NovelToon NovelToon
Berbisnis Di Isekai

Berbisnis Di Isekai

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Epik Petualangan / Dunia Lain / Anime / Fantasi Isekai / Toko Interdimensi
Popularitas:907
Nilai: 5
Nama Author: Yeffa

Elise, Luca dan Rein. Mereka tumbuh besar disebuah panti asuhan. Kehidupan serba terbatas dan tidak dapat melakukan apa-apa selain hanya bertahan hidup. Tapi mereka memiliki cita-cita dan juga mimpi yang besar tidak mau hanya pasrah dan hidup saja. Apalah arti hidup tanpa sebuah kebebasan dan kenyamanan? Dengan segala keterbatasannya apakah mereka mampu mewujudkannya? Masa depan yang mereka impikan? Bagaimana mereka bisa melepaskan belenggu itu? Uang adalah jawabannya.

Inilah kisah mereka. Semoga kalian mau mendengarkannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeffa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Raja Slime

Cuaca seolah mendukung perjalanan mereka. Matahari bersinar cerah dengan sedikit awan membuat suasana tidak terlalu panas hari ini. Setengah jam berlalu sejak mereka tiba dihutan Murbo, Elise telah tiba dititik terjauh yang mereka datangi terakhir kali. Tapi mereka tetap melangkah masuk ke tengah hutan untuk mencari herbal dan makanan untuk slime karena kemungkinan disanalah habitat slime ini.

"Biasanya slime itu dekat dengan perairan." begitu kata Luca saat mereka ditengah perjalanan. Maka Elise dan yang lainnya terus bergerak berharap segera menemukan perairan yang dimaksud Luca.

Setengah jam kembali berlalu tetapi tidak ada satupun perairan yang terlihat di hutan. Hanya pohon menjulang tinggi yang sejak tadi dilihatnya. Mereka tetap berjalan lurus memasuki hutan. Cuaca semakin terasa panas walaupun angin semilir membantu mengurangi rasa panas yang dirasa. Peluh kembali menetes di wajah mereka.

"Kita istirahat sebentar." Rein memberi perintah.

"Baiklah. Aku juga sedikit lelah." Luca pun segera duduk dan mengeluarkan perbekalan yang dibawanya. Ada sebuah roti dan kantung air. Memberikannya kepada Rein dan Elise.

"Terima kasih Luca." Mereka menerimanya dan langsung melahapnya. Mereka duduk selama lima belas menit, mengelap peluh yang sejak tadi membanjiri muka. Menatap ke arah langit yang tertutup oleh dahan pohon.

"Sebelapa jauh lagi kita halus beljalan?" tanya Elise memecah keheningan.

"Entahlah. Rasanya kita sudah berjalan terlalu jauh. Aku juga takut jika kita terlalu jauh akan memakan waktu lama untuk perjalanan pulang." Luca terlihat murung.

"Tapi aku lebih khawatil dengan Tama." Elise mengelus Tama yang terlihat semakin lemas.

"Baiklah. Ayo kita lanjutkan perjuangan ini." mereka segera bangkit begitu Rein memberi perintah. Kembali berjalan dan terus berjalan. Tidak tahu berapa lama akhirnya mereka berjalan. Terdengar suara air terjun dari tempat mereka berdiri.

"Kalian dengal?" ucap Elise senang mendengar gemericik air menimpa permukaan.

"Iya, ayo Sedikit lagi kita jalan." Mereka berlarian senang menuju suara air yang semakin dekat. Tidak lagi perduli dengan yang lainnya. Akhirnya, Mereka tiba di pinggir sungai dengan air terjun yang mengalir deras.

"Hei lihat, ada ikan." tunjuk Elise saat melihat ikan melompat keatas permukaan air dan kembali melesat turun. Seperti berlompatan. Tidak hanya satu atau dua tapi banyak.

"Kita bisa menangkapnya nanti. Sekarang fokus mencari habitat slime saja." Rein kembali memberi perintah. Mereka mengangguk dan kembali menyusuri sungai.

"Seharusnya mereka ada disekitar sini." jelas Luca lagi. Benar kata Luca, tidak lama setelahnya mereka menemukan sebuah gua kecil yang berisikan slime warna warni. Ada warna hijau, ungu, putih dan kuning. Tapi tidak ada warna biru.

"Wah lihat, ada banyak slime." Elise berteriak kesenangan.

"Sstt jangan berisik. Nanti mereka dengar dan menyerang." bisik Luca mengingatkan.

"Tidak masalah. Aku bisa menghancurkannya." jawab Rein santai mengeluarkan sebongkah es kecil bersiap menyerang.

"Stop. Jangan lakukan itu. Mereka sangat lucu." Elise menghentikan pergerakan tangan Rein yang bersiap menyerang.

"Baiklah." Rein menurunkan tangannya kembali.

"Ayo, seharusnya disekitar sini ada makanan asli mereka." Luca berjalan terlebih dulu dengan mengendap-endap.

Setelah memperhatikan sekitar terdapat beberapa slime yang sedang memakan sebuah herba. Akhirnya mereka menemukan herba yang di cari. Bentuknya mirip rumput, tetapi yang membedakannya adalah daun berwarna biru langit seukuran biji jagung yang menjuntai ke bawah, biasanya di "Daun Sembuh Biru" oleh para Alchemis. Begitu kata Luca. Elise sangat senang.

"Ayo kita petik." Elise memberikan perintah tetapi ditahan oleh Luca.

"Tidak sekarang." Tunjuk Luca kearah slime yang masih memakan rumput.

