Pernikahan seharusnya menjadi momen yang paling membahagiakan dan ditunggu oleh pasangan yang saling mencintai. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Noami dan Gilang.
Pasalnya, pernikahan mereka terjadi secara mendadak dan tak mengenakkan akibat kesalahpahaman warga yang mendapati mereka berada di dalam rumah kontrakan Naomi dalam kondisi yang cukup intim.
Warga yang mengira kalau Naomi dan Gilang sudah melakukan tindakan tercela yang mencoreng nama baik desa mereka, memaksa mereka menikah saat itu juga. Tidak punya pilihan, Gilang dan Naomi terpaksa menuruti keinginan warga demi menyelamatkan naman baik mereka sebagai pendatang di sana.
“Meski kita sudah menikah, tapi kamu tidak boleh menuntut hak apapun kepadaku!” Kata Gilang setelah tak lama mereka menjadi pasangan suami istri.
Begitu banyak kesepakatan menyakitkan yang dibuat oleh Gilang ditambah sikap Gilang yang sering mengacuhkannya setelah mereka menikah, membuat Naomi merasa pernikahan yang dijalaninya hanya membuatnya terluka.
Apakah Naomi mampu bertahan dengan pernikahan yang hanya membuat luka untuk dirinya meski sebenarnya tanpa diketahui oleh Gilang jika Naomi sudah mencintai Gilang sejak lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PML 16 - Amarah Gilang
“Sembarangan bicara. Aku tidak mungkin cemburu padanya. Sekarang pergilah. Aku hanya ingin memastikannya saja!” Usir Gilang.
Debby melangkah pergi meninggalkan ruangan Gilang sambil bersungut. “Kupikir dia sudah mulai menaruh rasa pada Naomi. Ternyata tidak. Dia masih saja sulit untuk menerima Naomi menjadi bagian dalam hidupnya!” Gumam Debby dalam hati. Melihat sikap Gilang yang masih saja sama seperti dulu, membuat Debby berpikir keras bagaimana caranya untuk bisa membuat Gilang jatuh cinta pada Naomi.
“Kepalaku sungguh pusing memikirkannya. Lebih baik aku pikirkan nanti saja!”
**
Pukul lima sore, Gilang nampak sedang bersiap-siap untuk pulang. Seharian bekerja di kantor membuatnya lelah dan ingin segera mengistirahatkan tubuhnya di rumah. Saat mobil Gilang hendak masuk ke pekarangan rumah, dilihatnya mobil putih milik Abian baru saja berhenti di sana. Diikuti oleh Naomi yang keluar dari dalam mobil Abian.
Tatapan mata Gilang nampak datar menatap ke arah Naomi yang nampak sedang menatap ke arah mobilnya yang baru saja terparkir di belakang mobil Abian. Tanpa mengundur waktu lama, Gilang keluar dari dalam mobilnya. Abian yang ternyata melihatnya pun ikut keluar dari dalam mobil.
“Hai, Gilang.” Sapa Abian ramah sembari mengulurkan tangannya pada Gilang.
Meski merasa tidak menyukai Abian, Gilang masih memiliki rasa sopan santun untuk menerima uluran tangan Abian.
“Maaf kalau aku terlalu lama mengantarkan istrimu pulang. Soalnya perjalanan kami hari ini cukup jauh.” Kata Abian. Dia sedikit menekan perkataannya saat menyebut kata ‘kami’.
“Tidak masalah. Aku sama sekali tidak peduli!” Balas Gilang acuh kemudian melangkah masuk ke dalam rumah.
Naomi menatap kepergian suaminya itu dengan tatapan nanar. Dia berusaha untuk tidak terlalu membawa hati semua perlakuan Gilang kepadanya.
“Kamu bisa lihat sendiri kan gimana sikap Gilang sama kamu. Dia sama sekali gak menghargai kamu sebagai istrinya. Bahkan secara terang-terangan dia berkata acuh di depan kamu.” Kata Abian yang dibuat gerak melihat sikap Abian barusan.
“Sudahlah. Aku harap kamu jangan terlalu ikut campur dalam urusan rumah tanggaku.” Tegas Naomi. Dia kembali mengulang perkataan yang sama pada Abian.
Abian membuang napas kasar di udara kemudian kembali masuk ke dalam mobil miliknya. “Aku sungguh gak habis pikir dengan jalan pikiran Naomi. Bagaimana bisa dia tetap bertahan dengan pria yang tidak punya hati seperti Gilang.” Abian menggelengkan kepalanya. Rasanya ingin sekali Abian merebut Naomi dari Gilang agar penderitaan Naomi segera berakhir.
Setelah kepergian Abian, Naomi melangkah masuk ke dalam rumah. Karena merasa tenggorokannya terasa kering, Naomi tak langsung pergi ke dalam kamarnya. Dia melangkah ke arah dapur lebih dulu untuk mengambil minum di sana.
“Dia tidak memakan sarapan pagi yang aku buat?” Gumam Naomi menatap segelas susu dan sepiring nasi goreng yang sudah ia hidangkan di atas meja masih dalam kondisi utuh tak tersentuh.
Naomi membuang napas bebas di udara. Dia berusaha tidak memikirkannya. Sebelum mengambil minum, Naomi lebih dulu membersihkan gelas dan piring berisi makanan yang sudah mulai basi di atas meja.
Di dalam kamar, Gilang terlihat tergesa-gesa melepaskan dasi yang sejak tadi terasa mencekik lehernya. “Berani sekali dia berkata seperti itu kepadaku. Dasar tidak tahu diri!” Gumam Gilang mengingat perkataan Abian tadi padanya.
Saat Naomi sudah masuk ke dalam kamar, Naomi melihat wajah Gilang yang nampak memerah entah karena apa.
“Ada apa dengannya. Kenapa wajahnya terlihat seperti orang marah?” Tanya Naomi dalam hati.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya. Terima kasih🌺
Gilang marah tidak ya Naomi pulang ke rumah mamanya untuk menemui kak Nadira tidak mengajaknya