NovelToon NovelToon
Istri Pilihan CEO

Istri Pilihan CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Icha mawik

Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 12.

Sementara di kediaman, Kanayah dan Nathan kembali beradu mulut dengan putrinya.

"Kalau kamu mau pergi dengan pakaian itu, lebih baik kamu tetap di rumah!" kecam Kanayah. Ia sudah geram dengan semua tingkah laku putri satu-satunya itu.

"Emang apa yang salah, Ma? Baju ini bagus kok, masih sopan," sahut Nabila.

"Bagus dari mana? Pakaian kurang bahan begitu," timpal Kanayah kesal.

"Ini lagi trend, Ma! Masa Mama yang pedangan online gak tau," lanjut Nabila dengan nada meledek.

"Sudah, Bila! Mama tidak mau berdebat, pokoknya kamu harus mengganti pakaian kamu atau kamu tetap di rumah!" putus Kanayah berlalu.

"Gimana, nih Oma?" tanya Nabila.

"Kamu datangin Papa kamu," perintah Sukma.

Kanayah menuruni tangga, di bawah sana telah menunggu Nathan dan bersiap untuk pergi. Ia segera menghampiri sang istri.

"Ada apa, Sayang?" tanya Nathan.

"Apa lagi, kalau bukan anak kamu yang suka bikin tensi aku tinggi," jawab Kanayah kesal.

"Nabila? Kenapa lagi dia?" sahut Nathan.

"Kamu liat aja nanti, saat dia turun," ucap Kanayah.

"Yuk, Pa! Kita berangkat sekarang," ajak Nabila.

Mata Nathan membulat saat melihat penampilan putrinya.

"Bila! Baju siapa yang kamu pakai?" tanya Nathan.

"Baju siapa? Ya, baju Bila lah, Pa!" jawab Nabila.

"Ganti baju kamu sekarang," perintah Nathan.

"Gak, bakal makan banyak waktu lagi. Nanti, Mama ngamuk gara-gara nunggu," rungut Nabila.

"Dari pada begini!" tunjuk Nathan pada penampilan putrinya.

"Emang Bila kenapa, Pa? Baju ini bagus kok," ucap Nabila.

"Bagus? Penampilan lebih rapih orang gila kompleks, dari pada penampilan kamu," sela Kanayah yang muncul dari dapur.

"Mama!" protes Nabila.

"Kenapa? Tidak terima? Memang benar, kan? Rapihan juga penampilan si Sumi dari pada kamu," cecar Kanayah lagi.

Nabila melirik ke arah Papanya untuk mencari pembelaan. Namun, Nathan hanya menggeleng. Membenarkan, apa yang dikatakan sang istri.

"Mama sama Papa kuno banget sih?" rutuk Nabila.

"Yang kuno itu kamu, kamu pernah belajar sejarah?" sahut Kanayah.

Nabila enggan menjawab, tapi masih mendengarkan apa yang akan dikatakan Mamanya.

"Kamu berpakaian seperti itu, mirip manusia jaman pra sejarah," lanjut Kanayah.

Nathan menutup mulut menahan tawanya.

"Papa!" seru Nabila.

"Apa?" tanya Nathan.

"Ketawain aku? Papa mau ngiyain omongan Mama, yang ngatain aku mirip manusia pra sejarah?" rungut Nabila.

"Papa gak bilang kamu mirip, tapi apa yang Mama kamu katakan itu benar," sahut Nathan.

"Ish... kenapa sih, gak ada yang mau ngertiin aku?" ucap Nabila kesal.

"Ada apa ini?" tanya Sukma yang baru saja bergabung, karena baru selesai berdandan. Ia bersolek habis-habisan, dengan tujuan untuk memikat Kendra.

Sukma akui, semakin berumur Kendra terlihat semakin menawan. Itulah yang membuatnya semakin tergila-gila, pada sosok yang telah lama ia sukai.

"Astaghfirullah," ucap Kanayah.

Kanayah menggeleng pelan, melihat penampilan Sukma.

"Mau ngelenong ke mana?" tanya Kanayah ceplos.

"Apa sih kamu? Gak ada sopan-sopannya, sama orang tua," kata Sukma tidak terima.

"Tante! Tante mau ke mana, dandan kayak gitu?" Kali ini Nathan yang bertanya.

"Ya, ikut kalian makan malam di rumahnya Kirana," jawab Sukma dengan pedenya.

"Yang ngajakin siapa?" sela Kanayah.

"Lho, walau gak diajak. Kan, Tante bagian dari keluarga ini. Jadi, Tante juga harus ikut," jawab Sukma lagi.

"Kamu aturlah, aku pusing!" Kanayah berlalu meninggalkan suami, anak dan Tante dari suaminya.

Nathan menarik napas dalam, sembari menatap punggung sang istri.

"Bila, kalau kamu masih bersikeras memakai pakaian itu. Lebih baik, kamu jangan pergi." tegas Nathan.