"Lalu kapan?" tanya Elise tidak sabaran.

"Lepaskan saja Tama terlebih dahulu. Kita lihat apakah mereka akan menyerangnya atau tidak." jelas Luca.

Elise segera mengeluarkan Tama dari kantongnya dengan hati-hati. lalu menaruhnya diatas rerumputan setelahnya kembali bersembunyi dibalik semak-semak. Mereka mengawasi Tama yang terlihat berjalan tanpa kaki dengan lemas menuju rumput herba. Belum ada pergerakan dari slime lainnya. Tama terlihat lemah, lalu mendekati tanaman tersebut. Tama memakan beberapa daun herba seperti orang kelaparan. Elise berpikir Tama akan memakannya dengan mulutnya, tetapi ternyata Tama memakannya dengan cairan tubuhnya yang mirip cairan asam, menghancurkan segala sesuatu di dalamnya.

"Piii" teriaknya senang kepada Elise membuat perhatian slime disekitarnya teralihkan.

"Gawat mereka terlihat seperti akan menyerang." teriak Luca memberi aba-aba kepada Rein. Slime disekitar Tama berlarian tanpa kaki mendekat ke arah Tama dengan kecepatan penuh sekolah akan menyerang Tama.

"Tidak Tama!!" teriak Elise hendak berlarian mengejar Tama tapi ditahan oleh Luca.

"Tunggu Rein, Elise, lihat!!" tahan Luca. Rein menurunkan tangannya yang sudah bersiap menyerang. Terlihat Tama seperti sedang melepas kerinduan terhadap keluarganya. Mereka saling berceloteh. Dan sesekali menepuk kepala slime lainnya dengan tangan mungilnya.

"Eh tunggu, lihat mereka seperti bawahan Tama ya. Alih-alih keluarga." celoteh Luca. Luca benar. beberapa slime terlihat menunduk hormat kepada Tama.

"Syukullah. Setidaknya Tama tidak akan diselang." Elise jatuh terduduk. Kakinya lemas. Tidak mampu menopang berat tubuhnya.

Suara gemericiknya membuat para slime mengalihkan perhatian ke arah mereka yang tidak lagi tertutupi oleh semak-semak.Mereka membentuk garis pertahanan dengan Tama didalamnya. Seolah-olah sedang melindunginya dari bahaya. Tama terlihat memukul kepala slime satu persatu didepannya kemudian terlihat berceloteh panjang. Kejadian itu membuat Elise yang tadinya takut menjadi tertawa melihatnya.

"Lihat, lucu sekali!! Sepelti ibu yang memalahi anaknya." kata Elise disela tawanya. Slime lainnya tampak mengangguk memahaminya. Berlarian mendekati Elise.

"Eh, gawat mereka menyerang." Rein akhirnya melepaskan bongkahan kecil es layaknya panah ke arah para slime itu.

"Tunggu Rein!!" Teriak Elise membuatnya terpaksa melenceng serangannya beberapa centi dari target.

BUMM.. CRAKKK!!

Es itu merekah bagai bunga ditanah. Diatas terlihat beberapa burung berterbangan mendengar keributan. Slime itu seperti marah menatap Rein yang melepaskan serangan

"Tunggu juga kalian!!" Elise memberi perintah. Mereka seolah memahami perkataan Elise, kembali diam ditempat. Tidak jadi mengeluarkan serangan.

"Anak pintal." puji Elise membuat para slime berlarian kearahnya membiarkan Tama yang sibuk memakan rumput.

"Eh apa ini." Luca kebingungan dengan situasi ganjil ini.

"Akan aku jelaskan. Mari duduk dulu." Elise menepuk tanah yang disebelahnya. Menyuruh mereka duduk disana. Rein dan Luca menurut mengikuti.

"Sejak tadi kita tidak melihat slime bilu kan?" tanya Elise.

"Iya. Hanya warna lainnya seperti ungu, hijau, putih dan kuning. Kalau tidak salah." Luca kembali mengingat-ingat. Rein terdiam memperhatikan slime yang berada ditangan Elise. Seperti sedang kucing yang bermain dengan jemarinya.

"Iya, kalena walna bilu melupakan identitas laja pala slime. Makanya mereka sedang menyapa tadi—"

”HHAAHHH!! RAJAA!!" teriak Luca tidak percaya.

"Serius?" kini Rein juga tidak percaya. Wajahnya teralihkan ke arah Elise.

"Iya. dan aku bisa belbicala kepada slime lainnya karena aku memelihala Laja mereka. Sehalusnya hanya ada satu laja slime didunia ini." jelas Elise.

"jadi itu sebabnya kamu bisa tahu mereka bicara apa?" Luca mulai memahami situasi.

"Iya. Tapi untuk lebih aman. Lebih baik aku melakukan peljanjian kontlak dengan meleka jika mau membawanya."

"Tidak!!" ucap Rein dan Luca bersamaan. Mereka terlihat sangat tidak setuju.

1
Miawchan
authooor semoga sehat selaluuuuu biar bisa update tepat waktuuuu ..
Miawchan
Aku sukaaaaa ... plis jadiin komik ini seru bangettt
aku tiga
Semangat Thor..
aku tiga
Semangat authooor... ditunggu update selanjutnya..
Bianca Garcia Torres
Mantap banget ceritanya!
One More: 😍😍😍 terima kasih komentar dan dukungannya...
total 1 replies
PR0_GGRAM3D
Menegangkan tapi juga romantis, pertahankan kualitasnya!
One More: terima kasih komentar dan dukungannya.. 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!