NovelToon NovelToon
Airin - Selalu Kamu Bayang Rinduku

Airin - Selalu Kamu Bayang Rinduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pengganti / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Kantor
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Chiknuggies

Original Story by : Chiknuggies (Hak cipta dilindungi undang-undang)

Aku pernah menemukan cinta sejati, hanya saja . . . Arta, (pria yang aku kenal saat itu) memutuskan untuk menjalin kasih dengan wanita lain.

Beberapa hari yang lalu dia kembali kepadaku, datang bersama kenangan yang aku tahu bahwa, itu adalah kenangan pahit.

Sungguh lucu memang, mengetahui Arta dengan sadarnya, mempermainkan hatiku naik dan turun. Dia datang ketika aku berjuang keras untuk melupakannya.
Bak layangan yang asyik dikendalikan, membuat aku saat ini tenggelam dalam dilema.

Hati ini. . . sulit menterjemahkan Arta sebagai, kerinduan atau tanda bahaya.

°°°°°°

Airin, wanita dengan senyuman yang menyembunyikan luka. Setiap cinta yang ia beri, berakhir dengan pengkhianatan.

Dalam kesendirian, ia mencari kekuatan untuk bangkit, berharap suatu hari menemukan cinta yang setia. Namun, di setiap malam yang sunyi, kenangan pahit kembali menghantui. Hatinya yang rapuh terus berjuang melawan bayang masalalu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chiknuggies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Rupanya, di hari itu, tidak seperti yang dia bilang, Sandi sebenarnya mengadakan pertemuan di resto, bersama dengan owner lama dan calon owner (pada saat itu), tepat setelah aku dan Ruel pulang lebih awal.

Pertemuan tersebut ternyata bertujuan untuk negosiasi harga, juga menjelaskan seluruh kepemilikan resto Oishika, yang berujung kepada keputusan untuk menjual seluruh aset FNB kepada pemilik baru.

Feby atau akrab di panggil Bunda, telah resmi menjadi pemilik baru di hari itu.

Meski memiliki panggilan bunda, julukan tersebut tidak mewakili perawakannya, karena ia memiliki tubuh tinggi kurus dengan mata lancip mengintimidasi. Ditambah lagi alis nya yang sering terangkat bila berada di depan lawan bicara, sanggup membuat siapapun segan untuk menghadapi sosoknya.

Tubuh tinggi putih terawat yang sepertinya hasil dari skin care mahal itu, membuat bunda terlihat awet muda.

Didukung oleh rambut lurus, panjang, keperakan, menjadi bukti bahwa dia membiarkan identitas dari umurnya tumbuh dengan percaya diri. Membuat rambutnya seakan mahkota berbahan perak, yang tidak luntur melintasi masa.

Dari pemilihan kata yang keluar dari mulutnya pun, menandakan ketajaman instingnya terhadap kurva pasar masih sangat terjaga.

Bila aku dapat menganalogikan ia dengan sesuatu, maka batuan mulia opals stone menjelaskan sosok bunda dengan baik. Karena semakin bertambah usia, aura kecantikannya justru semakin memancar, bagai permata yang semakin berkilau melewati waktu.

Dalam pertemuan yang sempat di adakan itu, aku mendengar dari Ruel, bahwa Bunda menawarkan uang yang sangat banyak demi membeli Oisika yang padahal bukan resto besar ini.

Aku tidak tahu alasan pastinya namun pasti ada hal yang di pertimbangkan dari pemilihan Bunda terhadap restoran ini.

"Jadi gitu Boo, dan kenapa ruel bisa tau semua ini. Soalnya, bunda itu. . . Mamah nya ruel." Ungkapnya dengan wajah murung dan sedih.

"Hah!!" Aku cukup kaget hingga akhirnya menjatuhkan stand banner di sebelahku.

Bagaimana bisa ia menyembunyikan hal ini cukup lama hingga akhirnya baru terbuka sekarang.

"El, kenapa kamu baru cerita. Kita kan sahabat El."

Aku mempertanyakan keputusan Ruel untuk menyimpan informasi itu dengan Sandi, membiarkan ku sendirian tanpa tahu apa-apa saja yang terjadi di sekitarku.

Bila hanya Sandi yang mengetahui aku bisa mengerti karena sedikitnya ia sudah kami anggap sebagai leader dalam team kecil ini. Tetapi Ruel, seakan timpang di batinku bila tidak membagi kisah ini kepadaku secara langsung.

"Sebenernya Boo, ini termasuk masalah keluarga ruel juga. . . Ruel bingung harus mulai ceritanya darimana, soalnya akhirnya masalah ini masuk ke dalem kerjaan ruel." Ungkapnya pelan, mulai menahan tangis yang sepertinya baru usai beberapa saat yang lalu.