"Tapi, Pa! Bakal lama lagi, kalau harus ganti baju," protes Nabila.

"Ganti sekarang, atau jangan pergi sekalian!" Kali ini Nathan berkata lebih keras.

Dengan wajah kesal, Nabila berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Kamu itu, Nath. Kok, selalu aja menuruti kemauan istri. Kamu gak kasian, sama anak kamu? Mereka seperti tertekan dengan semua peraturan yang dibuat Ibunya," ucap Sukma.

"Tertekan gimana, maksud Tante?" tanya Nathan.

"Kamu liat sendiri, kan? Nabila itu masih muda, jangan dipaksa kalau dia tidak mau berpenampilan sama seperti Ibunya," jelas Sukma.

"Tante, Nabila sedari kecil sudah menggunakan sama seperti Kanayah. Dia tidak pernah protes, malah dia menyukainya. Baru-baru ini aja, sikapnya sedikit berubah. Mungkin, ada yang mempengaruhinya," sahut Nathan setengah menyindir.

"Kamu nuduh Tante, mempengaruhi anak kamu?" tanya Sukma tidak terima.

"Aku gak bilang, atau nuduh Tante. Tapi, kalau Tante merasa ucapannya menyinggung Tante. Mungkin, sebaiknya Tante perbaiki. Dan satu lagi, jangan coba-coba membuat kacau keluargaku. Kalau Tante masih mau tinggal lama di rumah ini," ancam Nathan.

"Kamu ngancam Tante?" tanya Sukma.

"Aku gak ngancam. Tapi, hanya mengingatkan. Mungkin, aku bisa mentolerir sikap Tante. Tapi, aku tidak bisa jamin kalau sampai Kanayah tau hal ini," jawab Nathan.

Sukma terdiam, ia tahu dengan persis. Seperti apa, jika Kanayah sudah murka. Bahkan, Nathan yang biasanya memiliki temperamen yang tinggi, tidak akan sanggup menenangkannya.

****

Zakira sedang membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. Sebelumnya, ia sudah mengatakan pada Fathan selaku bos nya, untuk pulang lebih cepat hari ini. Pasalnya, malam ini ia akan menghadiri makan malam keluarga di kediaman Ummi Kirana nya.

Fathan terpaksa mengizinkannya, walah sejujurnya ia masih ingin menahan Zakira di sini. Ingin rasanya, Fathan menjadikan Zakira miliknya utuh. Fathan seperti sudah tidak bisa lagi jauh dari sosok Zakira. Akan tetapi, ia terlalu bingung untuk memulainya.

Zakira segera beranjak dari tempatnya dan menuju lift yang biasa ia gunakan. Tidak mau kehilangan kesempatan, Fathan juga beranjak dan ikut masuk ke dalam lift.

"Selamat sore, Pak!" sapa Zakira.

Fathan mengangguk dan tersenyum tipis. Senyum yang hanya bisa dilihat oleh Zakira. Susana hening, selama lift berjalan hingga tiba di lantai utama.

"Saya dulu, Pak!" pamit Zakira.

Sekali lagi, Fathan hanya mengangguk dengan senyum, sembari menatap punggung gadis pujaannya.

"Lu dimana?"

Samar, Fathan mendengar suara Zakira yang sedang menelpon.

"Gue tunggu di depan gerbang kantor," ucap Zakira lalu menutup teleponnya.

Tidak lama kemudian, Fathan melihat Zaki muncul dan menghampiri Zakira.

"Motor lu, mana?" tanya Zakira.

"Bannya bocor," jawab Zaki.

"Lalu, lu tinggal dimana?" tanya Zakira lagi.

"Gue tinggal di bengkelnya," sahut Zaki.

"Bengkel siapa?"

"Itu, bengkel yang ditepi jalan." Zaki menunjuk ke arah persimpangan tidak jauh dari kantor Zakira.

"Gila, lu! Main tinggal aja, kalo ilang gimana?" Rungut Zakira.

"Gak, yang punya bengkel kayaknya amanah," timpal Zaki.

"Lalu, kita ke rumah Ummi gimana?" Kembali Zakira bertanya.

"Ya, pakai taxi," jawab Zaki.

"Ish... kebiasaan," ucap Zakira kesal.

"Udah buruan, lu pesan taxinya," titah Zaki.

"Kok, gue? Seharusnya, lu yang pesan," protes Zakira.

"Gue gak bawa dompet." Zaki terkekeh.

"Ish, lu kebiasaan, ya! Lalu, nanti yang bayar taxi siapa?" Rungut Zakira.

"Pake duit, lu dulu. Sampai dirumah Ummi, gue ganti pake duit Daddy," sahut Zaki.

"Yeey, itu artinya Daddy yang bayarin, bukan lu," kata Zakira kesal.

Saat keduanya asyik berdebat, sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!