memang harus makan malam dan melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda." Cerocos Arumi seraya mengembangkan senyum penuh arti. Dia ikut beranjak dari duduknya lantaran ingin mengantar Livia sampai keluar apartemen.

Livia tertegun. Ekspresi wajahnya tentu saja terlihat sendu tanpa gurat senyum sedikitpun.

"Kamu siapkan saja makanannya,," Ucap Agam pelan. Dia menyodorkan paper bag berisi makanan pada Arumi agar gadis itu menatanya di meja makan.

Arumi menggelengkan kepala sebagai penolakan, tapi Agam juga memberikan isyarat dengan tatapan tajam agar Arumi mau melakukan perintahnya.

Arumi mendengus kesal, dia terpaksa menerima paper bag itu.

"Hati-hati di jalan Kak Livia. Semoga nanti bisa datang ke acara pernikahanku dengan Kak Agam." Ucap Arumi sebelum dia beranjak ke ruang makan. Livia mengangguk kecil dan tersenyum sebagai respon.

"Kamu melupakan sesuatu Livia." Suara bariton Agam menghentikan langkah Livia yang hampir sampai di pintu. Wanita itu menoleh dengan seulas senyum tertahan karna berfikir Agam mau bicara padanya. Tapi ternyata Agam hendak mengembalikan oleh-oleh yang dia berikan padanya.

"Aku nggak menerima pemberian dari orang lain." Ucap Agam penuh penekanan. Dia meraih tangan Livia dan meletakkan paper bag itu di tangan Livia.

"Kamu masih belum percaya kalau aku nggak melakukan hal serendah itu.?" Tanya Livia dengan mata yang berkaca-kaca. Hal yang membuatnya sakit adalah Agam menuduhnya sebagai wanita murahan, sedangkan selama 1 tahun pacaran, Agam tau kalau dia berusaha untuk selalu menjaga kesuciannya.

"Aku lebih percaya dengan apa yang aku lihat." Jawab Agam tegas. Dia berjalan ke arah pintu dan membuka pintu apartemen.

"Kamu boleh pergi." Katanya tanpa enggan menatap Livia. Wanita itu menarik nafas dalam, dia berjalan gontai dan keluar dari apartemen Agam. Harapannya untuk meyakinkan Agam dan bisa kembali padanya hanya sebuah angan-angan belaka. Agam tidak akan pernah percaya lagi padanya. Terlebih sudah ada Arumi saat ini. Livia memilih berhenti mengharapkan Agam daripada harus merusak hubungan mereka.

"Aku tau kamu nggak akan percaya, tapi kejadian malam itu benar-benar ulah seseorang yang ingin hubungan kita berakhir." Tutur Livia. Setelah mengatakan itu, dia bergegas pergi tanpa menunggu respon dari Agam.

Agam hanya tersenyum kecut, dia lalu menutup pintu dan menguncinya.

...*****...

Agam dan Arumi duduk di ruang keluarga. Keduanya baru selesai makan malam dalam keadaan hening. Baik Agam ataupun Arumi, keduanya sama-sama diam dan menikmati makanan mereka masing-masing, tanpa membahas tentang Livia.

"Kamu masih punya tugas Arumi." Kata Agam. Pria itu meletakkan ponselnya di atas meja.

"Ya ampun Om, aku baru saja selesai makan, masa harus makan daging mentah." Keluh Arumi.

Penolakannya membuat Agam berdecak kesal. Arumi sudah mendapatkan kepuasan darinya, tapi tidak mau memberikan kepuasan yang sama untuknya.

"Jangan banyak protes, cepat jongkok di bawah." Agam menuntun Arumi agar turun dari sofa dan duduk di lantai. Tepatnya di depan kedua paha Agam.

"Dia nggak mau tidur kalau belum keluar." Ucapnya setelah menurunkan celana dan daging tegak itu mengacung keluar hingga membuat Arumi membulatkan mata saat melihatnya.

Urat-uratnya membuat bulu kuduk Arumi meremang. Lembah di bawah dan reflek berkedut tak karuan.

"Apa daging besar ini juga hasil olesan minyak dan pijatan.?" Tanya Arumi dan langsung menyambar gading itu dengan kedua tangannya. Arumi sudah tidak terlihat jijik ataupun geli lagi saat menyentuhnya. Dia sudah beradaptasi dengan makhluk yang satu itu.

"Enak saja.! Itu ukuran asli tanpa di permak.!" Sahut Agam tak terima.

Arumi mengulum senyum penuh arti. Tidak di permak saja sudah sebesar itu, bagaimana kalau di permak.

"Aku tau kamu sedang berfikir yang aneh-aneh." Ucap Agam seraya mengetuk kening Arumi. Gadis itu hanya menyengir kuda dan langsung melesatkan daging itu kedalam mulutnya hingga Agam mengerang tak karuan ketika ujung daging itu di Hi sap kuat.

"Kamu sudah pro." Komentar Agam. Kedua tangannya memegangi kepala Arumi yang bergerak naik turun.

"Aku belajar langsung dari suhunya." Sahut Arumi. Sontak Aham terkekeh geli.

1
Linna Ross
/Heart//Heart/
Heri Setiawan
Luar biasa
Ais NSP
arumi agam semangat pejuang cinta happy ending
Miyagi Mitsui
kesian Arumi..
Christy Ling
bagus
hafifah maharani
good
Nur Andi Baharuddin
keren
Khairul Azam
di novel ini banyak manusia menjijikan 🤭🤭
Khairul Azam
menurutku gea ini perempuan bego
Khairul Azam
apa pun alasannya selingkuh itu kesalhan besar tak bisa dimaafkan, sama aja seperti binatang. entah aku klo ada pelakor perselingkuhan aku jg greget
Khairul Azam
aneh dinikahin gak mau di baikin cuek, klo gak mau ya pergi dr glen
Ida Zubedd
Luar biasa
sharvik
q sdh bc 4 x crta in . .sru x crta y . .tp lupa jdul novel yg agam dg bianca it
Diedie
wah kacauu nih si andrew🤬
Diedie
Luar biasa
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
orang tua Arumi? siapa? bukan si penghianat itu kan?
gw gak baca berurutan..malas gw sama ayahnya😒
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
tapi tindakan Amira juga justru membuat pelakor menang bukan? kecuali jika Sofia dan Andrew memang tidak dipersatukan meski sudah bercerai dengan Amira..dan Andrew melihat kebahagiaan Amira dengan pria lain. baru itu balasan yang memuaskan.

tapi kalau ujung"nya Sofia bersatu dengan Andrew...apa gunanya memaafkan, apa gunanya selama ini Amira marah, kecewa dan ujung"nya bercerai kalau pd akhirnya oengehianta bersatu?

gak guna!
Mei Prw
luar biasa
Liana Noviyanti
🤣🥲
Liana Noviyanti
😅😅 mana bisa menang klo lawannya cewek apalagi cewek labil kyk Arumi 🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!