kisah ini sekuel dari novel Karma pemilik Ajian Jaran Goyang.
Adjie merasakan tubuhnya menderita sakit yang tidak dapat diprediksi oleh dokter.
Wati sang istri sudah membawanya berobat kesana kemari, tetapi tidak ada perubahannya.
Lalu penyakit apa yang dialami oleh Adjie, dan dosa apa yang diperbuatnya sehingga membuatnya menderita seperti itu?
Ikuti kisah selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilang-2
"Lancang, Kau!"
Plak....
Sebuah tamparan mendarat dipipi Janny dan meninggalkan lima cap jari yang sangat menyakitkan, karena itu bukan cap stempel.
Wanita paruh baya itu sangat murka saat mengetahui sisi gelap rahasianya ternyata telah dibongkar oleh puterinya sendiri.
Gadis itu mengusap pipinya yang memerah dan rasa panas yang masih betah dipipi putihnya. Sakit yang ia rasakan bukan dibagian pipinya, tetapi pada hatinya, sebab wanita itu tak pernah menamparnya sedari ia masih kecil dan saat ini adalah untuk pertama kalinya.
"Mengapa mande marah? Apakah yang ku katakan itu benar?" gadis itu tersenyum mencibir. "Mande bukan menolaknya karena miskin, tapi mande tidak ingin menatap bayangan masa lalu pada diri kak Mawar. Namun takdir mempersatukan kak Anton dengan masa lalu," Janny semakin mendesak. Rasa puas akan pelampiasannya begitu kuat.
Mande Hasnah terlihat terpojok. Ia menolak menatap kedua mata puterinya. Sungguh apa yang dikatakannya itu sangat benar. Ia tak menyukai Mawar karena wanita itu adalah bayangan masa lalunya. Bahkan kecantikan Mawar yang begitu jelas mewarisi ketampanan sang ayah.
Sekuat apa ia menolak, sekuat itu pula takdir membawa wanita itu kedalam kehidupannya.
"Mawar harus merasakan bagaimana rasa sakitnya ditolak! Dia harus merasakan apa yang ku rasakan!" wanita itu buka suara dan mengeluarkan semua ganjalan dihatinya selama ini. Dadanya seolah terasa sesak dengan beban yang begitu berat.
Janny menatap dalam. Ia merasa kasihan pada sang ibunda. Ia tahu luka dihatinya pasti sangat menyakitkan, tetapi membalas dendam pada kakak iparnya yang tidak memiliki salah, maka itu adalah hal yang fatal. Tidak seharusnya Mawar menanggung kebencian tersebut.
"Jika mande membenci perbuatan ayahnya, maka jangan membenci anaknya. Ia terlahir dengan tidak menanggung dosa yang pernah tercipta. Cobalah untuk berdamai dengan hati,"
Mande Hasnah semakin membuang jauh pandangannya. Ia teringat akan masa lalu, dimana pernah tergila-gila pada seorang pemuda desa yang begitu tampan rupawan.
Dengan segala rengekannya, ia meminta kepada orangtuanya untuk melamarkan pria tersebut. Namun niatnya ditolak, sebab sang pria pujaan hati telah lebih dahulu menerima lamaran gadis lain, dan hal yang tidak terpuji jika ia memutuskan lamaran tersebut demi untuk menerima gadis yang baru datang.
Penolakan itu sangat menyakitkan bagi Hasnah. Cintanya sudah terlanjur begitu sangat dalam. Baginya tidak ada pria yang dapat menggantikan posisinya didalam kehidupannya, ia begitu terobsesi dan sering melamun.
Melihat kondisi sang puteri yang semakin memburuk, kedua orangtuanya mencoba melamar laki-laki lain untuk mengobati patah hatinya.
Hingga seorang pemuda bersedia menikah dengannya dan dikarunia sepasang anak yang tampan dan juga cantik.
Akan tetapi, kehadiran pria lain didalam hidupnya tak dapat meredupkan rasa cintanya pada pria dimasa lalunya. Sungguh ia benar-benar tidak dapat move on.
Hingga akhirnya suaminya meninggal dunia dengan cara yang mendadak, namun ia masih menyimpan rasa cinta tersebut untuk pria lain yang tak seharusnya.
Sampai akhirnya dimana puncak rasa sakit itu telah meledak dan memutuskan ia untuk tersesat dan bersekutu pada iblis saat dimana Mawar masih berusia lima tahun, ia harus kehilangan kedua orangtuanya secara misterius.
Gadis malang itu harus hidup dibawah asuhan Ungku (kakek) dan Inyiak (nenek) hingga ia berumur sebelas tahun, dan harus kembali hidup sebatang kara dan bertahan hidup dengan bekerja serabutan.
"Bertaubat-lah, Mande. Begitu banyak dosa yang Mande lakukan pada Kak Mawar, sudah saatnya mande menerima kehadirannya demi membalas kesalahan dimasa lalu," suara Janny terdengar sangat pelan dan mencoba menyentuh hati wanita yang saat ini sedang membeku.
"Terkadang apa yang kita inginkan, belum tentu baik untuk kita, dan yang kita benci terkadang itulah yang terbaik, maka terimalah takdir Rabb dengan ikhlas dan lapang dada," Janny terus menyuntikkan kata ajimat yang dapat meluluhkan kerasnya hati sang mande.