Tak lama kami menjaga, semua pengunjung keluar seutuhnya, menyisakan hanya kami berempat di dalam resto. Gerbang sudah hanya terbuka dua jengkal, memberikan berita jangan masuk kepada siapapun yang hendak singgah.

Kami duduk di meja dengan bunda berada di ujung, duduk di bangku tinggi sedangkan kami para pekerja memperhatikan dengan khawatir.

Mulut bunda terbuka, menahan kata-katanya keluar beberapa detik, "Jadi Sandi, saya mau tanya soal penjualan minggu ini, dan saya ingin kamu jujur mengenai prospek Oishika kedepannya."

Sempat terdiam sebentar sebelum akhirnya jawaban keluar canggung dari mulut Sandi, "Izin menjawab, namun sebelumnya saya ingin meminta maaf kepada Airin karena menyelak hak kerja nya dengan menjawab, karena tugas penjualan adalah job desk nya." Jawab Sandi yang mencoba lugas sambil melirikku sebentar.

"Bagi saya bun, sulit untuk menjawab ratio keuntungan bila harus tetap menjual makanan di harga sekarang. Lagipula Resto ini jauh dari omset dan sebenarnya tidak patut untuk di pertahankan." Lengkap Sandi yang jemarinya menyilang di depan dagu.

Aku keberatan dengan jawaban sandi yang menyudutkan oishika, aku reflek berdiri sedikit menggebrak meja di depannya. "Sandi! Lu..!" Sandi memberikan sinyal tangan mengayun, memerintahkan ku duduk dengan segera.

Bunda mengganti posisi kaki yang dia silangkan. "Lanjutkan Sandi." Tegasnya.

"Meski begitu bunda, untuk menaikan harga makanan akan memberatkan para langganan lama yang merupakan target pasar, yaitu konsumen menengah kebawah." Lanjut sandi menatap tajam bunda.

"Apa kamu punya solusi dan alasan kuat untuk bertahan? Dari penjelasan mu barusan aku tidak menemukan ada yang menarik di tempat ini." Bunda memutar-mutar jemari di ujung gelas, di hadapannya.

"Yang satu itu saya tidak sanggup menjawab, tetapi mungkin, bunda dapat menemukannya sendiri bila melihat rekaman CCTV bulan lalu."

"Apa maksudnya?"

Sandi tidak menjawab, membiarkan bunda meninggalkan bangkunya ke arah ruangan staf kecil untuk melihat CCTV seperti yang di sugestikan sandi.

"San lu apa-apaan si!" Protes ku keras kepada Sandi atas jawaban yang ia berikan kepada bunda, seolah-olah tidak mampu untuk menjaga nama baik resto di depan owner baru.

"Kita emang gak bisa bohong soal penjualan kan? Kamu juga sebagai kasir, pasti tau betul penjualan kita selalu minus setiap hari, terutama kalo kamu mampir ke dapur setiap pagi Airin, kamu sadar kan banyak bahan makanan yang akhirnya basi dan rusak?" Jawab Sandi datar, yang membuatku semakin naik pitam.

"Ya tapi kan lu nggak harus ngomong kasar kayak gitu San, cari muka lah sedikit di hadapan owner. Gw nggak mau ini resto sampe tutup, apa lagi kita bertiga udah sedeket ini." Jelasku yang dengan nada bergetar, menahan marah yang sepertinya menjadi takut, takut akan perpisahan.

Sedikit ku lirik, Ruel pun mulai menangis dan menarik pundakku untuk menjadi sandaran wajahnya.

"Untuk sekarang rin, kita cuma bisa bertaruh sama rekaman kerja kita." Jawab sandi ringkas.

Aku semakin tidak mengerti dengan maksud Sandi mengenai hal tersebut. Apa yang ia mau tunjukkan pada kinerja kami yang juga ku akui tidak sempurna itu

1
Misssyah
semangat ya.
Misssyah: sama sama /Smile/
Chiknuggies: makasih kakak/Joyful/
total 2 replies
Van
thor.. mana fanserv nya torr😭
Chiknuggies: Hai Van, kamu tau lokasinya. /Shhh/
total 1 replies
Van
keren binggow
Chiknuggies: Terimakasih /Shy/
total 1 replies
Van
berat banget jadi ruel;(
Chiknuggies: /Cry/
total 1 replies
Van
kacau banget bikin emosi naik turun!!
Chiknuggies: Hai, pembaca setia /Applaud/
gimana rasanya satu tahun bersama saya./Smile/
total 1 replies
Van
awwww poor airin/Sob//Sob/
Chiknuggies: Turut berdukacita /Facepalm/
total 1 replies
Sara la pulga
Aduh, terharu banget!
Necesito dormir(눈‸눈)
Gemes banget deh ceritanya!
Tuxedo Mask
Seru banget! 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!