Novel ini menceritakan kisah seorang Naila Shababa, santri di pondok pesantren Darunnajah yang di cap sebagai santri bar-bar karena selalu membuat ulah.
Namun, siapa sangka nyatanya Gus An, putra dari pemilik pesantren justru diam-diam menyukai tingkah Naila yang aneh-aneh.
Simak selalu di novel yang berjudul “GUS NACKAL VS SANTRI BARBAR.” Happy reading🥰🥰...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
“Kamu nangis...? ”
Naila segera menyeka air matanya dan langsung menggeleng. Di saat Dia akan melangkah untuk kembali ke pesantren, Gus An menarik lengan Naila.
“Mau kemana...? kamu belum menjawab pertanyaan saya... ”
“Gus... ” Naila melirik tangannya yang masih di pegang Gus An, kemudian menariknya dengan kasar.
“Maaf... ” Naila menunduk. Kakinya mengajak untuk kembali ke pesantren. Gus An masih tetap diam ditempat saat Naila pergi. Di tatapnya punggung itu sampai tidak kelihatan.
...****************...
“Ada yang bisa saya kerjakan Umi'...? ” Naila datang setelah beberapa menit lalu umi' memanggilnya.
“Umi' sekeluarga mau bepergian dua hari. Jadi Umi' titip Ndalem sama kamu ya. Jangan lupa kalau malam ajak teman buat tidur disini ya... ”
“Siap Umi'... ”
Yes... berarti Aku nggak usah bersih-bersih... Batin Naya kegirangan.
“Oh iya, kalau kamu mau masak sendiri juga boleh. Atau pengen nonton TV juga nggak apa-apa, TVnya sudah connect sama wifi lo, jadi kamu bisa nonton youtube juga... ”
“Wah, mau banget Umi’... soalnya udah lama nggak nonton film horor... Hihihi... ” Setelah tadi pagi dibuat badmood, akhirnya sore ini Naila mendapat kemenangan.
...****************...
Malam itu, Naila mengajak Laras dan dua orang temannya untuk memasak mie instan yang sangat banyak. Tidak hanya itu, mereka juga membeli sekantong plastik cemilan untuk menemani mereka selama di beri tugas menjaga Ndalem.
Malam itu juga mereka berpesta, menghabiskan satu baskom mie instan yang sudah dicampur dengan telur dan ditaburi toping sosis plus cilok. Ruang tengah Ndalem Abi dipenuhi gelak tawa dan suara hah kepedasan.
Setelah makanan mereka habis, Naila meraih remote dan menyalakan TV yang telah di berikan izin Umi’.
“Benar kan, kalian itu kalau ikut Naila pasti enak. Bisa nggak ikut jamaah kan...? ” cetus Naila kepada teman-temannya sambil menonton channel pilihannya.
“Tapi Nai, Aku sebenarnya takut kalau nanti Mbak Santi memarahi kita. Terus kita dikasih hukuman lagi...” Laras terlihat resah.
“Yaudah kalau kamu takut ya balik sana, iya kan...?”
“Tapi Aku juga pengen nonton TV kali. Kan jarang banget dapat kesempatan kayak gini... ”
“Terserah... kalau mau ikut sama Naila nggak boleh jadi penakut.”
“Iya, iya...”
Malam sudah pukul 21.00, mereka berempat di banjiri dengan air mata gara-gara Naila mengajak untuk menonton drama korea kesukaannya.
Laras menguap kesekian kalinya. Matanya sudah berat, Dia menyandarkan tubuhnya yang gendut ke dinding. Tak butuh waktu lama, si tukang makan dan tukang tidur itu sudah ikut menyelam di Korea bersamaan dengan aktor yang membuatnya baper.
“Bosen ah, kita putar DJ aja ya... ” ajak Naila kepada dua temannya yang masih semangat menonton.
Karena dirasa sudah hampir jam tidur, Naila melepaskan jilbabnya, kemudian jaket yang membalut kaos pendeknya jug dilemparkan kesembarang arah. Dia putar musik DJ sekencang-kencangnya, Dia tidak mau menyia-nyiakan malam yang mengasyikkan itu.
“Nai, kok kamu lepas sih hijabnya. Ini kan Ndalem, bukan kamarmu. Nanti kalau tiba-tiba ada santri putra kesini gimana...? ”
“Alah, nggak mungkin. Mereka pasti udah tau kalau Abi bepergian... ” Naila mengabaikan nasehat dari Rara. Tubuhnya yang lincah masih tetap mengikuti gerakan artis yang ada dalam layar sampai seperti lupa daratan.
“Di putusin pacarmu... ” Naila seperti orang kesetanan. Dia meraih sapu dan seolah-olah sedang memainkan gitar.
“Nai...” Rara seketika menjadi panik saat Gus An sudah berada di ambang pintu ruang tengah menyaksikan kelakuan Naila yang barbar. Wajah Gus An sangat murka saat melihat betapa kotornya ruangan itu yang dipenuhi dengan bungkus makanan dan baskom-baskom bekas makan mereka.
“Naila...!!! ” Gus An berteriak karena Naila masih belum menyadari keberadaannya. Jangan tanyakan dua temannya, mereka tidak berani mengangkat kepalanya. Laras masih tidur dengan posisi duduk.
“Hah... ” Naila menutup mulutnya. Dia membeku ditempat. Rara segera menutup kepala Naila dengan hijabnya yang telah dilempar.
“Gus An kenapa ada disini...?”
...****************...
Ada yang kelakuannya sama kayak Naila nggak??😖