NovelToon NovelToon
Teman Diatas Ranjang

Teman Diatas Ranjang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Teen School/College
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: redwinee

Catherine dulunya adalah murid kutu buku yang polos dan kerjaannya hanya belajar di perpustakaan. Namun suatu hari, dia terlibat taruhan dengan Bastian. Mereka mereka memulai sebuah taruhan gila dan semenjak itu hidup Catherine benar-benar berubah drastis. Bastian mengajarinya hal-hal aneh dan liar yang tidak pernah Catherine ketahui ataupun coba sebelumnya.

Intinya, Bastian dan Catherine adalah teman di atas ranjang.

Hubungan mereka hanya sebatas sebagai teman yang saling memanfaatkan untuk memuaskan nafsu.

Tidak kurang, tidak lebih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Ganti Rugi

Catherine masih sibuk menundukkan kepalanya sembari pura-pura sibuk saat dia merasa ada seseorang yang berjalan ke arahnya sembari memaku pandangannya kepadanya.

Semua orang kembali heboh saat melihat Bastian benar-benar menghampiri Catherine di tempat duduknya. Sebagian dari mereka mengucek matanya demi memperjelas penglihatan mereka, sebagian lagi sibuk dengan mulut terbuka lebar mereka sembari tatapannya yang tak lepas dari setiap tindakan Bastian.

Catherine masih belum menyadari bahwa Bastian sedang berjalan ke arahnya, sampai pria itu duduk di barisan kursi tepat di depannya kemudian Bastian duduk dengan membelakangi papan tulis, membuatnya langsung bisa berhadapan dengan Catherine yang sedang duduk sembari fokus pada buku bacaannya itu.

Bastian kemudian mengarahkan tangannya ke arah buku yang sedang Catherine baca itu sebelum menjentikkan jarinya sekali membuat mata Catherine mengerjap beberapa kali karena kaget.

‘Sudah cuci?”

Sial, Catherine tahu itu adalah suara Bastian. Dan ketakutan terbesarnya itu datang dengan cepat ketika Bastian langsung menagih baju kaosnya itu kepada Catherine.

Catherine heran, Bastian kan orang kaya, tetapi kenapa tidak bisa pria itu ikhlaskan saja kaos itu dan membeli yang baru?

Catherine terdiam untuk waktu yang cukup lama sebelum memberanikan diri untuk mendongakkan kepalanya membaut tatapan mereka akhirnya beradu.

“Maaf, tapi bajumu itu…hilang,” ujar Catherine setelah sempat mengambil jeda kemudian kembali menundukkan kepalanya sembari mengigit bibirnya kuat-kuat.

Bastian masih menatap Catherine secara mendalam, memperhatikan setiap gerak-gerik wanita itu secara intens.

“Lalu?” tanya Bastian akhirnya.

“Aku akan ganti rugi,” ujar Catherine langsung.

“Memangnya kau punya uang?” tanya Bastian.

Benar, Catherine itu miskin. Apalagi setelah tante Viola mencuri seluruh uangnya itu, tabungan Catherine juga tidak akan cukup untuk membayar kaos Bastian yang bahkan tidak ia tahu berapa harganya itu. Catherine menebak harganya pasti akan mahal.

“Aku bisa menyicilnya?” ujar Catherine dengan nada tidak pastinya membuat Bastian tampak mendengus sekali.

“Kau tahu berapa harga kaos itu?” tanya Bastian dan Catherine menggeleng pelan.

“Tidak.”

“Kau tidak akan bisa membayarnya,” ujar Bastian langsung yang terkesan menampar Catherine dengan kalimat jujur milik pria itu.

Catherine kemudian terdiam sejenak sebelum Bastian yang setia memperhatikan gerak-gerik Catherine. Mulai dari wanita itu yang merogoh tas ranselnya kemudian mengelaurkan uang recehan beserta koin-koin ke atas meja.

“Kemarin aku melihat kaos seperti itu di pasar dengan harga segini,” ujar Catherine yang lagi-lagi jujur.

Sebenarnya ia kepikiran untuk membohongi Bastian saja dengan membeli kaos itu kemudian mengembalikannya kepada Bastian. Kendati nilai Bastian selalu anjlok di kelas akrena sering bolos dan malas belajar, tetapi untuk hal seperti ini Bastian tidak akan bisa dibohongi secara mudah.

Jadi Catherine akhirnya mencoba untuk melakukan negoisasi harga dengan pria itu.

Bastian menaikkan alis kanannya sembari menampilkan raut tak percayanya.

“Jadi maksudnya, kau menyamakan kaos milikku dengan yang ada di pasar?” tanya Bastian kepada Catherine.

Catherine memberanikan diri untuk menatap pria itu dan berujar, “Mirip.”

“Mirip bukan berarti sama, bahannya berbeda,” sewot Bastian yang tidak terima.

“Jadi…aku harus bagaimana?” tanya Catherine dengan nada putus asa, sepertinya aksi negoisasinya dengan Bastian berakhir dengan buruk.

“Kau harus menggantinya,” balas Bastian cepat guna menjawab pertanyaan Catherine sembari menaik-turunkan alisnya saat Catherine menatapnya dengan raut murungnya itu.