Hasnah menghela nafasnya dengan berat. Keras dihatinya sedikit melunak, mungkin apa yang dikatakan oleh Janny benar adanya. Rasa ganjalan dihatinya perlahan mulai berkurang, ia sedikit lega.
"Tunggu, jika bukan kau yang mencuri gasing dan mantra itu, lalu siapa?" wanita itu balik bertanya.
Janny mengangkat kedua pundaknya, dan itu jawaban yang sungguh tak diinginkan oleh Hasnah.
"Aku akan ke rumah Uda Anton, mencoba mencari tahu petunjuk tersebut." gadis itu memutar tubuhnya, dan mengambil kantong kresek untuk memeriksa isinya, sebab ia membeli berbagai bahan makanan untuk diberikan ke sang kakak.
Hasnah yang diam tak bergeming, mungkinkah ia sedang mencerna setiap kalimat yang diucapkan oleh puterinya?
*****
Wati duduk terdiam dengan tatapan yang penuh beban fikiran.
Tubuh Adjie terlihat sangat mengenaskan, dan wajahnya semakin kusam serta tak ada gairah untuk hidup.
"Tinggalkan saja aku. Pergilah untuk mencari kebahagiaan. Tapi sebelumnya, aku ingin meminta maaf padamu," ucap lirih sang pria yang kini terbaring dengan lemah. Bahkan rasa putus asa kini menguasai hidupnya.
Bagaimana tidak, senjata ampuh miliknya yang menjadi kebanggaannya, kini terkulai tak berdaya dengan penyakit aneh yang menggerogotinya.
"Mengapa akang meminta maaf? Kesalahan apa yang telah kamu perbuat?" wanita itu menarik kursinya agar lebih mendekat pada sang suami.
Jujur saja aroma yang dikeluarkan oleh cairan pekat yang selalu keluar dari perkututnya dan bercampur nanah sangat mengganggunya dan membuat nafasnya terasa sesak, bahkan ia harus menggunakan masker.
"Aku menggunakan ajian jaran goyang untuk mendapatkanmu saat dulu kau menolakku," Adjie merasa berat untuk mengungkapkannya, tetapi setidaknya ia jujur sebelum maut menjemputnya.
Wati tersenyum getir. Lalu meraih jemari tangan sang pria yang kini terlihat sangat kurus. Ia tak segagah dahulu.
"Aku tak marah, meskipun kau telah menggunakan ilmu pelet untuk mendapatkanku. Mungkin sudah takdirku harus berjodoh denganmu." wanita itu semakin mengeratkan genggamannya, dan membuat hati pria itu menghangat. Mungkin ia mulai jatuh cinta pada pria pesakitan tersebut.
"Kau tidak marah ataupun membenciku?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca.
Wati menggelengkan kepalanya. "Aku akan meninggalkanmu jika perlakuanmu buruk padaku. Tetapi selama ini, kau selalu meratukan-ku, dan disaat akang sekarat seperti ini, sepertinya ini adalah kesempatan bagiku untuk menebus dosa-dosaku dimasa silam, dan menjadikanmu ridha atasku," wanita itu mengulas senyum yang ikhlas.
Adjie tersenyum dengan perih. Apakah ia tidak salah dalam mendengarnya? Ataukah ini hanya sebuah mimpi disiang bolong.
Ia terlalu banyak menyakiti wanita itu dengan pengkhianatan yang membuatnya kedalam kesesatan dan akhirnya menanggung karma pada masa saat ini.
"Terimakasih untuk segalanya. Andaipun kamu memilih pergi, aku tidak akan menyalahkanmu, karena aku pantas mendapatkannya, dan sepertinya penyakitku ini tidak dapat disembuhkan lagi," ungkapnya dengan perasaan yang sangat sulit ia jelaskan.. "Tapi satu hal ingin ku katakan, aku mencintaimu tulus dari hatiku," Ia mengungkapkan isi hatinya.
Tatapan Adjie begitu dalam pada sang wanita. Ia merasa sangat bersalah telah membuat wanitanya ikut dalam menanggung penderitaannya.
"Aku akan menemukan cara untuk menyembuhkan penyakitmu, Kang. Berdoalah, dan semua akan ada penyelesaiannya," Wati mencoba menguatkan semangat suaminya.
Pria itu tak dapat mengungkapkan perasaannya dan ia hanya tahu jika wanitanya ternyata memiliki hati yang lebih tulus dari apa yang ia bayangkan.
"Aku akan memasak makan siang, cobalah untuk berdoa agar diberi petunjuk jalan untuk kesembuhan kamu, Kang," Wati beranjak dari tempatnya dan meninggalkan kamar.
Setibanya didapur, ia mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi seseorang untuk mencari informasi tempat dimana ada pengobatan alternatif yang akan membuat suaminya sembuh seperti sedia kala.
itu Cynthia bisa hidup normal lagi enggak ya ...?? kok ngeri banget sih .. kepala sama organ bisa lepas gitu...
lanjutkan Bng Sofyan
kannnn kok bisa yaaaa... aq lihat di pelem2 thai itu dia cNtik dan sllu pke sall agar menutup leher nya
sdgkan Akang Sofyan mo ngambil tubuh nya Cintya 🤣
iiiih ... emosi bgt aku mah dengar nya ma orang kepo bin nyinyir bgtu 🤬😡
mbah kosim sayang
🕺🕺🕺🕺🕺🕺🕺
lanjut Thor