“Seperti katamu tadi, aku itu miskin. Jadi aku tidak punya uang,” ujar Catherine yang mengingat jelas hinaan Bastian beberapa waktu lalu kepadanya.

Bastian kemudian menggeleng pelan, “Bukan dengan uang.”

“Lalu?”

Melainkan menjawab Bastian malahan menjatuhkan pandangannya pada tubuh Catherine membuat wanita itu yang mengikuti arah pandang Bastian itu ikut menyatukan alisnya.

“Dengan tubuhmu,” jawab Bastian yang sontak mengundang Catherine untuk refleks membulatkan kedua matanya kaget.

Catherine berdiri dengan cepat kemudian berteriak dengan nada yang cukup keras, “Aku bukan wanita yang seperti itu,” ujarnya kemudian hendak membereskan barang-barangnya untuk pergi dari sana sebelum Bastian meraih kedua tangannya guna menahan pergerakannya itu.

“Hei tenanglah, duduk dulu. Kita belum selesai bicara,” ujar Bastian kemudian menarik tangan Catherine ke bawah, menuntun wanita itu untuk duduk kembali.

“Aku tidak tertarik dengan tubuh kurusmu itu. Maksudku kita bisa berteman,” ujar Bastian lagi bermaksud menjelaskan arti dari kalimatnya yang terdengar cukup ambigu itu.

Sejujurnya pernyataan Bastian yang kedua ini lebih terasa mengejutkan bagi Catherine. Apa dia tidak salah dengar, seorang Bastian ingin bermain dengannya? Apakah otak pria itu sedang ada masalah? Apakah kepalanya kepentok sesuatu?

“Tidak mau,” refleks Catherine menjawab dengan spontan yang kini mengundang Bastian untuk tercengang dengan mulutnya yang setengah terbuka itu.

Bastian, ingat seorang Bastian ditolak? Sungguh penghinaan besar terhadap harga dirinya itu.

Catherine memperhatikan wajah kaget Bastian itu sembari mengigit bibirnya kuat-kuat, tampaknya Catherine sudah melakukan kesalahan dengan memberikan jawaban seperti itu.

“Kenapa? Apa karena aku adalah orang yang bermasalah? Kau takut nilaimu akan menjadi terganggu?” tanya Bastian beruntun yang terkesan tidak mengerti dengan penolakan Catherine itu.

Padahal Bastian hanya berbaik hati ingin berteman.

“Aku akan emncari uang,” melainkan menjawab pertanyaan Bastian, Catherine memilih untuk kembali pada topik hutangnya kepada pria itu.

Bastian terdiam sejenak sebelum akhirnya angkat suara.

“Baik, uang recehmu itu harus kau berikan seratus kali baru bisa melunasi bajuku. Itupun aku sudah bermurah hati kepadamu Catherine,” ujar Bastian dengan menekankan nama wanita itu diakhir kalimatnya.

Kini giliran rahang Catherine yang jatuh ke bawah.

Masih ada sembilan puluh sembilan kali lagi, pikirnya.

 

Sebuah mobil bugatti chiron berwarna biru berhenti di depan sebuah rumah berlantai dua. Berbeda dengan deretan mobil mewah dan bermerek yang terparkir di depan rumah itu, nyatanya rumah itu hanyalah rumah sederhana yang tidaklah mewah, namun cukup luas untuk menampung puluhan orang didalamnya dengan perkarangan rumahnya yang luas.

Setelah memarkirkan mobilnya, Bastian akhirnya berjalan masuk ke dalam rumah yang bahkan dari jarak tempatnya berdiri, sudah terdengar dentuman musik dan teriakan orang-orang yang cukup keras. Mengingat letak rumah ini harus melewati semacam deretan pepohonan liar yang menyerupai hutan kecil, sehingga seberapa riuh dan gaduh suasana didalam, tidak akan menganggu pemukiman masyarakat di kota.

Mereka kerap mengadakan pesta di malam sabtu, semacam pesta untuk menghilangkan penat ataupun itu sudah menjadi tradisi mereka setiap sabtu malam. Pesta itu secara keseluruhan diurus oleh Lotus, salah satu anggota basket dan juga teman baik Bastian selain Richard.

Sebenarnya rumah itu punya Bastian, tetapi ia meminjamkannya kepada Lotus karena pria itu suka menggelar pesta kolam renang di area halaman belakang rumah.

Ralat, lebih tepatnya Bastian malas untuk mengatur pesta apalagi mengirim undangan kepada orang-orang untuk datang. Bukan sembarang orang yang bisa datang ke rumah itu, sebab pesta seperti ini disembunyikan dari pihak kampus walaupun sebagian dari penghuni pesta di rumah itu adalah penghuni kampus yang sama dengan Bastian.

Kalau ketahuan bisa-bisa mereka di drop out dari kampus.

1
Elmi Varida
ikut nyimak thor..
Chung Chung
Up
Chung Chung
Jangan up 1, up, 2,3 tak puas baca
Wineeeee: Ditunggu kakk, besok aku bakal usahain double updatee 😚
total 1 replies
Chung Chung
Up 2,3
Chung Chung
Up
partini
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!